Rabu, 04 September 2013

RBP Mendapatkan Donasi dari Dina Maria Ulfah

Rumah Baca Pamotan pada tanggal 04 September 2013 mendapatkan tiga buku dari Mbak Dina Maria Ulfah. Mbak Dina merupakan sarjana Psikologi dari Universitas Sultan Agung, Semarang. Menurut Humas RBP, Kang Tohir, Mbak Dina merupakan sosok perempuan perempuan piawai dalam berirausaha. Menurut Humas RBP, Dina saat ini sedang aktif mengelola toko meubeler Pamotan, Toko Pasifik yang lokasinya dekat dengan pom bensin Pamotan. 



Pengelola Rumah Baca Pamotan mengucapkan terimakasih kepada Mbak Dina Maria Ulfah Pamtan, yang telah menyumbangkan buku sejumlah tiga eksemplar. RBP senantiasa menanti bantuan dan kerjasamanya para relawan lainnya dalam proses pengumpulan buku guna mewujudkan visi Rumah Baca Pamotan yaitu terdepan dalam membaca, menulis, dan cinta lingkungan.

Download:

a. surat ucapan terimakasih
b. lampiran katalog donasi buku


Jumat, 30 Agustus 2013

RBP Mendapatkan Donasi Buku dari Warga

Rumah Baca Pamotan (RBP) mendapatkan donasi buku dari warga Pamotan. Tepatnya pada pukul 15.30 WIB, Moh. Tohir (Humas RBP) membawa 20 eksemplar buku. "Ini buku dari Mas Popo Stiker Pamotan, jumlahnya 20", ungkap Tohir. Donasi buku telah diarsip dan distempel. Anak-anak sangat atusias membaca buku dari donasi Mas Popo ini yang didominasi buku cerita anak.

Gbr. Lampiran donasi buku dari warga (Agustus, 2013)

Pengelola Rumah Baca Pamotan mengucapkan terimakasih kepada Mas Popo Stiker Pamotan yang telah menyumbangkan buku sejumlah 20 eksemplar. RBP senantiasa menanti bantuan dan kerjasamanya para relawan lainnya dalam proses pengumpulan buku guna mewujudkan visi Rumah Baca Pamotan yaitu terdepan dalam membaca, menulis, dan cinta lingkungan.

Download:
a. surat ucapan terimakasih
b. lampiran katalog donasi buku

Belajar Kelompok

Belajar kelompok untuk para siswa warga sekitar merupakan salah satu dari sekian program kegiatan Komunitas Rumah Baca Pamotan. Sebagai tempat edukatif, pengelola Rumah Baca Pamotan telah menyediakan ruang belajar kelompok beserta pendampingnya. Semoga program kegiatan ini bermanfaat untuk anak-anak sekolah warga sekitar Rumah Baca Pamotan.

Foto: Anak-anak sedang belajar kelompok (Agustus, 2013)


Video: Anak-anak sedang belajar kelompok (Agustus, 2013)  

Jumat, 26 Juli 2013

Diskusi: Etika Berbusana Di Hari Raya

Pada tanggal 24 Juli 2013, Komunitas Rumah Baca Pamotan mengadakan diskusi bulanan dengan tema "Etika Berbusana Di Hari Raya. Diskusi bulanan ini dihardiri 30 lebih peserta komunitas rumah baca pamotan. Diskusi ini dipandu oleh Dea Ageng Kretia (siswa SMA Negeri 1 Pamotan) dengan nara sumber Abdul Khamim (pendiri Komunitas Gentong Miring, Sluke).

Gbr. Tampak dari kiri, Dea Ageng Kretia memandu diskusi, dan Abdul Khamim selaku nara sumber dalam diskusi bulanan di Komunitas Rumah Baca Pamotan

Dikusi diawali dengan pemutaran film dokumenter yang berjudul "Etika Sosial dan Baju Baru". Film ini disuguhkan sebagai pengantar diskusi. Isi dari film ini yaitu berisikan tentang pandangan para pelajar tentang busana di hari raya. Film dokumenter tersebut dapat dilihat pada link berikut ini.


Dea Ageng Kretia dalam mengawali diskusi ini, menyampaikan gagasan awal kenapa dikusi dengan tema busana di hari raya ini di gelar. Menurut Dea, panggilan akrap gadis cantik dari SMA Pamotan ini, pada akhir-akhir ini banyak anak-anak muda menggunakan busana yang melampaui batas etika, moral, dan bahkan norma agama, tidak dihiraukan.

Menurut Dea, batasan penggunaan busana saat ini cenderung dikendalikan oleh batasan tren, mode, yang cenderung mengeksplotasi tubuh dari pemakai busana itu sendiri. Dan patut di duga, lanjut Dea, dalam kasus-kasus kecil, busana malah menjadi pintu awal masuknya aspek sensualitas yang berlebihan, erotisme, dan konsumerisme.

Dalam kasus-kasus kecil pula, menurut Dea, busana tidak lagi menjadi memancarkan fungsi keamaan, keselamatan, kesantunan, dan kehormatan dari pemakainya. Menarik kemudian, ungkap Dea, untuk kita diskusikan bersama dengan nara sumber, Abdul Khamim, Budayawan Rembang, tentang bagaimana berbusana. Untuk itu, lanjut Dea, saya persilahkan mas Khamim dalam memulai diskusi kali ini.

(film diskusi dalam proses editing)

Abdul Khamim dalam memulai diskusi ini, menyapa dengan hangat kepada para peserta diskusi. Sebelum menyampaikan gagasanya, Pegiat Komunitas Gentong Miring Sluke ini memberi apresiasi kepada Komunita Rumah Baca Pamotan, yang telah menggelar diskusi ini. Khamim mengaku sangat terhormat ketika mendapatkan kesempatan sebagai nara sumber dalam diskusi kali ini.

Menurut mas Khamim, menggunakan busana apa saja di hari itu sifatnya syah-syah saja, yang penting busana itu tidak melukai dari tradisi dan kepercayaan setempat. Khamim menegaskan, berbusana di hari raya merupakan representasi (wujud) dari kegembiraan mereka yang telah melangsungkan ibadah puasa selama satu bulan. Ungkap Khamim, Rosulullah (Muhammad SAW) pun memperbolehkan ummatnya merayakan setelah ibadah puasa. Luapan kegembiraan itu, Khamim mencontohkan, dapat diwujudkan dengan perilaku memakai baju baru di hari raya.

Gbr. Abdul Khamim dengan semangat menjelaskan cara pandang berbusana di hari raya kepada peserta diskusi bulanan di komunitas rumah baca pamotan

Namun Khamim sangat prihatin dengan busana yang dipakai anak muda saat ini. Menurut Khamim, tren busana saat ini telah dijajah oleh budaya konsumerisme yang tidak memiliki tautan (hubungan) dengan tradisi kita. Lihat saja tren busana korea, ungkap Khamim, yang sangat marak digandrungi (disenangi) oleh anak muda. Tren busana tersebut tentu saja tidak hanya melanggar batasan aurat lak-laki dan perempuan, tegas khamim, tren busana tersebut juga telah membangun kontruksi (pikiran) anak muda asat ini untuk meninggalkan kekayaan tradisi busana masyarakat lokal. Masyarakt lokal yang dimaksud Khamim adalah masyarakat Jawa yang Islam, atau dalam istilah Khamim, Islam Jawa.

Khamim mencontohkan tren busana dengan istilah busana tutik. Busana tutik yang dimaksud adalah busana yang jika dipakai, anunya metu sitik. Tutik itu metu sitik, tegas Khamim. Khamim juga mencontohkan tren busana SMS. Istilah busana SMS ini dipinjamnya dari temannya, yaitu Habib Mutohar. Dengan memohon maaf kepada peserta diskusi, Khamim menjelaskan kepanjangan sms, sms yang dimaksud adalah silite metu sitik. 


Gbr. Dea Ageng Kretia sedang meminta Abdul Khamim untuk mempertajam konsep busana terhadap kemandirian khazanal lokal

Pegiat Komunitas Genting Miring Sluke ini menyarankan kepada peserta diskusi, dalam mengenakan busana harusnya tidak keluar dari khazanah lokal dan pondasi religi (keyakinan). Khamim menegaskan, busana yang dipilih harusnya ketika busana itu dipakai, pemakainya merasa nyaman. Seperti busana yang dia kenakan, dengan menunjukkan busana yang dia pakai saat mengisi diskusi kali ini. Saya kemana-mana selalu menggunakan celana kolor warna hitam dan atasan kaos oblong, tegaspengakuan dari pelukis Rembang ini. Aspek kenyamanan dalam berpakaian inilah yang menurut saya, tegas Khamim, perlu didahulukan. Bukan pengenaan busana yang jauh dari akar budaya masyarakat kita, tegas mas Khamim.

Dalam sesi tanya jawab, Dea mempersilahkan para peserta mengajukan pertanyaan seputar masalah busana yang sedang dihadapi anak muda. Pertanyaan pertama diajukan Alia Yuli Aatutik. Alia mengajukan pertanyaan yaitu bagaimana pandangan mas Khamim tentang seorang muslim menggenakan baju ketat hingga kelihatan body tubuhnya. Pertanyaan kedua disampaikan Mega Sabela, yaitu bagaimana cara mengatasi penggunaan pakaian yang terbuka tetapi itu sebagai tuntutan pekerjaan, misalnya pekerjaan sebagai model.

Berikut ini merupakan jawaban mas Khamim tentang dua pertanyaan di atas.

Untuk pertanyaan pertama, seorang muslim yang baik adalah muslim selalu memegang teguh norma religi yang diyakininya. Jika mengenakan pakaian yang membuat body tubuh pemakai busana itu tereksploitasi, jelas itu bukan pilihan, tegas Khamim. Menurut Khamim, jangan gunakan busana yang jika dipakai, malah mengakibatkan mudharat (akibat buruk). Semua perbuatan yang mengakibatkan efek yang buruk, tidak diperbolehkan agama. Gunakankah busana yang mengakibatkan pemakain busana itu mendapatkan suatu akibat yang maslakhat (kebaikan). Jadi, tegas Khamim, gunakan busana yang tidak mengeksplotasi tubuh dari pemakain busana itu sendiri.

Untuk pertanyaan kedua, ada dua solusi, ungkap Khamim. Solusi pertama, silahkan bekerja saja, namun setelah mendapatkan penghasilan, pilihlah model fashion yang menurut anda nyaman. Sebagai model, anda harus memiliki karakter busana yang relevan dengan akar tradisi masyarakat serta memiliki pondasi keyakinan yang kuat. Pilihan kedua, silahkan tinggalkan pekerjaan sebagai model fashion yang membawakan model pakaian terbuka. Untuk apa memiliki pekerjaan, tetapi kehidupan anda tidak nyaman, tidak nyaman di dunia, dan tidak nyaman di akhirat, tegasnya.

Demikian liputan diskusi dengan tema "etika busana di hari raya". Semoga liputan diskusi bulanan dari Komunitas Rumah Baca Pamotan ini menjadi inspirasi para peserta diskusi sekaligus para pembaca dalam mengenakan busana yang memanusiakan manusia, terimakasih.

Komunitas Rumah Baca Pamotan mengucapkan penghargaan komuntias kepada mas Abdul Khamim pendiri Komuntias Gentong Miring Sluke) , bapak Suroto (Guru SMA N 1 Pamotan), Moh. Tohir (pemilik warung penyet pamotan), mas Mahsun (aktivis pecinta alam) serta peserta diskusi dan masyarakat Palan Wetan, yang telah mendukung terselenggaranya diskusi bulanan kali ini.

Komunitas Rumah Baca Pamotan

Komunitas Rumah Baca Pamotan merupakan komunitas yang bergerak dalam membangun lingkungan budaya belajar membaca, menulis, dan cinta lingkungan. Komunitas ini berada di desa Pamotan, tepatnya di Dukuh Palan Wetan, Rt. 02/ Rw. 01 Pamotan Kode Pos 59261 dengan nomor handphone +6282324073263, Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah. 

Gbr. Suasana Ruang Komunitas Rumah Baca Pamotan

Komunitas Rumah Baca Pamotan buka setiap hari. Pengunjung dapat mengakses Rumah Baca dengan cara datang langsung. Berbagai kegiatan edukatif dapat dilakukan diantara dengan membaca buku-buku koleksi yang telah tersedia. Buku koleksi terdiri dari dua kategori, yaitu buku sekolah dan buku perkuliahan. 

Gbr. Tampak para pengunjung dari kalangan anak-anak sekolah dari lingkungan Pamotan

Gbr. Tampak para pengunjung sedang membaca koleksi buku Rumah Baca Pamotan

Kegiatan edukatif lainnya yang dapat dilakukan di Komunitas Rumah Baca Pamotan yaitu mengikuti yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Baru-baru ini, tepatnya pada tanggal 24 Juli 2013, telah terlaksana diskusi dengan tema "Etika Berbusana Di Hari Raya". 

Gbr. Suasana diskusi bulanan, Abdul Khamim sebagai pembicara tunggal dalam diskusi "Etika Busana Di Hari Raya"

Peserta dalam diskusi bulanan sejumlah 30 orang lebih. Para perserta berasal dari kalangan pelajar, kalangan pengajar, dan kalangan umum. Kegiatan diskusi dilakukan pada pagi hari, sore, dan malam hari. 

Gbr. Suasana diskusi bulanan yang ikuti puluhan peserta dari kalangan pelajar

Kegiatan terkini yang digelar di Komunitas Rumah Baca Pamotan adalah "Buka Puasa Bersama". Kegiatan ini diikuti para anggota komuntias rumah baca. 

Gbr. Tampak para anggota komuntias rumah baca pamotan sedang menggelar kegiatan buka puasa bersama dengan menu buka pembuka yaitu es kelapa muda

Gbr. Para anggota komunitas rumah baca pamotan sedang menggelar buka puasa bersama dengan menu makan ayam penyet

Komunitas Rumah Baca Pamotan akan senantiasa hadir di hadapan masyarakat Pamotan dengan menggelar kegiatan-kegiatan yang sifatnya edukatif. Semoga masyarakat Pamotan dan sekitarnya dapat memanfaatkan Komunitas Rumah Baca Pamotan dalam hal kebutuhan edukasi, terimakasih.