Koleksi Buku Rumah Baca Pamotan tahun 2014 |
Rabu, 17 Desember 2014
Katalog Visual Rumah Baca
Berikut ini daftar buku koleksi rumah baca pamotan dalam bentuk foto
Senin, 15 Desember 2014
Misi Kemanusian dalam Keroncong Lasem yang Terlupakan
Hingga sekarang Lasem sangat menarik menjadi obrolan semua kalangan. Bagaimana tidak, karena Lasem telah menjadi ikon kota multikultural yang pluralis dan toleran. Akulturasi damai agama-agama besar mulai dari Hindu, Budha, Kapitayan, hingga Islam pun terjadi disini. Tak hanya itu, Lasem juga menjadi simbol tata kota multikultural dengan beragam etnis mulai Jawa, Cina, dan Arab dengan hidup damai berdampingan.
Setiap mendengar kata Lasem, dikepala kita langsung terbayang dengan keindahan batik tulisnya, keakraban masyarakatnya, citarasa kopinya, keasrian pantainya, kemegahan arsitektur kota tuanya, dan beragam situs pusaka yang bertebaran disegala sudut kota. Namun ada satu identitas Lasem yang belum banyak diketahui orang, yaitu keberadaan grup musik keroncong lasemnya.
Menurut beberapa sumber yang dapat dipercaya, keroncong lasem telah eksis sejak era 70-an. Para pengikut keroncong kala itu tidak hanya mereka yang duduk dalam kelas sosial biasa, kaum terdidik dan hingga keturunan bangsawan lasem telah jatuh cinta pada alunan musik ini.
Jenis musik klasik berirama halus ini telah menyatu dengan ekspresi seni masyarakat kala itu. Setiap ada upacara rites hidup, mulai acara kelahiran, sunatan, mantenan, hingga pindah rumah, panggung keroncong lasem selalu dinantikan. Apalagi ketika ada perayaan hari-hari besar, keroncong lasem selalu tampil dengan penonton yang selalu merindukan gesekan biola yang sello yang genit dan menawan. Mereka yang hadir merasa nyaman dan tenang ketika pentas keroncong digelar. Saat itu, keroncong lasem benar-benar menjadi pemantik dalam mendorong tatalaku sosial yang di idam-idamkan.
Keroncong lasem telah menjadi media kerukunan sosial. Dengan bermodal ketajaman filling para pemain, seakan keroncong telah menyihir para penonton dengan menjauhkan pikiran jahat yang mengancam hak hidup dan misi kemanusiaan. Melalui keroncong ini pula, banyak seniman dan pegiat sosial dilahirkan. Saat itu pula, keroncong lasem bak lembaga pendidikan sosial yang arif dan menggairakan.
Namun sekarang, keroncong lasem semakin tersisih oleh zaman. Mundur perlahan namun pasti, alunan keroncong telah tergantikan oleh musik lain yang berseberangan dengan detak jantung seni orang lasem yang telah berurat dan berakar. Dan yang perlu dihawatirkan, jika keroncong lasem telah berfungsi membangun tatalaku rukun dengan beragam misi kemanusian itu, dengan hadirnya musik lain, bukan tidak mungkin perlahan akan hilang dari permukaan.
Walaupun mulai dilupakan, ternyata masih ada satu grup keroncong lasem yang masih eksis hingga sekarang. Kita patut memberi apresiasi yang besar, karena masih ada pelestari keroncong di lasem. Grup keroncong tersebut adalah “Gema Irama” yang ada di desa Gedongmulyo, Lasem.
Keroncong yang telah tutur sejarah lasem. Para pemainnya juga tidak pernah belajar musik secara khusus. Dengan modal ketajaman filling para pemain, hiburan rakyat ini sering menggema disudut rumah yang terletak di desa Gedungmulyo Lasem ini.
Grup keroncong Gema Irama ini merupakan satu-satunya keroncong di kabupaten Rembang yang masih tersisa. Mereka terdiri belasan personel aktif. Mereka diantaranya adalah mas Ali yang pegang orgen, mas Dirman pegang selo, mas Yoto pegang cuk/ ukulele, mas Anwar pegang cak, mas Pangat pegang cak/cang, mas Heru pegang bas, mas Danang pemegang biola, serta mbak Yayuk, mbak Wiwik, mbak Diyah, mas Ari, dan mas Yoyok yang selalu aktif sebagai penyanyi keroncong lasem ini.
Personel grup keroncong ini mengaku prihatin karena saat ini sangat minim generasi muda yang mau meneruskan serta melestarikan musik keroncong. Banyak yang cinta bermain musik, namun cuma sedikit yang mencintai keroncong. “Kami sendiri sering mengajak yang muda-muda. Tapi ya itu, rumongso sulit, ndak cocok, padahal belum mencoba masuk irama musik keroncong secara mendalam”, tandas mas Danang dengan keluh kesahnya.
Kegelisan mereka bukanlah terletak pada sepinya order keroncong Gema Irama. Para personelnya mengaku tidak mementingkan berapa upah yang diberikan saat manggung. Mereka gelisah karena musik keroncong semakin sepi penikmat dari kalangan anak muda. Sesekali mereka pentas saat ada acara keluarga para personelnya. Sesekali mereka juga diundang pada acara sosial di statiun radio, kegiatan di polsek, dan baru-baru ini juga pentas di Komunitas Rumah Baca Pamotan saat peringatan hari pahlawan.
Walaupun semakin ditinggalkan, mereka tetap semangat latihan musik. Dua kali dalam seminggu, mereka latihan di rumahnya mas Ali, salah seorang pimpinan keroncong Gema Irama. Selain memperdalam rasa dalam syair dan irama lagu keroncong, campursari, hingga dangdut, mereka juga selalu mempelajari pola irama lagu-lagu yang sedang ngetren saat ini untuk dikroncongkan. Tujuannya untuk menarik perhatian anak-anak muda agar cinta dengan alunan musik keroncong. Bahkan tidak hanya itu, dengan kreatif mereka telah menggarap syair keroncong yang didalamnya memuat sejarah lasem. Sebuah langkah baru dalam menstranformasikan nilai-nilai sejarah lasem yang dituangkan dalam lagu keroncongnya.
“Ada lagu ciptaan sendiri, cuma belum rekaman. Lagu berisi tentang kota lasem dan kota budaya. Kemarin baru saja kami garap dengan stail orgen. Lagu ini berkenaan dengan cinta dua negeri antara Campa dan Jawa, antara Binangti dan Pangeran Badranala. Lagu ini menggambarkan cerita pernikahan antara bangsawan Jawa dengan putri campa, sebagai bentuk akulturasi budaya lewat perkawinan”, tandas Mas Danang, pelestari keroncong lasem yang jatuh cinta dengan biolanya ini.
“Lagu ini juga menampilkan apa yang ada di Lasem, selain sejarahnya juga yang lainnya. Menurut kami, ada empat tokoh perang lasem sebagai mutiara yang sudah hilang, yang sekarang harusnya menjadi teladan masyarakat Lasem”, imbuhnya.
Sikap para personel Gema Irama yang ingin melestarikan keroncong lasem ini ternyata tidak lepas dari sejarah keroncong di Lasem itu sendiri. Apa yang dilakukannya sekarang merupakan ajaran kemanusiaan yang pernah diajarkan oleh para pendahulunya. “Gema irama itu generasi keroncong kedua setelah group keroncong Timbul Nada. Kami belajar dari Pak Selamet Wijawa dan beliau-beliau yang sekarang sudah kapundut semua. Dulu kami hanya ikut beliau-beliau. Kita nimbrung dan terus latihan”, ujar mas Ali, saat menceritakan sejarah keroncong di Lasem.
Grup keroncong lasem ternyata diperankan oleh para tokoh masyarakat Lasem. Dengan talenta seninya, para kaum terdidik lasem, sejarawan, guru, hingga pegawai, telah tampil dalam garda depan keroncong lasem. “Seingat saya Timbul Nada ada pak Selamet Wijaya yang pegang biola, pak Sarwan pegang flood/ suling, pak Sakban pegang selo, pak Dirman pegang cuk, pak Subari pegang cang, dan pak Setiaji pegang melodi. Beliau-beliau ini sudah meninggal semuanya. Melalui merekalah kami (keroncong Gema Irama) sekarang ada”, pungkas Ali.
Hal senada juga dituturkan Matoya, tentang keberadaan group keroncong Timbul Nada saat itu. “Setiap grup Timbul Nada manggung, Bapak Selamet Wijaya selalu pegang biola. Beliau sangat suka dengan lagu mawar biru karena penyanyinya adalah instrinya sendiri, Bu Selamet Wijaya”, ungkapnya.
“Saya menonton keroncong lasem sudah ratusan kali. Pak Selamet dengan para pensiunan PWRI selalu bermain keroncong di hari Selasa malam. Mulai dari Kaliori, Rembang, Sluke, Pamotan, Gunem, dan Lasem sendiri, pak Selamet berkeroncong sembari berbincang perihal masalah-masalah pensiunan. Pokoknya selalu main saat tanggapan manten”, tambah Matoya, Pegiat Paguyuban Bhre Lasem.
Pelajaran berharga yang dapat kita petik dari keroncong lasem adalah keroncong itu sebagai alat untuk misi kemanusiaan, bukan sebagai tujuan mencari upah. Misi kemanusiaan itu dapat kita lihat adanya kegiatan pendampingan para pensiunan PWRI yang rawan dengan ketidakpastian hidup tenang diusia lanjutnya yang diperankan grup keroncong Timbul Nada di era 70-an. Melalui keroncong, (almarhum) Selamet Wijaya dan kawan-kawan berkeliling mulai Kaliori hingga Gunem, menghibur para lansia. Disela-sela menghibur inilah, keroncong lasem telah memerankan diri sebagai konselor para lansia.
Keunikan keroncong lasem ini tidak berhenti begitu saja. Melalui keroncong, misi kemanusiaan ini kemudian dilanjutkan grup keroncong Gema Irama di era 2000-an. Keroncong generasi kedua ini semakin kreatif dalam mengemas pentasnya. Mereka tidak hanya menghibur para lansia dengan lagu keroncong, campursari, dan dangdut saja, lagu-lagu pop juga mereka keroncongkan. Dan yang menarik, mereka membuat syair keroncong yang sarat dengan sejarah lasem. Sebuah proses pencerahan sosial yang sangat halus dilakukan.
Tentu ini semua tidak pekerjaan mudah kawan. Karena mereka telah mampu mentransformasikan misi kemanusiaan dalam pentas seni dalam mewujudkan masyarakat yang pluralis dan toleran. Bukankah demikian?
Setiap mendengar kata Lasem, dikepala kita langsung terbayang dengan keindahan batik tulisnya, keakraban masyarakatnya, citarasa kopinya, keasrian pantainya, kemegahan arsitektur kota tuanya, dan beragam situs pusaka yang bertebaran disegala sudut kota. Namun ada satu identitas Lasem yang belum banyak diketahui orang, yaitu keberadaan grup musik keroncong lasemnya.
Menurut beberapa sumber yang dapat dipercaya, keroncong lasem telah eksis sejak era 70-an. Para pengikut keroncong kala itu tidak hanya mereka yang duduk dalam kelas sosial biasa, kaum terdidik dan hingga keturunan bangsawan lasem telah jatuh cinta pada alunan musik ini.
Jenis musik klasik berirama halus ini telah menyatu dengan ekspresi seni masyarakat kala itu. Setiap ada upacara rites hidup, mulai acara kelahiran, sunatan, mantenan, hingga pindah rumah, panggung keroncong lasem selalu dinantikan. Apalagi ketika ada perayaan hari-hari besar, keroncong lasem selalu tampil dengan penonton yang selalu merindukan gesekan biola yang sello yang genit dan menawan. Mereka yang hadir merasa nyaman dan tenang ketika pentas keroncong digelar. Saat itu, keroncong lasem benar-benar menjadi pemantik dalam mendorong tatalaku sosial yang di idam-idamkan.
Keroncong lasem telah menjadi media kerukunan sosial. Dengan bermodal ketajaman filling para pemain, seakan keroncong telah menyihir para penonton dengan menjauhkan pikiran jahat yang mengancam hak hidup dan misi kemanusiaan. Melalui keroncong ini pula, banyak seniman dan pegiat sosial dilahirkan. Saat itu pula, keroncong lasem bak lembaga pendidikan sosial yang arif dan menggairakan.
Namun sekarang, keroncong lasem semakin tersisih oleh zaman. Mundur perlahan namun pasti, alunan keroncong telah tergantikan oleh musik lain yang berseberangan dengan detak jantung seni orang lasem yang telah berurat dan berakar. Dan yang perlu dihawatirkan, jika keroncong lasem telah berfungsi membangun tatalaku rukun dengan beragam misi kemanusian itu, dengan hadirnya musik lain, bukan tidak mungkin perlahan akan hilang dari permukaan.
Walaupun mulai dilupakan, ternyata masih ada satu grup keroncong lasem yang masih eksis hingga sekarang. Kita patut memberi apresiasi yang besar, karena masih ada pelestari keroncong di lasem. Grup keroncong tersebut adalah “Gema Irama” yang ada di desa Gedongmulyo, Lasem.
Keroncong yang telah tutur sejarah lasem. Para pemainnya juga tidak pernah belajar musik secara khusus. Dengan modal ketajaman filling para pemain, hiburan rakyat ini sering menggema disudut rumah yang terletak di desa Gedungmulyo Lasem ini.
Mas Danang, mas Yoyok, mas Yoto sedang menghibur warga dengan grup keroncong Gema Irama Lasem (Doc. Foto Rumah Baca Pamotan, 2014) |
Personel grup keroncong ini mengaku prihatin karena saat ini sangat minim generasi muda yang mau meneruskan serta melestarikan musik keroncong. Banyak yang cinta bermain musik, namun cuma sedikit yang mencintai keroncong. “Kami sendiri sering mengajak yang muda-muda. Tapi ya itu, rumongso sulit, ndak cocok, padahal belum mencoba masuk irama musik keroncong secara mendalam”, tandas mas Danang dengan keluh kesahnya.
Kegelisan mereka bukanlah terletak pada sepinya order keroncong Gema Irama. Para personelnya mengaku tidak mementingkan berapa upah yang diberikan saat manggung. Mereka gelisah karena musik keroncong semakin sepi penikmat dari kalangan anak muda. Sesekali mereka pentas saat ada acara keluarga para personelnya. Sesekali mereka juga diundang pada acara sosial di statiun radio, kegiatan di polsek, dan baru-baru ini juga pentas di Komunitas Rumah Baca Pamotan saat peringatan hari pahlawan.
Walaupun semakin ditinggalkan, mereka tetap semangat latihan musik. Dua kali dalam seminggu, mereka latihan di rumahnya mas Ali, salah seorang pimpinan keroncong Gema Irama. Selain memperdalam rasa dalam syair dan irama lagu keroncong, campursari, hingga dangdut, mereka juga selalu mempelajari pola irama lagu-lagu yang sedang ngetren saat ini untuk dikroncongkan. Tujuannya untuk menarik perhatian anak-anak muda agar cinta dengan alunan musik keroncong. Bahkan tidak hanya itu, dengan kreatif mereka telah menggarap syair keroncong yang didalamnya memuat sejarah lasem. Sebuah langkah baru dalam menstranformasikan nilai-nilai sejarah lasem yang dituangkan dalam lagu keroncongnya.
“Ada lagu ciptaan sendiri, cuma belum rekaman. Lagu berisi tentang kota lasem dan kota budaya. Kemarin baru saja kami garap dengan stail orgen. Lagu ini berkenaan dengan cinta dua negeri antara Campa dan Jawa, antara Binangti dan Pangeran Badranala. Lagu ini menggambarkan cerita pernikahan antara bangsawan Jawa dengan putri campa, sebagai bentuk akulturasi budaya lewat perkawinan”, tandas Mas Danang, pelestari keroncong lasem yang jatuh cinta dengan biolanya ini.
“Lagu ini juga menampilkan apa yang ada di Lasem, selain sejarahnya juga yang lainnya. Menurut kami, ada empat tokoh perang lasem sebagai mutiara yang sudah hilang, yang sekarang harusnya menjadi teladan masyarakat Lasem”, imbuhnya.
Sikap para personel Gema Irama yang ingin melestarikan keroncong lasem ini ternyata tidak lepas dari sejarah keroncong di Lasem itu sendiri. Apa yang dilakukannya sekarang merupakan ajaran kemanusiaan yang pernah diajarkan oleh para pendahulunya. “Gema irama itu generasi keroncong kedua setelah group keroncong Timbul Nada. Kami belajar dari Pak Selamet Wijawa dan beliau-beliau yang sekarang sudah kapundut semua. Dulu kami hanya ikut beliau-beliau. Kita nimbrung dan terus latihan”, ujar mas Ali, saat menceritakan sejarah keroncong di Lasem.
Grup keroncong lasem ternyata diperankan oleh para tokoh masyarakat Lasem. Dengan talenta seninya, para kaum terdidik lasem, sejarawan, guru, hingga pegawai, telah tampil dalam garda depan keroncong lasem. “Seingat saya Timbul Nada ada pak Selamet Wijaya yang pegang biola, pak Sarwan pegang flood/ suling, pak Sakban pegang selo, pak Dirman pegang cuk, pak Subari pegang cang, dan pak Setiaji pegang melodi. Beliau-beliau ini sudah meninggal semuanya. Melalui merekalah kami (keroncong Gema Irama) sekarang ada”, pungkas Ali.
Hal senada juga dituturkan Matoya, tentang keberadaan group keroncong Timbul Nada saat itu. “Setiap grup Timbul Nada manggung, Bapak Selamet Wijaya selalu pegang biola. Beliau sangat suka dengan lagu mawar biru karena penyanyinya adalah instrinya sendiri, Bu Selamet Wijaya”, ungkapnya.
“Saya menonton keroncong lasem sudah ratusan kali. Pak Selamet dengan para pensiunan PWRI selalu bermain keroncong di hari Selasa malam. Mulai dari Kaliori, Rembang, Sluke, Pamotan, Gunem, dan Lasem sendiri, pak Selamet berkeroncong sembari berbincang perihal masalah-masalah pensiunan. Pokoknya selalu main saat tanggapan manten”, tambah Matoya, Pegiat Paguyuban Bhre Lasem.
Pelajaran berharga yang dapat kita petik dari keroncong lasem adalah keroncong itu sebagai alat untuk misi kemanusiaan, bukan sebagai tujuan mencari upah. Misi kemanusiaan itu dapat kita lihat adanya kegiatan pendampingan para pensiunan PWRI yang rawan dengan ketidakpastian hidup tenang diusia lanjutnya yang diperankan grup keroncong Timbul Nada di era 70-an. Melalui keroncong, (almarhum) Selamet Wijaya dan kawan-kawan berkeliling mulai Kaliori hingga Gunem, menghibur para lansia. Disela-sela menghibur inilah, keroncong lasem telah memerankan diri sebagai konselor para lansia.
Keunikan keroncong lasem ini tidak berhenti begitu saja. Melalui keroncong, misi kemanusiaan ini kemudian dilanjutkan grup keroncong Gema Irama di era 2000-an. Keroncong generasi kedua ini semakin kreatif dalam mengemas pentasnya. Mereka tidak hanya menghibur para lansia dengan lagu keroncong, campursari, dan dangdut saja, lagu-lagu pop juga mereka keroncongkan. Dan yang menarik, mereka membuat syair keroncong yang sarat dengan sejarah lasem. Sebuah proses pencerahan sosial yang sangat halus dilakukan.
Tentu ini semua tidak pekerjaan mudah kawan. Karena mereka telah mampu mentransformasikan misi kemanusiaan dalam pentas seni dalam mewujudkan masyarakat yang pluralis dan toleran. Bukankah demikian?
Selasa, 25 November 2014
Proposal Kegiatan Rumah Baca Pamotan Tahun 2015
A. DASAR PEMIKIRAN
Membaca, menulis, dan cinta lingkungan merupakan tindakan nyata dalam menyiapkan generasi muda sebagai agen perubahan bangsa. Dengan membaca, generasi muda mampu mengenali dan memahami ilmu pengetahun. Dengan menulis, menjadi media untuk mengembangkan kecerdasan dan keterampilan anak bangsa. Dan dengan cinta lingkungan, generasi muda dapat mengabdikan dirinya untuk kepentingan bangsa dan negaranya. Berdasarkan gagasan tersebut, Rumah Baca Pamotan memiliki visi dan misi “Terdepan Dalam Membaca, Menulis, Dan Cinta Lingkungan”.
Dengan semangat pendidik, pada tahun 2015 Rumah Baca Pamotan memiliki beragam rencana kegiatan dalam rangka mewujudkan visi dan misi di atas. Beberapa rencana kegiatan tersebut diantaranya; Sewa Tempat untuk Rumah Baca, Pengadaan Buku, Pengadaan Komputer dan Internet, Pengadaan Mebeler, Alat Tulis Kantor (ATK) dan Printer, Belajar Kelompok, Pelatihan Jurnalistik, Cetak Majalah Komunitas, Cetak Buku Komunitas, Pengelolaan Website Komunitas, Diskusi Umum, Layanan Peminjaman, Perpustakaan Keliling (Pusling), Santunan Anak Yatim, Penangkaran Bibit Rakyat, Penanaman Pohon, Bersih Sungai, Pentas Seni dan Budaya, dan Pengadaan Unit Usaha.
Berdasarkan pengalaman kegiatan sebelumnya, tahun 2013 dan tahun 2014, kami mengakui bahwa tidak cukup hanya dengan iuran anggota serta relawan Rumah Baca Pamotan dalam membiayai kegiatan di Rumah Baca Pamotan. Kami mengundang para anggota masyarakat, tokoh masyarakat, pengusaha, politisi, pendidik, pemuda, pegawai, pekerja sosial, hingga pemerintah untuk membantu kami agar kegiatan Rumah Baca Pamotan terlaksana. Berikut terlampir rincian dana kegiatan yang kami butuhkan dalam tahun 2015.
B . LANDASAN KEGIATAN
Landasan kegiatan Proposal Kegiatan Rumah Baca Pamotan tahun 2015 adalah sebagai berikut;
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007
2. Kepmendagri No. 03 Tahun 2001 Tentang Perpusatakaan Desa/Keluarahan Instruksi Mendagri No. 28 Th 1984
3. Perpustakaan Nasional RI tentang Pedoman Penyelenggaaran Perpustakaan Desa Tahun 2000
4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Rumah Baca Pamotan Tahun 2013
5. Surat Keputusan Kepala Desa Pamotan Nomor 023/SKKD/XI/2014 tentang pengukuhan Kepengurusan Rumah Baca Pamotan
6. Akta Pendirian Rumah Baca Pamotan dengan Notaris Holifia Sajad, S.H. M.Kn. tertanggal 04 November 2014 Nomor 25
7. Program Kerja Rumah Baca Pamotan Tahun 2015
2. Kepmendagri No. 03 Tahun 2001 Tentang Perpusatakaan Desa/Keluarahan Instruksi Mendagri No. 28 Th 1984
3. Perpustakaan Nasional RI tentang Pedoman Penyelenggaaran Perpustakaan Desa Tahun 2000
4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Rumah Baca Pamotan Tahun 2013
5. Surat Keputusan Kepala Desa Pamotan Nomor 023/SKKD/XI/2014 tentang pengukuhan Kepengurusan Rumah Baca Pamotan
6. Akta Pendirian Rumah Baca Pamotan dengan Notaris Holifia Sajad, S.H. M.Kn. tertanggal 04 November 2014 Nomor 25
7. Program Kerja Rumah Baca Pamotan Tahun 2015
C. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan dari kegiatan Proposal Kegiatan Rumah Baca Pamotan tahun 2015 adalah untuk mewujudkan terlaksananya kegiatan di Rumah Baca Pamotan. Dengan demikian secara teknis, tujuan dari kegiatan Rumah Baca Pamotan yaitu agar terwujudnya kegiatan Sewa Tempat untuk Rumah Baca, Pengadaan Buku, Pengadaan Komputer dan Internet, Pengadaan Mebeler, Alat Tulis Kantor (ATK) dan Printer, Belajar Kelompok, Pelatihan Jurnalistik, Cetak Majalah Komunitas, Cetak Buku Komunitas, Pengelolaan Website Komunitas, Diskusi Umum, Layanan Peminjaman, Perpustakaan Keliling (Pusling), Santunan Anak Yatim, Penangkaran Bibit Rakyat, Penanaman Pohon, Bersih Sungai, Pentas Seni dan Budaya, hingga terwujudnya kegiatan Pengadaan Unit Usaha.
D. MANFAAT KEGIATAN
Manfaat dari kegiatan Proposal Kegiatan Rumah Baca Pamotan tahun 2015 meliputi dua hal. Pertama, Rumah Baca Pamotan menjadi pusat pendidikan non-formal masyarakat umum. Kedua, Rumah Baca Pamotan menjadi agen dari perubahan sosial dalam rangka mewujudkan kehidupan yang penuh dengan cinta dan damai.
Senin, 24 November 2014
Poster Sosial Karya Siswa
Poster sosial karya siswa ini berangkat dari tugas terstruktur mata pelajaran sosiologi kelas XI IPS semester dua. Poster sosial ini diawali dari hasil searching anak-anak terhadap masalah-masalah sosial yang pernah di muat di media massa khususnya media cetak harian umum atau koran. Langkah ini bertujuan untuk membangun keterampilan siswa dalam mencari sumber belajar yang ada di masyarakat.
baca juga: literasi foto dan video
Selanjutnya, laporan masalah sosial yang ada di harian umum/koran tersebut dibuat kliping. Usai membuat kliping, langkah berikutnya yaitu menganalisis isi kliping dengan beberapa point. Point-point penting yang perlu tekankan dalam analisis kliping tersebut diantaranya; latar belakang munculnya masalah sosial, penyebab masalah sosial, proses terjadinya masalah sosial, aktor-aktor yang terlibat, dampak terjadinya masalah sosial, ramalan masalah sosial, dan solusi terhadap masalah sosial.
Pascaanalisis kling sosial dengan penekanan pada point-point penting diatas, selanjutnya siswa menyusun konsep solusi untuk mengurangi terjadinya masalah sosial. Solusi siswa diharapkan menggunakan pendekatan fungsional.
Setelah model solusi diselesaikan, langkah selanjutnya adalah memproduksi konsep solusi. Produk solusi ditekankan telah dalam bentuk soft copy. Dengan bentuk file tersebut, produk siswa dapat dishare di media sosial. Dengan dishare di social media, diharapkan tujuan dari solusi masalah-masalah sosial ini terbantukan. Selain itu, para siswa diharapkan telah menjadi industri pemasok isi pada media sosial, yang selama ini hanya sebagai pengguna/konsumen saja.
Semoga pendekatan pembelajaran dengan menggunakanan poster sosial karya siswa ini, siswa semakin dapat mengembangkan kreativitasnya, dan kreativitas itu digunakan sebesar-besarnya untuk kemajuan negawa Indonesia. Tentu pendekatan ini terdapat kelebahan dan kekurangannya, dengan demikian, kami mohon masukan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Berikut ini merupakan produk poster masalah sosial.
baca juga: literasi foto dan video
Selanjutnya, laporan masalah sosial yang ada di harian umum/koran tersebut dibuat kliping. Usai membuat kliping, langkah berikutnya yaitu menganalisis isi kliping dengan beberapa point. Point-point penting yang perlu tekankan dalam analisis kliping tersebut diantaranya; latar belakang munculnya masalah sosial, penyebab masalah sosial, proses terjadinya masalah sosial, aktor-aktor yang terlibat, dampak terjadinya masalah sosial, ramalan masalah sosial, dan solusi terhadap masalah sosial.
Pascaanalisis kling sosial dengan penekanan pada point-point penting diatas, selanjutnya siswa menyusun konsep solusi untuk mengurangi terjadinya masalah sosial. Solusi siswa diharapkan menggunakan pendekatan fungsional.
Setelah model solusi diselesaikan, langkah selanjutnya adalah memproduksi konsep solusi. Produk solusi ditekankan telah dalam bentuk soft copy. Dengan bentuk file tersebut, produk siswa dapat dishare di media sosial. Dengan dishare di social media, diharapkan tujuan dari solusi masalah-masalah sosial ini terbantukan. Selain itu, para siswa diharapkan telah menjadi industri pemasok isi pada media sosial, yang selama ini hanya sebagai pengguna/konsumen saja.
Semoga pendekatan pembelajaran dengan menggunakanan poster sosial karya siswa ini, siswa semakin dapat mengembangkan kreativitasnya, dan kreativitas itu digunakan sebesar-besarnya untuk kemajuan negawa Indonesia. Tentu pendekatan ini terdapat kelebahan dan kekurangannya, dengan demikian, kami mohon masukan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Berikut ini merupakan produk poster masalah sosial.
Poster sosial ini digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Terimakasih.
Rabu, 19 November 2014
Pentas Seni Keroncong
Dalam rangka memperingati hari pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November, kemarin Komunitas Rumah Baca Pamotan mengadakan kegiatan penyantunan anak yatim dan pentas seni keroncong.
Kepedulian seni tradisi dan jiwa kepahlawanan merupakan bagian dari cinta terhadap produk kesenian tradisional. Wujud jiwa kepahlawanan juga merupakan upaya melestarikan hasil kreatifitas anak negri apalagi kesenian asli nusantara ini memiliki unsur historis dan semangat nasionalisme. Salah satu seni tradisi yang mempunyai unsur tersebut adalah seni keroncong.
Berikut ini merupakan foto kegiatan pentas seni keroncong yang diselenggarakan Komunitas Rumah Baca Pamotan pada awal bulan November tahun 2014 yang lalu.
Kepedulian seni tradisi dan jiwa kepahlawanan merupakan bagian dari cinta terhadap produk kesenian tradisional. Wujud jiwa kepahlawanan juga merupakan upaya melestarikan hasil kreatifitas anak negri apalagi kesenian asli nusantara ini memiliki unsur historis dan semangat nasionalisme. Salah satu seni tradisi yang mempunyai unsur tersebut adalah seni keroncong.
Berikut ini merupakan foto kegiatan pentas seni keroncong yang diselenggarakan Komunitas Rumah Baca Pamotan pada awal bulan November tahun 2014 yang lalu.
Suasana merias entit saat akan tampil panggung |
Sedang serus merias entit yang sedang buka sms |
Suasana panggung peringatan hari pahlawan |
Penerima tamu sedang berlatih mc |
Komunitas keroncong rindu order siap manggung |
Pegiat seni keroncong sedang ukur irama |
Irama sudah siap menghibur pendengar setia |
Menghibur dengan lagu pembuka |
Penonton mulai berdatangan |
Selasa, 11 November 2014
Surat Pernyataan Tidak Memiliki NPWP
SURAT PERNYATAAN
TIDAK MEMILIKI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)
Sehubungan dengan persyaratan pembukaan rekening pada Bank Jateng, saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Suhadi
Jabatan : Ketua Komunitas Rumah Baca Pamotan
Alamat : Desa Pekalongan Rt. 005 Rw. 002 Kecamatan Winong Kabuten Pati Kode Pos 59181
No. KTP : 3318040304820005
Dengan ini menyatakan, bahwa pada saat ini Lembaga Komunitas Rumah Baca tidak memiliki NPWP. Apabila nanti saya telah memiliki NPWP maka saya akan serahkan copy NPWP tersebut kepada bank Jateng sesegera mungkin sebagai dokumen pendukung pembukaan rekening.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Pamotan,
Yang Menyatakan :
( SUHADI)
TIDAK MEMILIKI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)
Sehubungan dengan persyaratan pembukaan rekening pada Bank Jateng, saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Suhadi
Jabatan : Ketua Komunitas Rumah Baca Pamotan
Alamat : Desa Pekalongan Rt. 005 Rw. 002 Kecamatan Winong Kabuten Pati Kode Pos 59181
No. KTP : 3318040304820005
Dengan ini menyatakan, bahwa pada saat ini Lembaga Komunitas Rumah Baca tidak memiliki NPWP. Apabila nanti saya telah memiliki NPWP maka saya akan serahkan copy NPWP tersebut kepada bank Jateng sesegera mungkin sebagai dokumen pendukung pembukaan rekening.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Pamotan,
Yang Menyatakan :
( SUHADI)
SURAT KETERANGAN NPWP DALAM PROSES
SURAT KEPUTUSAN KEPALA DESA PAMOTAN
KECAMATAN PAMOTAN
KABUPATEN PAMOTAN
JL. JAPEREJO NO. 01 PAMOTAN REMBANG
SURAT KETERANGAN NPWP DALAM PROSES
NOMOR:
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Desa Pamotan Kecamatan Pamotan Kabuten Rembang menerangkan bahwa ;
Organisasi : Komunitas Rumah Baca Pamotan
Alamat : Dukuh Palan Rt. 002 Rw. 001 Desa Pamotan Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah.
Setelah diadakan penelitian hingga saat dikeluarkan surat keteranan ini, bahwa Komunitas Rumah Baca Pamotan Dalam Proses Membuat NPWP.
Demikian Surat Keterangan ini kami buat dan diberikan kepada yang berkepentingan untuk selanjutnya supaya dipergunakan seperlunya.
Pamotan, 11 November 2014
Mengetahui,
KEPALA DESA PAMOTAN CAMAT PAMOTAN
ABDUL ROUF M. WIYOTO, S.E
NIP.
SURAT PERNYATAAN TIDAK MEMILIKI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)
SURAT PERNYATAAN
TIDAK MEMILIKI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)
Sehubungan dengan persyaratan pembukaan rekening pada Bank Jateng, saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Suhadi
Jabatan : Ketua Komunitas Rumah Baca Pamotan
Alamat : Desa Pekalongan Rt. 005 Rw. 002 Kecamatan Winong Kabuten Pati Kode Pos 59181
No. KTP : 3318040304820005
Dengan ini menyatakan, bahwa pada saat ini Lembaga Komunitas Rumah Baca tidak memiliki NPWP. Apabila nanti saya telah memiliki NPWP maka saya akan serahkan copy NPWP tersebut kepada bank Jateng sesegera mungkin sebagai dokumen pendukung pembukaan rekening.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Pamotan,
Yang Menyatakan :
( SUHADI)
Surat Keputusan Struktur Kepengurusan Komunitas Rumah Baca Pamotan
SURAT KEPUTUSAN KEPALA DESA PAMOTAN
KECAMATAN PAMOTAN
KABUPATEN PAMOTAN
JL. JAPEREJO NO. 01 PAMOTAN REMBANG
SURAT KEPUTUSAN
KEPALA DESA PAMOTAN
NOMOR :
TENTANG
PENGUKUHAN KEPENGURUSAN KOMUNITAS RUMAH BACA PAMOTAN
DESA PAMOTAN KECAMATAN PAMOTAN KABUPATEN REMBANG
PERIODE 2014 s.d 2016
Menimbang:
- Bahwa perpustakaan Desa / Kelurahan adalah wadah penyediaan bahan bacaan sebagai salah satu sumber belajar bagi masyarakat dalam rangka mencerdaskan dan memberdayakan masyarakat, serta menunjang pelaksanaan pendidikan nasional.
- Bahwa sumber belajar bagi masyarakat adalah setiap bahan bacaan yang dapat dibaca dan dipelajri oleh masyarakat dalam upaya meningkatkan pengetahuan, menambah wawasan, membentuk sikap dan prilaku, serta mengembangkan keterampilan terapan yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidupnya.
- Bahwa bahan bacaan adalah semua media cetak yang disediakan bagi masyarakat dalam bentuk buku, majalah, tabloit, brosur, surat kabar, lelaflet dan bahan cetakan lainnya yang bersifat informatif yang dapat dibaca, dipelajari dan memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat.
- Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a, b, dan c maka perlu menetapkan keputusan Kepala Desa Pamotan tentang pengukuhan kepengurusan Komunitas Rumah Baca Pamotan Periode 2014 s.d 2016.
Mengingat:
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007
- Kepmendagri No. 03 Tahun 2001 Tentang Perpusatakaan Desa/Keluarahan Instruksi Mendagri No. 28 Th 1984
- Perpustakaan Nasional RI tentang Pedoman Penyelenggaaran Perpustakaan Desa Tahun 2000
Memperhatikan :
Hasil Temu Rapat Pembentukan Komunitas Rumah Baca Pamotan Tanggal 01 Juni 2013 di Dukuh Palan Rt. 002 Rw. 001 Desa Pamotan Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Mengukuhkan Kepengurusan “Kepengurusan Komunitas Rumah Baca Pamotan” sebagai tersebut pada lampiran Keputusan ini.
Kedua : Segala biaya yang timbul akibat keputusan ini dibebankan kepada Anggaran Belanja Komunitas Rumah Baca Pamotan.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
DITETAPKAN DI : DESA PAMOTAN
PADA TANGGAL : 11 November 2014
Mengetahui,
KEPALA DESA PAMOTAN CAMAT PAMOTAN
ABDUL ROUF M. WIYOTO, S.E
NIP.
NIP.
Tembusan ; di sampaikan Kepada Yth,
1. Dinas Pendidikan Kec. Pamotan
2. Badan Pemusyaratan Desa Desa Pamotan
3. Arsip
Lampiran :
Struktur Kepengurusan Komunitas Rumah Baca Pamotan
SURAT KEPUTUSAN
KEPALA DESA PAMOTAN
NOMOR :
TENTANG
PENGUKUHAN KEPENGURUSAN KOMUNITAS RUMAH BACA PAMOTAN
DESA PAMOTAN KECAMATAN PAMOTAN
KABUPATEN REMBANG
PERIODE 2014 s.d 2016
Pembina : Kepala Desa Pamotan
Ketua : Suhadi
Sekretaris : Ayuana Yolanda
Bendahara : Mutammimah
BIDANG-BIDANG
Bidang Organisasi :
1. Muntohir Muhammad
2. Rizqotul Munfarida
Bidang Informasi dan Komunikasi:
1. Emma
2. Amalia
Bidang Penelitian dan Pengembangan:
1. Siti Chusnia
2. Mega Sabella
Bidang Program Kegiatan:
1. Intan Nu Fathurrowi
2. Najiyah Maksufah
DITETAPKAN DI : DESA PAMOTAN
PADA TANGGAL : 11 November 2014
Mengetahui,
KEPALA DESA PAMOTAN CAMAT PAMOTAN
ABDUL ROUF M. WIYOTO, S.E
NIP.
NIP.
Langganan:
Postingan (Atom)