Rabu, 06 November 2019

Perpustakaan SMA N 3 Rembang

                                    Perpustakaan SMA N 3 Rembang


www.sman3rembang -REMBANG, Kamis 7 November 2019  Pukul 11.35, suasana di perpustakaan SMA N Rembang cukup ramai. Perpustakan SMA N 3 Rembang dibuka mulai jam 07.00-15.30 WIB .Menurut Bu Wita,selaku penjaga perpustakaan  bahwa "Di SMA N 3 Rembang ini minat baca siswa masih perlu ditingkatkan lagi, menurut beliau rata- rata siswa yang mengunjungi perpustakaan kurang lebih hanya 50 orang perhari.Hal ini dikarenakan koleksi buku yang berada diperpustakaan masih banyak keluaran lama sehingga kurang menarik minat baca siswa".Di perpustakaan SMA N 3 Rembang ini kurang lebih ada 20.000 buku baik buku fiksi maupun non fiksi.

Dari segi kebersihan, perpustakaan SMA N 3 Rembang ini sangat bersih,dan sejuk.Selain itu juga buku- buku yang berada didalam rak tertata dengan rapi.Penjaga perpustakaan pun sangat ramah dalam melayani siswa siswi yang datang untuk membaca dan meminjam buku.

Perpustakaan SMA N 3 Rembang sekarang sedang berupaya agar bisa menarik minat baca siswa dengan cara memasukan buku- buku pengeluaran terbaru kedalam koleksi perpustakaan. Namun,usaha tersebut akan sia- sia apabila tidak didukung dengan semangat siswa untuk menjadikan perpustakaan SMA N 3 Rembang sebagai rumah untuk menimba ilmu dengan berbagai macam buku pengetahuan didalamnya.



Penulis;Fitri Alfiyah Dwi Yahya
Fotografer; Nur Wahidatun 
Penyelaras; Lya Indah Eko Yussy,S.P.d
                    Wawan Syafa'at, S.Pd


Editor;Siti Farikhah, M.P.d


Rabu, 28 Februari 2018

Kali Trenggulunan


Suasan Kali Trenggulunan sore itu (26/2) terasa asri. Alur alir yang mengalir menabrak bebatuan kali telah mengirim pesan suara khas alir air yang menenangkan. Saya dan mas Ali (teman jalan) sudah merencanakan, usai naik dari kebun buah naga, akan menyempatkan menikmati alur alir yang tenang itu.

Sore menjelang petang sungguh terasa sejuk. Kaki, tangan, dan muka segera menyatu dengan segarnya air kali. Usai menyatukan anggota badan, saat menyapu rambut hingga basah. Ingin rasanya mandi, namun ketiadaan pakaian ganti telah mengunci keinginan.

Bebatuan di Kali Trenggulunan masih tampak alami. Berderet acak telah memberi kesan bahwa kali ini masih perawan. Ukuran dan posisi yang tidak beraturan, semakin memberi pesan sebaran batu di kali trenggulunan aman dari campur tangan keinginan. Semua materi yang ada di kali ini, menyatu dan menenangkan. 

Batu kali yang melebar, sangat cocok untuk duduk-duduk menikmati keasrian Kali Trenggulunan. Sembari menikmati hilir mudik ikan wader dan serangga air, membuat betah sore itu untuk tetap di kali, walau kurang jernih karena baru saja turun hujan. Semoga Kali Trenggulunan ini tetap terjaga keasriannya. Sembari melangkahkan kaki meninggalkan kali, saya membayangkan jika semua kali yang ada di Rembang masih asri seperti desa di Trenggulunan. Semoga terjaga dan dijaga selalu. Lestari alam dan batinku. Salam Rahyu. 

Jalanan Menuju Kebun Naga

Untuk mengucap sapa pengunjung kebun buah naga, masyarakat desa Trenggulunan menggunakan papan selamat datang yang di pajang di pohon jalan desa. "Selamat Datang di Agro Wisata Buah Naga," tertulis jelas. Masyarakat desa tampaknya sudah mengidentikkan bahwa desanya adalah pemulia tanaman buah naga yang siap dikunjungi oleh siapa saja. Semoga terwujud mimpi kreatif para petani Trenggulunan kecamatan Pancur kabupaten Rembang Jawa Tengah ini. 

Ini adalah suasana persawahan desa Trenggulungan. Melalui pematang atas, kunjungan pertama saat itu. Namun saat sore ini (26/2) saya bertiga lewat pematang sawah bawah karena akses jalan yang biasa terlewati sedang diperbarui. Musim Tanam padi (MT2) sedang dimulai. Inilah akses jalan menuju kebun buah naga. Di ujung sudut sawah terdapat tiga gubuk. Digubuk inilah para petani biasanya melepas rehat usai menggarap sawahnya. Tampak pakaian ganti yang didekatnya terdapat sarung bermotif kotak dengan ragam warna yang sudah mulai memudar. Di gubuk-gubug inilah, pemulia tanah Trenggulunan melangsungkan temu sapa. Tampak juga ranting-ranting kecil setengah arang. Bonggol ketela dan jagung juga tampak berserak.

Dalam mengolah sawah gunung ini, Petani menggunakan cangkul. Sawah terasering hasil adaptasi alur dan alir air pegunungan, tampak menyusun lanscap sawah. Petani Trenggulunan tidak menggunakan alat traktor. Dan juga tidak tampak menggunakan luku dan sapi dalam mengolah hamparan sawahnya. Benar. Tepat di sudut gubuk belakang, tiga petani menyapa senyum. "Lho mas, buahe isih enom mas. paling telungminggunan maneh mas," sapa mereka. Saya bertiga pun bercakap cepat, karena mengingat sebentar lagi senja tiba, usai mendapat ijin bahwa kawasan buah naga telah diperbolehkan dikunjungi. 

Jalanan ini ada di balik hamparan sawah yang ada di gambar sebelumnya. Tajam menukik ke bawah. Jalanannya terjal berbatu acak. Sawah berbatu inilah yang kerap menjadi tanda bahwa lokasi ini adalah kawasan pegunungan. Naik turun terjal untuk mencapai lokasi agro wisata buah naga Trenggulunan. 

Ini adalah kali trenggulunan. Kali ini membelah fungsi lahan desa Trenggulunan. Sebelah timur kali, lahan difungsikan untuk persawahan. Sebelah baratnya, semua lahan difungsikan untuk perkebunan dan hutan. Ulasan kali trenggulunan ini dapat dilihat pada tulisan kali trenggulunan

Tampak gelap. Memang benar-benar gelap. Kali ini mas ali tidak merubah setting camera. Tampak tanggan mas ali sedang menunjukkan memasuki areal hutan jati. Sore itu (26/2) terasa asri. Suasana pascaturun hujan semakin menambah kelembutan angin yang menerjang disela-sela pepohonan jati. Terhampar cukup luas hutan jatinya. Suatu saat, ingin sekali mengajak teman-teman saya bertandang ke hutan jati trenggulunan ini. Posisi lahan berteras tampaknya cukup asyik untuk memandang lanscap sekitarnya. 

Ini adalah foto saya dan mas adit tepat di tengah-tengah hutan jati trenggulunan. Wajahku dan wajah mas adit tidak kelihatan. Gelap gulita. Ini menandakan kerapatan pohon jati dan tanda jarum jam ada dalam posisi arah pukul senja, sekitar pukul 16.00 wib. Terlihat cahaya menerobos sudut lurus landai berkelok, menabrak pepohonan jati trenggulunan. Kawasan buah naga masih di depannya, sekitar sepuluh menitan untuk mencapainya. 

Kates Trenggulunan






Gedhang Ulin Trenggulunan


Pisang, hasil buah masyarakat desa Trenggulunan kecamatan Pancur, Rembang. Masyarakat Trenggulunan menyebutnya gedang ulin.

Digeget leh bar madhang, unen-unen jawa tentang gedhang. Filosofi merakyat ini kerap diperdengarkan penutur. Filosifi yang bermuatan fungsi ini juga kerab dihubungan dengan buah pelengkap di meja makan. Gedhang selalu ada. Bukan karena unen-unen, tapi karena gedhang mudah tumbuh dan berbuah dimana saja. 

Gedhang ulin biasanya dikonsumsi oleh semua kalangan. Gedang ulin dapat dengan mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional. Buahan ini sangat lekat dengan deretan acara-acara keluaga hingga kenduri. Harga satu tandan gedhang ulin berkisar 20.000 hingga 25.000 rupiah. Untuk ukuran tandan kecil,  harga nya bisa di bawahnya. 

Di desa Trenggulunan, gedhang ulin telah menjadi komoditas utama hasil buah masyarakat desa. Deretan pematang sawah yang memanjang tidak lepas dari tanaman gedhang ulin. Dan hampir semua kebun milik orang desa ini tumbuh gedhang ulin. Untuk melihat hasil panen gedhang ulin mereka, dapat dengan mudah dijumpai di setiap jalan setapak yang menghubungkan jalan utama dengan sawah dan kebun mereka. Petani Trenggulunan memanen gedhang ulin di saat sore hari. Gedhang yang kiranya sudah siap matang, dengan tekstur kulit halus dan njentuk, segera di panen. Hasil buah kebunnya berderet rapi. Mereka tanpa ragu dan hawatir karena warga desa Trenggulunan saling menjaga suasana yang aman dan tenang. Hasil panen sore itu, disatukan dalam tali dahan, sembari tertutupi beberapa tangkai daunnya.

Usai larut, perkiraan pukul setengah tiga, pemilik gedhang ulin membawanya ke pasar Pamotan dan juga Lasem. Gedhang ulin, sungguh terjaga oleh pemiliknya. Buah yang memang banyak memikat warga desa karena kenikmatan saat digeget yen leh bar madang.

Saat masak, gedhang ulin sangat menarik. Warnanya kuning lembut nan merona. Buah yang masak secara alamiah ini memiliki daging buah bertektur lembut dan berserat halus. Selain digeget leh bar madhang, gedhang ulin biasanya disukai anak-anak. Ukuran buah yang pas ketika di pegang anak, menjadi kudapan yang tak lekang bosan. Kandungan vitamin, kalsium, dan karbohidrat ini, juga cocok untuk mengganjal perut untuk menunda waktu makan yang terlewatkan.




Selasa, 27 Februari 2018

Akhirnya Bunga Naga Bicara

Akhirnya bunga bicara. Bunga bicara dengan tubuhnya. Benar-benar seperti naga. Kelopak bunganya seperti sirip naga. Setiap ujungnya tajam seakan marah dengan warna merahnya. Komunikasi barikade yang apik. Walaupun sebenarnya buah sangat rapuh tanpa daya. 

Disaat tajamnya kelopak tidak lagi mengirim pesan garang, bunga naga cukup cerdas dalam menjaga inti. Disaat kelopak bunganya runtuh ditelan waktu, saat itulah kesan bahaya merespon semua tubuh buahnya. Bagaimanapun warna merah ini pasti memuat makna. Hanya saja manusia saat ini tidak lagi tertarik dinasehati oleh warna. 
Semakin memerah, semakin memerah. Selamat intimu dengan warnamu. Jaga dan terjagalah selalu. 

Wahai Bunga Naga, Bicaralah?

Kuncup bunga naga sangat menjaga betul kesucian inti buahnya. Bunga yang cukup panjang dan menjuntai ini seakan menyembunyikan rahasia besar dengan sesuatu yang ada di dalam buahnya. 


Hampir jarang terjumpai bunga naga mekar di saat suasana terang. Hal ini lah yang mengusik perhatian saya. Ada apa? Penjelas yang sudah ada hanya mengabarkan bunga naga ini mekar penuh di saat malam hari. Itupun tidak sembarang waktu, harus pukul 10 malem kira-kira. Bunga naga mekar penuh di malam hari selalu dengan menebar bau harum untuk kemudian membantu penyerbukannya. Pertanyaannya, jenis serangga apa yang hanya keluar malem yang suka bau harum? Lebah yang menghasilkan madu saja keluarnya berdampingan dengan sinar matahari. Namun yang terpenting adalah hal apa yang di jaga pada bunga yang satu ini? Adakah hubungannya dengan warna merah? 

Jika karena inti bunga yang di jaga, dan juga ada hubungannya dengan warna merah, pertanyaannya adalah se-spesial apakah inti bunga yang ada di dalam itu? Dan se-spesial apa pigman merah buah naga ini?