Senin, 21 September 2015

Umur Menjadi Pembeda Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anaknya

Oleh: Amna Nabila / amnanabila12@gmail.com
(Siswa SMA Negeri 1 Pamotan)


Alhamdulillahdengan rahmat Tuhan yang Maha Esa,makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik dan lancar.adapun makalah ini saya tulis hanya semata-matauntuk lebih memberikaninformasi tentang pengasuhan anak,serta untuk bisa membedakan antara pola asuh keluarga 1 dan yang lainnya.dan memberikan karakter kepada anak,supaya anak bisa mengenal dirinya lebih dalam sebelum mengenal orang lain.
Dalam mengetahui pola asuh orang tua kepada anaknya,saya melakukan pengamatan kepada keluarga yang bersangkutan,yang memberikan informasi,dan pelajaran tentang pengasuhan,pengarahan anak dalam berbagai bentuk,arah,aspek,maupun dalamperatuhan pengasuhan umum.
 Selain pengamatan,cepat tanggap kepada setiap tingkah laku anak dan orang tua,saya sertakan bukti berupa foto yang menjadi cara pengamatan saya untuk bisa memberikan info serta pembuktian dalam penulisan makalah ini.
Makalah ini saya tulis dengan penuh rasa bangga dan senang dalam melakukan suatu pemahaman tentang pola asuh orang tua kepada anaknya,yang menjadi pemikiran saya atau pokok penting pengamatan saya yaitu cara orang tua mengenalkan kasih sayang,cara orang tua mengenalkan jenis kelamin anaknya,cara orang tua mengenalkan anggota keluarganya,cara orang tua mengenalkan konsep kebersihan,cara orang tua mengenalkan benda-benda berbahaya (pisau,listrik,api),cara orang tua mengenalkan konsep kesehatan,cara orang tua mengenalkan agamanya yang dianut.
 Kesungguhan dalam pembuatan makalah ini sangatlah berperan penting,unggul untuk dapat menyelesaikan sebuah persoalan,dimana persoalan itu berperan penting dalampenentuan sebuah nilai yang maksimal dan memuaskan.

Orang tua biasa halnya dengan mencium anaknya  yang masih imut dan lucu,biasa dilaskukan dengan mencium pipi kanan , pipi kiri, dan dahi anaknya,itu dilakukan hanya karena gemes dan memang bukti umum kesenangan dan kasih sayang orang tua dan anaknya.Adapun dari pengamatan saya dari satu keluarga dengan keluarga lain hampir sama,ini bukti dari kasih sayang orang tua terhadap anaknya.
Jika anaknya masih berusia kurang dari2 tahun ,biasanya masih perlu gendongan orang tuanya,terutma ibunya,tetapi jika lebih dari 2 tahun ,anaknya sudah diajari untuk mandiri berjalan,berjalan merupakan proses untuk bisa lebih lancar dalam berjalan ,sehingga cepat untuk bisa berlari.Cara berjalan anak kurang dari 2 tahun yaiti dengan merangkak ditanah atau andhan-andhan di tempat yang sekiranya kuat.Tetapi jika anak lebih dari 2 tahun ia dapat langsung berjalan pelan ataupun ia sudah berlari kesana kemari.
Dalam mengisi perut yang mungil dan lucu itu, biasanya atau umumnya anak masih dilaat kukan penyuapan, penyuapan itu dilakukan ada berbagai cara orang tua menyuapinya,salahsatunya anak perlu paksaan untuk bisa memasukkan sesendok nasi kemulut anak jika anak itu masih rewel,ada juga yang minta makan dengan halus yaitu ketika nasi dimakan anak sudah habis,ibunya segera memberi makan dengan kegiatan selingan atau membiarkan anaknya bermain untuk bisa mudah memberi makan anaknya,jika tidak seperti itu,maka anaknya digendoong untuk lebih mudah menyuapinya.Tetapi jika lebih dari 3 tahun anaknya disuruh makan sendiri.
Ketika anak tidur biasanya 2 kali sehari,yaitu ketika siang hari,maksimalnya 15.00-an dan malam hari 20.00-an .Pola cara tidur dari satu keluarga hampir sama,seperti di nina bobokkan di kamar,atau yang mempunyai fasilitas tempat dorongan,itu cara yang cepat untuk segera menidurkan anak.Selain penempatan dalam tidur,arahan atau iringan lagu nina bobo juga mempengaruhi cara menidurkan anak atau membacakan dongeng.Tentunya di alam ini banyak hewan yang berkeliaran yang senang dengan darah,contohnya nyamuk,tungau dll.Tetapi hewan itu selalu diperhatika orang tua dalam kenyamanan anaknya,biasanya anak dilindungi obat nyamuk yang dipasang orang tua khusus melindungi dan memberi kenyamanan tidur si anak ,selain itu obat nyamuk seperti lavenda,vape,hits bisa mencegah hewan seperti itu,tetapi jika menghilangkan tungau dengan pemberian kapur ajaib di tempat tidur.
Dalam hal pemberian hadiah orang tua kepada anaknya rata-rata pada waktu tertentu yaitu ketika ada acara-acara penting atau khusus dalam suatu wilayah seperti sedekah bumi,khol-an dan ulang tahun,ataupun selain di acara penting contohnya orang tua membelikan anaknya mainan di pasar ,mol,matahari,distro maupun toko-toko yang lain.
Cara dalam mengajarkan nyanyian terhadap anaknya itu berbeda-beda usia sangatlah berbeda,cenderung orang tua mengenalkannya suara nyanyian melalui CD maupun radio yang isinya tentang khusus lagu anak ,tetapi ada juga menggunakan teknik menyanyi bersama agar anaknya meniru  nyanyian orang tuanya.Tetapi jika pengenalan nyanyian itu pada usia lebih dari 2 tahun itu menggunakan radio atau HP dam MP3 player,karena mereka sudah bisa menghafalkan,membedakan,menyanyikan lagu tersebut dengan mudah dan cepat.Namun efek dari alat elektronik tersebut sangat jelas,contohnya anak-anak zaman sekarang umur lebih 4-6 tahun sudah mahir nyanyi pop,tetapi disuruh nyanyi lagu kebangsaan katanya”saya lupa,saya tidak hafal untuk menyanyikan  lagu tersebut,bahkan kadang tidak mengetahui atau tidak mengenal itu sama sekali” karena mereka pada dasarnya polos,dan orang tuanya yang tidak mengajarkan anaknya terhadap hal yang baik padahal anak ynag berumur 4-5 tahun mudah untuk diberi tahu,sehingga mereka mudah menerima apa yang di dengar ataupun yang di lihat, itu kesalahan orang tua tidak memberi ajaran yang bagus pada anaknya.
Orang tua biasa dengan memberi nama terhadap anaknya dengan nama yang sejenis dengan jenis kelaminnya,terhadap jenis kelaminnya dan artinya yang baik dan bangus untuk panggilan si anak tersebut,cara orang tua menandai artinya anaknya hampir sama,yaitu menulis di kertas besar  maupun menggunakan cetakan modern ,kemudian tulisan nama anaknya tersebut di pajang ketika anaknya sudah berumur satu bulan ,hingga anaknya besar,ada juga baru umur 2-3 tahun sudah di copot,karena menurut pengamatan saya dan kefaktaan,orang tua takut jika tanggal lahir anaknya diketahui oleh orang yang nakal ,kelak nantinya.
Sewajarnya anak di bawah 7 tahun itu yang suka bermain.permainan anak laki-laki dan perempuan berbeda,karena orangtua mengerti untukbisa mengenalkan kepada anaknya  bahwa dia laki-laki  atau  perempuannya  ,biasanya jika anak laki-laki permainannya berupa mobil-mobilan ggame online ,sapi-sapian dan sebagainya yang menurut orang tua itu tidak keperempuan,berbeda dengan anak perempuan orang tua biasa memberi anaknya dengan boneka dan barby doll.
Dari segi kepakaian antara anak perempuan dan anak  laki-laki sangat berbeda.Anak perempuan biasa dengan memakai rok atau gaun  dan pakaian yang sepantasnya untuk anak perempuan.Tetapi jika anak laki-laki itu cenderung dengan baju biasa atau kaos ,celana biasa jeans ,itu perbedaannya ,bagi laki-laki sangat simple   tetapi jika anak perempuan sangat rewel tapi enak untuk dilihat.
Tempat tidur anak di desa dan di kota sangm at berbeda,jika anak di desa mereka masih tidur dengan orang tuanya ,masih menggunakan satu kamar dengan orang tuanya,dengan pelengkap selambu  yang dapat melindungi anaknya tersebut dari berbagai gigitan nyamuk dan menggunakan obat nyamuk berupa semprot contoh vape. Bentu k kamarnya di desais dengan apa yang diminta oleh anak seperti, jika anak laki laki dengan mendesains kamar dengan gambar mobil,motor, jika anak perempuan dengan mendesain kamar dengan banyak gambar bunga,  boneka dll.
Dengan cara memberi pengetahuan bahwa perilaku itu saru atau tidak baik, dengan cara orang tua memberi tahu itu saru, tidak boleh dilihat. Agar kita lebih sopan dam hal apapun.
Pada saat orang tua mengenalkan pada pada anaknya pada umur 2 tahun. Karna pada saat itu anak pemikiran anak sudah berkembang dan sangat mengerti saat diperintah oleh orang tuanya, jika tidak tahu biasanya anak itu malu, tetapi saat kita dekati lama lama kelamaan akan  mendekat sendiri, saat dekat itu biasanya anak bisa berkenala dengan ucapa(kamu siapa). Baru kita memberitahu siapa nama kita dan jati diri kita bah kita adalah seorang ayah dan ibu kamu.
Dengan cara kita mengenalkan nama siapa kakak dan adik dia. Yaitu kita saling mendekatkan mereka. Dengan disuruh perkenalan bermain bersama, tetapi biasanya banyak yang (malu) itulah cewek dan cowok jaman sekarang, padahal saudara kita,tetapi tetap saja cuek, makny anak jaman sekarang gengsi disuruh perkenalan.
Kita mengenalkan anak kepada kakek dan neneknya pada saat kecil yang berumur 2-3 tahun. Dengan cara mengasih tahu itu adalah kakek dan nenek kamu, yang telah melahirkan mamah/papah yang menyayangi,menggendong,memberi asi,memberi pengetahun dengan menyekolahkan mamah/papah, atau dengan cara mendekatkan kepada sang kakek dan nenek yaitu menyuruh tinggal bersama kakek dan nenek.
Ketika ank buang air kecil dengan ditanya pada sesudah tidur yang biasanya umur 3-4. Kalau anak yang berumur 2 tahun ya, masih menggunakan pempes tetapi kalau jaman dulu dengan mengetahui sifat,perilaku pada saat mau pipis. Kebanyakan anak jaman sekarang 3-4 tahun sudah bisa pipis sendiri dikamar mandi, kalau anak yang berumur 2 masih dalam rawatan orang tua.
Dengan cara mengajak anak di kamarmandi yang khusus untuk toilet buang air besar, tetapi kalau jaman dulu dengan disuruh buang air besar dikali,ditanah.tetapi sekarang tidak dengan cara mengajak anak di toilet sudah bisa kalau bangi yang punya.
Biasanya orang tua memandikan anaknya 2 kali sehari pada saat pagi dan sore. Biasany kalau nak yang berumur1-3 itu masih meminta untuk dimandikan orang tua kalau4 sampai seterusnya dengan cara mandi sendiri.
Biasanya anak ganti pakaian 2 kali sehari yaitu pada  pagi dan sore, orang tua mengganti pakaian dengan pakian yang bersih,harun dan sudah disetrika. Pada umur 1-4  tahuh anak saat ganti baju dengan masih dalam bimbingan orang tua, saat5tahun seterusnya anak sudah bisa ganti baju sendiri.
Anak diberikan materi atau pandidikan pada saat dirumah atau dengan cara memebantu orang tuaitu ada  prosesnya. Pada saat anak berumur 5-6 tahun yang perempuan biasanya mau diajak orang tua menyuci apdan manypu lantai kapan dan tempat mana yang harus dibersihkan kalu anak laki laki cenderung tidak mau atau masa bodoh karna laki laki sewajarnya bermain dengan teman teman tidak tidak mengurus pekerjaan rumah tapi melainkan wanita yang bekerja dirumah sedangkan laki laki bekerja dan mendapat uang banyak, sebab hal itu sudah ditanamkan dilingkungan kita.
Bisanya nak bermain itu sampai 12jam bagi umur1-3tahun kalau 4 seterusnya itu sesudah sekolah pagi dan madrasah siang jadi peluang untuk bermain sangat sempit Cuma sampai 4-6 jam kalu pada saat hari libur anak anak biasanya memiliki kesempatan untuk bermain 12 jam lebih,jika anak berumur1-2 tahun hanya boleh bermain di sekitar rumah tetapi kalau3-11 tahun itu dirumah rumah tetangga tetapi kalau sudah12 tahun itu bebas kalau laki laki, perempuan ya harus dibatasi tidak boleh keluar kalau tidak ada hl yang penting tetapi kalu wanita/cewek yang nakal dikasih tahu orang yang lebih tua tidak didengar itu akan memperoleh akibat yang lebih menyedihkan.
Orang tua mengenalkan pisau,api dan listri pada umur4-5 tahun karuna penalaran anak sudah hidup pada waktu tersebut/sudah mengerti. Saat mengenalkan pisau pada waktu kita memasak didapur, api itu pada saat anak sudah berumua5 tahun sedangkan orang tua dalam mengenalkan anak listrik pada saat umur7tahun, ya pada saat kita menghidupkan lampu dirumah.
Orang tua mengenalkan psau,api dan listrik dengan cara anak disuruh membantu orang tua di dapur, itu akan terjadi tanya jawab, contoh anak berbicara ini apa mah? Kita jawab kalau ini pisau, ini berbahaya bagi kamu karna kalau sampai tergores tangan kamu,tangan kamu akan berdarah. Sedangkan api kalau terkena kulitkamu akam melepuh dan panas terkena kulit kamu sehingga kamu dapat bermain dengan api atau api akan menjadi sahabat kamu memasak itu kalau kamu sedah besar,listrik ini berbahaya bagikamu karna ini tegangan yang sangat tinggi kalau kamu sampai kesetrum itu akan membahayakan kamu.
Jika anak terkena benda berbahaya seperti pisau kita pasti akan memberikan revanol untuk membersihkan luka lalu diberi bitadin dan selanjut diberplester agar dapat melindungi luka dari kuman,air dan terkena benda lainnya yang bersifa dapat membahayakan luka tersebut yaitu dengan membelikan obat penurun panas atau dikompres diatas dahinya dan kalau panas tidak turun kita bisa membawa anak kita kedokter untuk diperiksa apakah demam biasa atau yang membahayakan bagi tubuh kita dan dengan membelikan obat batuk dari apotek kalau batuknya sampai mengeluarkan darah kita harus membawa anak tersebut kerumah sakit agar ditangani dokter dengan baik dan cepat sembuh dan dapat bisa beraktifitas dalam keseharian dengan
Dengan dikompres agar panas san anak reda jika tidak reda dibawa kerumah sakit, jika anak tidak mau dibawa kedokter harus dengan memberikan obat herbalyang dapat menurunkan demam sang anak.
Biasanya seseorang anak yang tidak suka dengan obat, ibu memuk berika sebuah obat yang terbuat dari  kecap yang dicampur dengan jeruk nipis yang diperas. Agarbatuk anak tersebut tidak tambah parah dan agar cepat sembuh, itu yang dimaksut dengan kasih ibu
Anak biasanya menyukai tanaman jadi seorang ibu memberikan tanaman juga bisa digunakan untuk masak seper kunyit,kencur,kunci,temukawak dan lain lain. Itu tersebut untuk digunakan seorang anak yang sedang sakit yang biasanya tidak suka dengan obat apotek.
Tanaman yang ada dalam halaman rumah saya yaitu ada kunyit, temu lawak,laos,kunci,kencur. Dan masing masing tesebut memiliki fungsi yang berbeda dan bentuk yang berbeda.dan mananam tanaman tersebut juga semata mata untuk sang anak yang lagi sakit atau yang tidak suka dengan obat obat yang mengandung kimia.
Saat anak mengenalkan dukun pijat saat berui, mur lebih dari satu tahun, karna anak yang biasanya sering sakit dipijat agar tubuh sang anak merasa baik dan tidak sakit lagi dan peredaran darah menjadi normal lagi. Orang tua harus mengenalkan dukun pijat agar mengerti fungsi dan kebakatan dalam memicat orang karna perlu teknik.
Mengngenalkan konsep pahala dan dosa itu yang harus kita cerminkan kepada anak kita, kita dapat mengasih tahu kepada ank bahwa itu dosa atau pahala kita harus harus melihat perilaku yang ada dimasyarakat jika perilaku itu baik kita memberikan pujian contoh, baik nak itu yang menjadi penolong kamu di akhirat atau yang disebut pahala, jika salah kita harus memberi tahu kepada anak kita contoh, itu salah nak yang benar kita harus menghormati orang tua dan kita tidak boeh mengejek orang lain karna itu dosa kilak kalau kamu terus begini kamu akan masuk neraka. Itu yang bisa dilakukan kepada anak yaitu dengan nasehat yang baik dan tidak kasar agar anak nurut dan tidak membangkang saat disuruh.
Orang tua dlam mengenalkan konsep neraka itu biasanya dengan memberikan pendidikan dimadarasah agar dapat mengetahui anatara surga dan neraka contoh, saat anak melakukan kesalahan kita menasihati dengan( kalau kamu melakukan hal yang menyakitkan orang lain kamu akan masuk keneraka) jika kamu baik dengan orang lain kamu akan masuk ke surga.
Dengan cara kita melakukan atau mengajak anak kita solat pada waktu tersebut dan kita memberi pengetahuan do’a solat, solat apa saja yang harus kita ker jakan contoh, dhuhur pada waktu jam12.00 sampai jam 02.00, ashar pada jam03.00 sampai jam 04.00,magrib jam 06.00, ishak jam 07.00 sampai jam 03.00 malam,subuh jam 04.00 sampai terdapat mega merah. Lalu solat yang bisa kita beritahukan kepada anak solat sunah seperti dhuha,tahajud,khajat dll.
Anak belajar kitab suci bisa dirumah,masjid,mushola, anak bisa mengaji al qur’an harus dengan seseorang mengenal tajwid,hukum bacaan,mad,lafad. Kalau biasanya keponakan saya mengaji di tutun oleh orang tua sendiri,pak ustad,mbah kyai dll. Atau dengan kita menyuruh anak kita sekolah dimadarasyah agar mengetahui bacaan al qur’an dengan benar.
Dengan dibelikan sebuah buku do’a tuntunan solat atau do’a yang lainnya, dengan cara kita mengajari anak kita belajar do’a tersebut contoh, do’a masuk wc,do’a makan do’a makan dll.

Do’a yang harus dihafalkan anak seper do’a bangun tidur, do’a makan, do’a mandi.do’a masuk wc itu yang harus kita ajarkan kepada anak anak yaitu pada saat kita melihat orang yang meminta minta kepada kita,kita harus memberi dengan itu anak kita akan meniru perilaku kita yang positif seperti sedekah, memberi sesuatu kepada anak piatu/yatim,memberi orang yang tidak punya. Memberi orang yang sudah tua yaitu sudah tidak mempunyai sanak keluarga ataupun kerabat kerabat yang lain.



Pola Asuh Belum Ada Judul

Oleh: :Tio Amprizal
Email: tiorizalid@gmail.com
fb: https://www.facebook.com/agung.hidzil?fref=nf
(Siswa SMA Negeri 1 Pamotan) 

Catatan
1. mohon kasih judul yang menarik
2. mohon bagian pendahuluan difokuskan pada deskrip apa tujuan tulisan dan bagaimana metode menjawabnya.
3. mohon lampirkan atau masukkan foto2 yang relevan dari lapangan. 


Cara orang tua mengenalkan kasih sayang
            Orang tua juga perlu untuk membiasakan mengekspresikan rasa kasih sayang orang tua kepada anak dan hal ini bisa diwujudkan dengan memberikan pelukan atau pun sentuhan yang hangat. Ini akan mengajarkan kepada anak bahwasannya dalam kehidupan rumah tangga, hubungan orang tua dengan anak diperlukan kasih sayang yang tulus serta ikhlas bagi seluruh anggota keluarga.
            Hendaknya mengajarkan adab dan etika kepada anak. Orang-orang shalih terdahulu telah menaruh perhatian yang sangat besar terhadap adab Islami. Simak saja perkataan seorang Salaf kepada anaknya ini : "Wahai anakku, engkau mempelajari satu bab tentang adab lebih aku sukai daripada engkau mempelajari tujuh puluh bab dari ilmu. (Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim).
            salah satu hal terpenting dalam sebuah kehidupan seorang anak. Terutama dalam pendidikan akhlak seorang anak. Demikian pula contoh baik seorang ibu juga penting untuk pendidikan moral bagi sang anak. Untuk itulah orangtua harus bisa menjadi contoh dan teladan baik pada anak dan juga bagi keluarga kita sendiri. Karena hal ini akan berpengaruh kepada tahap perkembangan anak kita pula nantinya.

Cara orang tua mengenalkan jenis kelaminnya.
            Pada masa balita anak berada dalam tahap mengembangkan rasa keingintahuan yang tinggi termasuk dalam hal seksualitas dan kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, Anda harus menyampaikan informasi dengan benar kepada anak-anak Anda. Dalam semua hal, termasuk saat menghadapi berbagai pertanyaan yang sering muncul dari anak balita Anda. Karena itu, Anda perlu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi.
            Pemahaman seperti itu akan bertahan dalam kesadaran anak sampai ia dewasa. Hal itu akan menimbulkan konsep yang salah pada anak mengenai seks, dan akan terbawa sampai ia dewasa. Pemahaman yang keliru itu juga akan mempengaruhi tingkah laku seksual dimasa remaja dan dewasa. Oleh karena itu, agar hal itu tidak terjadi maka jawaban Anda yang diberikan pada anak harus jelas dan benar.
            Kenyataan lain yang sering muncul adalah pengaruh negatif dari media massa yang tidak bisa kita bendung mendorong anak untuk aktif secara seksual. Bila anak sejak kecil tidak dibiasakan berbicara secara terbuka kepada orangtua mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi maka mereka akan tertutup dari Anda. Mereka justru akan mencari sumber lain yang bisa jadi menyesatkan dan tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Oleh karena itu, peranan orangtua cukup penting dalam memberikan jawaban yang benar tentang masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi kepada anak Anda.

Cara orang tua mengenalkan anggota keluarga
            Keteladanan orang tua adalah bagaimana cara orang tua memberikan contoh yang benar kepada putra putri anggota keluarganya mengenai cara berbicara, bersikap, berfikir dan berupaya yang baik dan benar dalam keluarga dan kebiasaan sehari-hari. Orang tua adalah sekolah pertama dan utama bagi putra-putri kita. Keluarga adalah poros penting dalam proses pembentukan kepribadian seorang anak. Kebiasaan yang disaksikan, dialami oleh seorang anak dari orang tuanya maka secara langsung ataupun tidak langsung akan terekam dalam fikiran bahkan sangat mungkin akan diikuti atau ditiru oleh anak-anak kita.
            Oleh karena itu, perlu kita ingat kembali peran orang tua terhadap anak-anak yang telah diamanahkan oleh Allah SWT. Pertama adalah wajib untuk menanamkan nilai-nilai ketauhidan dan nilai-nilai keagamaan lainnya kepada anak-anak sejak dini dan berkelanjutan. Implementasinya bagi keluarga muslim, dapat dilakukan melalui kebiasaan shalat 5 waktu tepat waktu, shalat berjamaan keluarga, belajar al-qur’an, belajar kajian keagamaan, dan lain-lain. Kedua, mengajarkan dan membiasakan berakhlak baik sebagaimana tuntunan akhlakul karimah yang diajarkan Rosululllah SAW. Contoh implementasinya adalah bagaimana sebuah keluarga dapat berinteraksi satu sama lain secara sopan, santun, tidak kasar, tidak ada kekerasan, saling menghargai, saling menghormati, saling menolong dan bekerjasama satu sama lain antara suami, istri ( ayah dan ibu) juga anak-anak dan anggota keluarga lainnya, bahkan berakhlak baik terhadap tetangga, kerabat dan lingkungan. Ketiga, membekali pengetahuan yang cukup untuk bekal hidup dan masa depannya di dunia dan akhirat, melaui pendidikan formal maupun non formal.
            Hal-hal baik yang biasa diucapkan dan dilakukan orang tua menjadi teladan utama bagi putra-putri anggota keluarga. Hanya saja dalam perkembangan yang terjadi saat ini, ada banyak tantangan yang dihadapi orang tua dalam mendidik putra putrinya khususnya tantangan pada anak-anak remaja. Kemajuan teknologi dan dunia hiburan telah menarik minat yang cukup tinggi dari para remaja melebihi ketertarikan remaja terhadap pengetahuan keagamaan dan tokoh-tokoh Islam lainnya, sedangkan orangtua masih banyak yang kurang informasi dan kurang memiliki kefahaman atau kemampuan dlm teknologi. Ironisnya lagi banyak anak-anak yang tak bisa lagi meneladani orangtuanya sendiri karena orang tuanya tak lagi memilki waktu dan kesempatan untuk berkomunikasi, tak ada waktu lagi untuk menikmati kebersamaan keluarga.

Cara orang tua mengenalkan konsep kebersihan
            Membiasakan  keluarga hidup bersih memiliki berbagai keuntungan-keuntungan, seperti: seluruh anggota keluarga akan menjadi sehat dan terhindar dari  berbagai penyakit yang muncul karena gaya hidup yang tidak bersih. Misalnya: seseorang dapat terkena diare hanya karena malas mencuci tangan sebelum mengambil makanan atau membiarkan makanan  tidak tertutup atau diolah dengan cara yang tidak higienis. Begitu juga dengan pakaian yang digunakan, harus dicuci setiap hari karena baju yang kotor merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya jamur yang dapat menyebabkan berbagai penyakit kulit. Dan penyakit kulit pada anak, umumnya pemulihannya akan memakan waktu cukup panjang karena anak biasanya tidak dapat menahan diri untuk menggaruk kulitnya yang gatal secara berlebihan.
            Pada masa balita, anak sedang amat seka bereksplorasi dengan hal baru, dengan apa saja tanpa terbatas bersih atau kotor. Karenanya kita sebagai orang tua harus ekstra hati-hati dalam menjaga kebersihan tubuh balita kita sebagai salah satu upaya menjaga kesehatannya.  Jika kebersihan tubuh balita kurang terjaga, maka bakteri  akan mudah menempel dan anak dapat terpapar penyakit. Hal ini tentunya amat tidak diinginkan oleh para orang tua, karenanya kita sebagai orang tua harus memperhatikan kebersihan tubuh balita terutama dalam kesehariannya.
            Mandikan balita anda dengan sabun 2 (dua) kali sehari. Cucilah rambut balita anda dengan shampo sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali dalam seminggu. Biasakan untuk mencuci tangan balita anda dengan sabun sebelum makan, setelah buang air kecil, setelah buang air besar dan setelah bermain. Jagalah kebersihan telinga balita anda. Segera gunting kuku tangan dan kuku kaki balita anda jika mulai panjang. Ajari dan biasakanlah balita anda untuk buang air besar dan buang air kecil di WC. Selalu jaga kebersihan pakaian, mainan dan tempat tidur yang digunakan oleh si kecil. Jagalah selalu kebersihan makanan, minuman serta tempat yang dipakai untuk menyajikannya.

Cara orang tua mengenalkan benda-benda berbahaya
            Mengenalkan mainan seperti gunting atau pisau bisa dilakukan sejak anak memasuki usia taman kanak-kanak. Saat usia play group, mereka bisa dikenalkan dengan gunting bohongan. Nah, ketika mereka duduk di bangku TK besar lalu masuk Sekolah Dasar (SD), orang tua sudah bisa mengenalkan gunting atau pisau asli tapi harus tetap dalam pengawasan dan terus dipantau. Hal ini dilakukan karena setiap anak memiliki perkembangan dan kematangan yang berbeda. Anak-anak bisa dilepas memegang benda berhaya sendiri saat usia sembilan atau sepuluh tahun.
            Jika ingin memberi tahu ada sesuatu yang berbahaya misalnya ini pedas atau panas bisa dilakukan sedini mungkin dengan memberinya informasi. Nah, bagaimana dengan orang tua yang cenderung membiarkan anaknya memegang sesuatu berbahaya misalnya air panas supaya kapok? "Itu sama seperti pembiaran secara disengaja dan sebaiknya jangan dilakukan. Kecuali, jika anak sudah terlanjur melakukannya, jangan dimarahi tapi dinasihati dan diberi pengertian,".
            Sementara itu, psikolog anak dan keluarga  anak sudah bisa menjelajah lingkungan secara mandiri saat berusia dua sampai tiga tahun. Tapi, mereka sudah mulai menjelajah lingkungan di sekitarnya saat merangkak yakni di usia dua delapan sampai sembilan bulan. "Boleh katakan stop atau no supaya ia tidak mendatangi benda berbahaya tersebut. Yang penting jauhkan listrik dan air panas atau benda tajam misalnya dari jangkauan naak-anak," misalnya saja dengan memberi tahu bahwa pensil itu harus diarahkan ke kertas serta bagaimana memegang pensil yang benar. Biasanya, pengenalan itu dilakukan saat ia berumur dua tahun tapi mengajari memegang pensil saat anak umur 1,5 tahun sah-sah saja. "Dikasih tahu pegang yang bagian bulatnya lalu tangan satunya dijauhkan. Saat mengajari jangan khawatir karena terlalu over protektif malah bikin anak tidak belajar," "Cara lainnya misalnya ajari anak mengoleskan mentega ke roti dengan pisau roti yang aman. Atau sambil bermain, mereka bisa meotong lilin. Tapi tetap ya harus di bawah pengawasan orang dewasa,"

Cara orang tua mengenalkan konsep kesehatan
            Banyak hal yang harus kita kenalkan pada anak. Seperti yang Bunda sudah ketahui, banyak hal yang berbeda ketika seorang anak beranjak dewasa.Perubahan secara fisik dan psikis terjadi pada anak yang memasuki masa pubertas. Meski demikian, banyak orang tua yang masih kebingungan menentukan kapan waktu yang tepat untuk memberikan pengenalan pendidikan seksual pada anak.Belum lagi jika sudah menyangkut mengenai efek dari pemberian pendidikan seks. Dilansir dari valuesparenting.com, usia yang tepat untuk seorang anak mendapatkan pengenalan tentang seks adalah pada usia delapan tahun.
            Wajar jika Bunda atau Ayah merasa kesulitan mengenalkan seks pada anak. Rasa malu dari orang tua yang tidak terbiasa membicarakan hal ini dan kurangnya perencanaan dan persiapan biasanya membuat orang tua merasa tidak nyaman dalam memberikan pengenalan seks. Pengaruh media baik cetak maupun elektronik memang sangat besar terhadap perkembangan pengetahuan anak mengenai seks. Tapi Bunda, hal ini tidak berarti orang tua tidak bisa mengarahkan anak. Pemberian batasan dan contoh-contoh yang baik sejak dini akan membuat anak mampu untuk mengontrol dirinya sendiri. Jika seorang orang tua tunggal, memang mudah-mudah sulit untuk mengajarkan seks pada anak. Akan sedikit sulit jika anda harus menjelaskan seks pada anak tanpa adanya dukungan dari pasangan.
            Saat memberikan pendidikan seks, hal yang harus dipastikan oleh Bunda adalah penyampaian materinya harus positif, keadaannya menyenangkan, dan berhubungan dengan pernikahan yang mengarah pada rasa saling mencintai dan komitmen dalam hidup
Tidak ada kata terlambat dalam memberikan pengenalan seks pada anak. Pengenalan seks yang benar akan membangun anak menjadi seorang yang mampu bertanggung jawab atas dirinya dan orang-orang di sekitarnya.

Cara orang tua mengenalkan agama
            Mengenalkan ajaran agama dan menanamkan benih-benih keimanan di hati sang anak pada usia dini seperti ini sangat penting sebagai pondasi kehidupan beragamanya kelak. Anak di usianya dini tertarik untuk meniru semua tindak-tanduk ayah ibunya, termasuk yang menyangkut masalah beribadah.”Mengenalkan ajaran agama kepada anak usia dini harus disesuaikan dengan perkembangan aspek-aspek psikologisnya, diantaranya perkembangan kemampuan berpikir (kognisinya). Perkembangan kognisi anak usia dini (2-7 tahun) berada pada tahapan berpikir “Pra operasional”.
            Tahap Pra Operasional adalah tahap dimana anak tidak dapat memahami sesuatu tanpa dipraktekkan terlebih dahulu .Sejalan dengan pendapat Piaget, Jean Jacques Rousseau, mengatakan bahwa, “Anak usia dini belajar melalui aktivitas fisiknya.” Dengan kata lain, untuk mengenalkan ajaran agama kepada anak usia dini, haruslah dengan cara memberikan kesempatan kepadanya untuk mempraktekkan apa yang kita katakan, dengan cara memberikan contoh kepada anak bagaimana melakukannya.
            Anak usia dini umumnya berperilaku dengan mencontoh atau meniru model orang dewasa yang dilihatnya. Dengan melihat keteladanan yang dicontohkan oleh orang tuanya, misalnya keteladanan dalam hal bersahur, berpuasa dan berbuka puasa, anak akan meniru melakukan apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Orang tua, hendaknya memberi contoh teladan beribadah disertai dengan ajakan untuk bersama-sama melakukannya.

Pendidikan agama sejak dini juga menciptakan anak memahami segala bentuk perbedaan dari setiap agama yang ada. Juga menjadikan anak memahami bahwa setiap agama tidak mengajarkan sesuatu yang negatif. Jangankan berlainan agama terkadang satu agamapun banyak kita temui tentang pemahaman agama dan cara pandang yang berbeda. 

Minggu, 20 September 2015

Pola Asuh

Oleh: Milania Linatussuraya
(Siswa SMA Negeri 1 Pamotan)

Dengan melakukan pengamatan ini kita dapat mengetahui beberapa cara orang tua dalam mengenalkan kasih sayang, kebersihan, benda-benda berbahaya, kesehatan, dan agama kepada anaknya. Laporan ini merupakan hasil dari mengamati orang-orang sekitar.

Beberapa hal yang diperhatikan orang tua dalam mengasuh anaknya.

CARA ORANG TUA MENGENALKAN KASIH SAYANG
          Cara orang tua mengenalkan kasih sayang kepada anaknya dengan cara mencium kening anaknya. Mencium kening anaknya melambangkan rasa sayang orang tua dan kepedulian orang tua kepada anaknya. Orang tua menggendong anaknya dengan menggunakan beberapa cara sesuai denga umur sang anak.Ada yang mendudukan anaknya dipangkuan, menggendong dipungguna dan masih banyak lagi. Menggendong anak merupakan salah satu cara orang tua dalam mempererat ikatan batin antara orang tua dan anak.
          Saat oaring tua menunjukan kasih sayang kepada anaknya saat menyuapai anaknya dengan cara meniup makanan yang masih panas. Pada saat orang tua menidurkan anaknya, kasih sayang yang ditunjukkan adalah mengelus rambut anaknya agar segera tertidur lelap. Supaya tidak digigit nyamuk, orang tua memesangkan selembu atau mengolesi tubuh sang anak dengan obat anti nyamuk seperti autan atau yang lainnya.Pada saat anak ulang tahun dan melakukan sesuatu yang membanggakan, orang tua sebaiknya memberikan hadiah kepada sang anak seperti mainan alat gambal atau hal-hal yang disukai oleh anak agar anak merasa bahagia dan lebih bersemangat. Mengenalkan nyanyian kepada anak sejak kecil dengan cara menyanyikan lagu anak-anak dan menyuruh sang anak untuk menirukan.

CARA ORANG TUA MENGENAKAN JENIS KELAMIN
          Orang tua memberi nama kepada anak sesuai dengan jenis kelaminnya. Jika anak laki-laki diberi nama seperti: Bagas, Bagus, dan lain-lain. Jika anak perempuan diberi nama seperti: Ana, Ani, dan lain-lain. Jika anak laki-laki diberi mainan mobil-mobilan. Jika anak perempuan diberi mainan boneka. Jenis pakaian yang diberikan kepada anak laki-laki seperti kemeja, kaos, celana dengan warna-warna khas anak laki-laki. Sedangkan anak perempuan diberi pakaian seperti kemeja, kaos, rok, hijab dan lain-lain. Jenis dekorasi kamar yang diberikan kepada anak laki-laki temanya mobil-mobilan atau yang lainnya. Sedangkan anak perempuan diberi temayang manis seperti hello kitty. Jika anak keluar rumah atau bermain diluar rumah oaring tua harus menyuruh anaknya mengenakan pakaian yang sopan.

Gambar. Cara orang tua mengenalkan jenis mainan
degan jenis kelaminnya (Sumber: Foto Milania Linatussuraya, tahun 2015) 

CARA ORANG TUA MENGENALKAN ANGGOTA KELUARGA
          Orang tua mengenalkan anggota keluarga kepada anaknya sejak kecil sehingga bila suatu saat anak bertemu dengan anggota keluarga yang lainnya anak dapat mengenalinya. Separti menunjukan bahwa yang lebih tua darinya adalah kakak dan yang lebih muda darinya adalah adiknya. Orang tua juga harus menunjukkan kepada anaknya siapa neneknya dan siapa kakeknya sehingga anak tidak merasa asing bila bertemu dengan kakek neneknya.

CARA ORANG TUA MENGENALKAN KONSEP KEBERSIHAN KEPADA ANAK
          Bila anak ingin buang air kecil atau buang air besar orang tua mengajak anaknya ke kamar mandi atau wc. Minimal orang tua memandikan anaknaya 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore. Setelah mandi orang tua mengganti pakaian anaknya, mengajarkan anaknya bagaimana menggunakan pakaian yang bener dan urut. Jika anak sudah mulai besar orang tua mulai mengajak anaknya mencuci pakaian, menyapu lantai bersama. Orang tua mengizinkan anaknya bermain setelah anaknya selesai mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dan setelah mereka makan. Anak boleh bermain disekitar rumah agar aman, anak tidah diperbolehkan bermain di jalan raya karena membahayakan diri anak.

CARA ORANG TUA MENGENALKAN BENDA-BENDA BERBAHAYA KEPADA ANAKNYA
          Sejak kecil orang tua harus sudah mengenalkan benda-benda berbahaya kepada anaknya. Orang tua menunjukan bahaya pisau, api, dan listrik kepada anaknya. Menunjukan bahwa pisau itu tajam, dapat melukai tubuh, menjukan bahwa api dapat membakar sesuatu termasuk diri sendiri  sehingga menimbulkan kebakaran, menunjukan bahwa listrik dapat menyengat yang membuat kesetrum. Seharusnya orang tua menjauhkan anak dari hal-hal semacam itu dengan cara meletakkan itu ditempat yang tidak terjangkau oleh anak. Jika anak terluka orang tua harus segera tanggap dengan cara mengobati anaknya pertama dengan mencuci luka sang anak kemudian member obat merah agar tidak terinfeksi.

CARA ORANG TUA MENGENALKAN KONSEP KESEHATAN KEPADA ANKNYA
          Jika anaknya demam, batuk atau yang lainnya, oaring tua harus segera tanggap dengan cara memeriksakan anaknya kedokter. Cara menurunkan demam anak mengompres anak agar demamnya turun dan anak merasa lebih baik. Cara meredakan batuk pada anak dengan cara memberikan obat batuk kepada anak. Obat-obatan yang biasanya disediakan orang tua di rumah: obat demam, obat batuk, obat sakit gigi, obat diare, dan lain-lain. Tanaman obat yang biasanya ditanam dihalaman rumah seperti pohon petai untuk meredakan rasa sakit saat anak terjatuh. Sejak kecil dikenalkan kedukun pijat.

CARA ORANG TUA MENGENALKAN AGAMA KEPADA ANAKNYA

          Sejak kecil orang tua harus sudah mengenalkan agama kepada anaknya. Menunjukan siapa Tuhannya. Bila beragama islam Tuhannya adalah Allah. Caranya dengan mengajak anaknya solat berdo’a kepa Allah. Orang tua harus menunjukan mana hal yang mendapat pahala dan mana yang dosa. Contohnya: mengaji akan mendapatka pahala, mencuri akan mendapatkan dosa. Orang tua juga harus mengenalkan tentang surge dan neraka kepada anak, denagan cara selalu menaati perintah Allah akan masuk surge dan bila melakukan larangan Allah akan masuk neraka. Dalam mengajarkan solat kepada anaknya hal dasar yang harus dilakukan orang tua kepada anaknya adalah mengajak anak bagaimana cara berwudlu dulu. Kemudian urutan-urutan solat, lalu bacaan-bacaan yang harus dibaca. Bila anak akan belajar kitab suci dengan seorang ustad atau guru ngaji yang ada di tempat madrasah. Cara orang tua mengenalkan do’a-do’a kepada anak mulai do’a yang mudah-mudah dulu seperti do’a mau makan, sesudah makan, mau tidur, bangun tidur, dan lain-lain. Dengan mengajarkan anaknya bersedekah dengan ikhlas, memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada orang yang lebih membutuhkan dan masih banyak lagi.

Pola Asuh Masyarakat Pamotan


Oleh: Siti Durrotul Manihah
(Siswa SMA Negeri 1 Pamotan)


Cara Orang Tua Mengenalkan Kasih Sayang

Ada sebuah keluarga sederhana mereka hidup dengan penuh kebahagiaan dan kasih sayang. Orang tuanya sangat menyayangi anaknya. Mereka memberi kasih sayang diantaranya dengan cara menciumnya dalam keadaan senang maupun sedih. Saat masih kecil ketika anaknya merasa lelah mereka menggendongnya dengan sayut sambil menyanyikan lagu anak-anak maupun dengan membacakan alunan-alunan berbau islami dan kadang sambil menyuapinya  sebuah bubur. Setelah itu, mereka meninabobokkan dengan mengayun-ayunkannya dengan penuh kelembutan dan pelan lalu mereka menidurkannya. Karena sangat sayangnya mereka pada anaknya setiap kali tidur agar anaknya tidak digigit nyamuk mereka melindunginya dengan cara menyalakan obat nyamuk atau memasang selambu dikamarnya. Pada saat ulang tahun atau anaknya meraih juara mereka memberinya sebuah hadiah.Hal itu dilakukan dengan harapan anaknya lebih semangat dan termotivasi untuk menjadi yang lebih baik. Mereka juga mengajari anaknya menyayi saat berkumpul bersama.

Cara Orang Tua Mengenalkan Jenis Kelamin

Orang tua juga memberi nama pada anaknya untuk menandai bahwa anaknya laki-laki atau perempuan. Jika anaknya laki-laki biasanya ada Mohammadnya dan jika perempuan ada Sitinya,mereka memberi nama pada anaknya yang mengandung arti nama yang baik.Biasanya jika anak laki-laki mereka memberinya permainan robot-robotan,pesawat-pesawatan,mobil-mobilan,dll. Sedangkan jika perempuan adalah boneka,biasanya boneka seperti kartun favoritnya. Mereka juga membelikan pakaian sesuai pilihan anaknya sendiri,sedangkan bentuk kamar anak laki-laki biasanya bertema bola.Jika anak perempuan catnya biasanya berwarna yang terang-terang.Orang tua juga mengenalkan anaknya pada konsep saru dan malu,seprti ketika ada tamu dan sikap kita tidak sopan santun dan melakukan kesalahan,kita akan merasa malu.

Cara Orang Tua Mengenalkan Anggota Keluarga
Orang tua mengenalkan anggota keluarga pada anaknya dengan cara bercanda tawa bersama,hal itu membuat keakrabn pada anggota keluarga dan akhirnya mereka saling mengenal atau dengan cara bersilaturahmi seperti berkunjung ke rumah kakek,nenek,dll.

Cara Orang Tua Mengenalkan Konsep Kebersihan
Ketika anaknya buang air kecil atau buang air besar orang tua membersihkannya dan menyiramnya sampai bersih. Orang tua memandikan anaknya pda saat akan pergi ke sekolah,bangun tidur dipagi hari ,menjelang sore. Mereka memandikannya dengan menggunakan gayung/di air yang bersih,hal itu agar menjadi kebiasaan sampai dewasa nanti. Ketika orang tua mencuci pakaian dengan mengajak anaknya mencuci agar anaknya tahu cara mencuci dan ketika orang tua menyapu.Anaknya boleh bermain di tempat-tempat yang tidak membahayakan dirinya dan teman-temannya.

Cara Orang Tua Mengenalkan Benda-benda Berbahaya
Ketika orang tua memasak dengan menggunakan pisau,orang tua memberitahu pada anaknya bahwa pisau bukan untuk bermain begitu juga listrik.Orang tua mengenalkan api pada anaknya bahwa api bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari,namun jika dalam jumlah besar akan sangat berbahaya. Akan hal itu orang tua selalu menyimpan benda-benda berbahaya tersebut ditempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak mereka. Jika anaknya terkena benda-benda berbahaya tersebut mereka dengan cepat membawanya ke dokter atau segera memberinya pengobatan secara langsung.

Cara Orang Tua Mengenalkan Konsep Kesehatan
Bila anaknya mengalami demam orang tua akan segera mengobati sebisanya dan jika demamnya belum juga turun anaknya akan dibawa ke dokter. Jika anaknya batuk mereka biasanya membuatkan obat herbal ,seperti minuman hangat dari jahe untuk meredakan batuk anknya. Orang tua juga memberitahu tentang obat-obat an herbal dirumah yang bermanfaat seperti, kunyit,jahe,dll. Mengajak anka ke dukun pijet saaat anak keseleo ,patah tulang ringan,dll.

Cara Mengenalkan Agama

Mengenalkan agama pada anak sangat penting karena anak akan menjadi seorang yang lebih beriman kepada tuhan-Nya. Cara orang tua mengenalkan agama kepada anaknya yaitu memberitahu bahwa orang islam adalah beragama islam dan kita hanya menyembah satu Tuhan yaitu Allah SWT. Tuhan adalah yang menciptakan seluruh yang ada di muka bumi,semua milik-Nya dan semuanya akan kembali pada-Nya.Orang tua mengajari kita bahwa kita harus melakukan hal-hal baik agar mendapatkan pahala dan masuk surga,dan menjauhi larangannya agar terhindar dari dosa dan siksa neraka. Mereka juga mengajari anaknya sejak dini bagaimana cara sholat yang benar.M engajarinya belajar kitab suci Al-Qur’an biasanya orang tua mendaftarkannya ke madrasah atau pun mengaji bersama ustazd. Mengajarkan anak agar selalu bersedekah kepada siapapun yang membutuhkan karena kita tahu bahwa semua hanya milik Allah dan semua itu akan kembali pada-Nya.



Merajut Asa Dengan Pembelajaran Penelitian Sosial Sederhana

Oleh: Suhadi (Guru Sosiologi SMA Negeri 1 Pamotan)

Disampaikan Dalam Seminar Nasional Guru Sosiologi Se – Indonesia di Unnes Pada Tanggal 19 September 2015

Sari

Tulisan ini bertujuan untuk menggugah para Guru Sosiologi SMA tentang metode pembelajaran apa yang perlu digunakan dalam materi penelitian sosial sederhana. Tulisan ini juga mengajak kepada semua guru, dimana mengajar itu bukan hanya untuk mendongkrak keterampilan saintis murid. Melalui tulisan  berlatar best practice ini, penulis selalu berharap pengajaran sosiologi mampu menghasilkan produk-produk ilmiah sosial yang mampu menggairahkan proses pembangunan bangsa. Puncak dari pengajaran sosiologi adalah merajut asa tentang bagaimana para guru berhasil menanamkan ahlak mulia, berfikir kritis, serta berkontribusi dalam mendorong terwujudnya bangsa Indonesia yang adil dan sejahtera.

Kata kunci: empati sosial, research based learning, merajut asa


PENDAHULUAN

“Belajar teori tanpa empati,
ibarat dokter spesialis kesuburan yang gagal memiliki keturunan”

###
Suatu ketika, seorang guru dengan percaya diri mengajar didepan kelas. Usai wisuda dua tahun yang lalu, Ia merasa orang yang paling hebat di depan para muridnya. Berlatar papan tulisan mengkilab, dan seiring dengan kibar bendera merah putih dipojok kelas, Ia memulai pelajarannya. Dengan sistematis Ia sampaikan materinya. Dimulai dari pertanyaan apakah, kenapa, mengapa, dan bagaimana, serasa kelas itu dihujani pertanyaan, seakan para muridnya tiarap tanpa perlawanan. Sesekali melirik buku kecil yang berisikan contekan materi pelajaran, Ia paparkan sebuah teori fungsionslisme struktural. Para muridpun berdecak kagum melihatnya, sembari mendengarkan penjelasan gurunya dengan khusyuk, melebihi khusuknya ibadah yang diwajibkan agamanya. Beberapa murid di bangku belakang berbisik lirih dengan teman sejawatnya.

Awakmu paham opo ora?
Ora. Sing penting awak’e dewe sendeku. Ben gurune seneng.
(Kamu paham nggak?)
(Tidak. Yang penting kita mendengarkan dengan serius. Biar gurunya senang)

Usai beberapa pertemuan, sang guru langsung tancap gas dengan menggelar ulangan harian. Saat itu kompetensi dasar yang diujikan adalah mengidentifikasi elemen-elemen dalam struktur sosial. Lima soal uraian digelontor dalam lembar soal ulangan itu. Sebutkan tiga contoh norma sosial yang ada dilingkunganmu! Sebutkan tiga contoh nilai sosial yang ada disekitarmu! Deskripsikan stratifikasi sosial yang ada keluargamu yaitu siapa menjadi apa (status sosial) dan apa tindakannya (peranan sosial)! Siapa saja aktor sosial yang berpengaruh terhadap kemajuan atau kemunduran di desamu! Jelaskan apa saja perubahan sosial yang terjadi dalam lima tahun terakhir!

Serasa hari itu adalah hari bencana nasional bagi kelas sebelas jurusan IPS. Mereka benar-benar tidak mengerti mau dikemanakan pena dan lembar jawab ulangan itu. Terlebih gurunya yang super disiplin dengan menekankan bahwa pada saat ulangan, kursinya tidak boleh bergeser se-incipun. Karena sang guru yakin, karakter disiplin adalah penting bagi murid-murid dimasa yang akan datang.

Malam harinya, usai makan malam bersama anak dan istri, lembar jawab ulangan Ia  dikoreksi. Sungguh tidak terbayangkan pada benak dan pikirannya. Semua jawaban muridnya melampaui ramalannya. Teknik mengajar yang diyakini tanpa cacat, ternyata hanya sebatas mengantarkan nilai merah murid-muridnya. Apalagi lulus KKM, mendekati nilai KKM saja jarang. Ia pun bertanya pada dirinya, bertanya pada pikirannya, dan mempertanyakan seni pengajarannya. Apa yang salah dalam mengajarnya.

Namun sayang, seakan renungan malam itu tanpa guna. Keesokan harinya sang guru memarahi semua muridnya. Ia menuduh muridnya tidak memperhatikan pengajarannya. Ia tetap bersikukuh bahwa materi dan metode mengajarnya adalah yang paling sempurna. Melihat kegagalan para muridnya, secara marathon Ia menggelar program pengayaan dengan sedikit ulasan materi yang diajarkannya. Namun lagi-lagi para muridnya tidak mampu mengerjakan soal ulangan sebagaimana harapan mulia yang diinginkannya. Sang guru tetap menghegemoni para muridnya dengan metode pengajarannya. Sang murid juga tidak tinggal diam. Ia melawannya dengan mengerjakan soal ulang dengan cara abal-abal dengan paksa. Suasana kelas semakin tidak karuan. Serasa kelas menjadi ajang permusuhan. Guru dan murid saling melawan. Mereka semakin tidak sadar bahwa proses pembelajarannya semakin jauh dari kemuliaan.
###

Pengalaman mengajar di atas bukanlah gagal tanpa perencanaan. Beberapa kasus metode mengajar yang terjadi malahan bersinggungan dengan guru yang dipandang ideal. Dari kasus di atas kita harus mengakui bahwa guru yang cerdas belum tentu mampu mencerdaskan. Lantas bagaimana model pengajaran yang mampu mencerdaskan? Menurut hemat penulis, mengajar yang mencerdaskan adalah mengajari para murid tentang bagaimana seni  mendapatkan ilmu pengetahuan.

Dalam ulasan singkat ini, penulis bentangkan pengalaman mengajar. Ulasan singkat ini menitik-beratkan tentang seni mengajar dengan pendekatan pembelajaran berbasis penelitian. Dengan demikian materi penelitian sosial sederhana tidak hanya berposisi sebagai objek kajian, namun materi penelitian sosial dijadikan sentrum dalam proses pengajaran. Model pembelajaran ini penulis lakukan sejak tahun 2013 hingga sekarang. Penulis yakin, metode pembelajaran berbasis penelitian merupakan metode pengajaran yang terbarukan. Walaupun demikian, metode ini tetap memiliki kelemahan disisi kelebihan.



PEMBAHASAN

Mulailah dengan empati

“empati terhadap masalah sosial,
adalah pintu awal dalam memulai pembelajaran”

Tidak sedikit bukti-bukti lapangan yang mendorong kita perlu ber-empati terhadap masalah sosial saat mengajar. Kita para guru Sosiologi dapat melirik terhadap masalah kepedudukn, dimana populasi penduduk Indonesia yang mengalami expansive population (BPS, 2010). Ledakan penduduk tersebut setidaknya memiliki dua ekses, yaitu sebagai potensi sumber daya manusia yang berdaya saing luar biasa jika kita mampu menyiapkannya dengan baik, atau sebaliknya akan menjadi beban Negara jika kita gagal mendidiknya. Kita juga bisa mengingat bahwa program pembangunan yang dilancarkan pemerintah ternyata tidak mampu memberdayakan orang miskin (BPS, 2013) untuk hidup sejahtera. Sehingga wajar jika ekses dari hal tersebut mendorong terjadi penurunan nilai tukar rupiah yang semakin puruk dengan ditambah perilaku menantang kebencaan. Kabut asap dimana-mana, alih fungsi lahan pertanian dan resapan menjadi pilihan utama, hinga korupsi, berbohong, dan kesaksian semakin menggelora. Entah kapan masalah-masalah sosial tersebut berakhir yang tidak jelas dimana ujung dan pangkalnya.

Apalagi jika kita menilik kompetensi para pekerja lulusan SMA yang terbukti masih rendahan (Kompas, 2013; Manning dan Haryo, 2013; Suhadi, 2015), penduduk miskin semakin yang terpusat di daerah pinggiran (BPS, 2010), sekolah-sekolah di kawasan pinggiran masih tertinggal dari kemajuan (Buchori, 2007), sekolah gagal dalam menyadarkan muridnya (Hanum dan Setya, 2006), serta masyarakat yang masih rajin melakukan tindakan menantang bencana (Salbilah, 2008). Selaku guru, kita harus mampu hadir dengan menjauhkan murid dari ketidakberdayaan dalam mencukupi kebutuhan (Purba, 2012). Berdasar realitas sosial di atas, berempati terhadap masalah sosial merupakan kata kunci dalam memulai pengajaran. Lantas bagaimana cara memasukkan empati sosial dalam materi pembelajaran?

Berdasarkan pengalaman penulis, semua materi sosiologi dapat kita mulai dengan empati terhadap masalah sosial. Misal materi sosiologi kelas sepuluh yaitu “Sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang”. Dalam materi tersebut diyakini bahwa sebab terjadinya perilaku menyimpang adalah hasil sosialisasi tidak sempurna, hasil sosialiasi budaya menyimpang, dan karena meniru perilaku salah. Paparan materi di atas, secara jelas memposisikan anggota masyarakat adalah mulia. Adapun biangkerok perilaku menyimpang adalah proses sosialisasi yang semakin buruk rupa. Berangkat dari paparan materi tersebut, kita dapat mengajak murid untuk ber-empati kepada anggota masyarakat yang menyimpang, dimana perilaku menyimpangnya bukanlah salah mereka. Kita dapat mengajak murid untuk berempati untuk menyayangi mereka dengan cara memberi kasih dengan tidak mempertontonkan perilaku menyimpang pada saat dimanapun, kapanpun, dan kepada siapapun.
Mengawali proses pembelajaran dengan empati juga dapat kita lakukan pada murid kelas sebelas yaitu pada materi “Elemen-elemen yang Mempengaruhi Struktur Sosial”. Dalam materi tersebut diyakini bahwa kekayaan, kekuasaan dan wewenang, kehormatan, serta ilmu pengetahuan menjadi elemen penting terhadap orang menduduki posisi apa dan apa peranannya. Melalui materi tersebut, kita dapat memulai pelajaran dengan berempati terhadap kehormatan orang miskin yang direnggut oleh kehidupan sosial yang tidak setara.

Dengan berempati pada masalah-masalah sosial di saat pembelajaran, sebenarnya kita selaku guru  telah memandang bahwa kelas adalah industri ahlak mulia. Bukan hanya murid yang akan menempakan dirinya berahlak mulia, gurupun semakin mulia ahlaknya. Murid dan guru semakin tertantang dengan materi pelajarannya. Karena mereka seakan menjadi pahlawan yang harus menunaikan tugas kemanusiaan di bumi tercinta.

Gunakan pembelajaran berbasis riset

“Pembelajaran berbasisis penelitian
merupakan kaidah-kaidah terbarukan dalam metode pembelajaran
yang mampu melipatgandakan keterampilan saintis murid”

Berempati terhadap masalah sosial dalam memulai pembelajaran tidaklah cukup. Rasa iba dan sadar para murid dalam melakukan tindakan agar terjadi perubahan yang diidam-idamkan, jangan tersia-siakan. Buatlah para murid semakin berdaya bahwa empati terhadap masalah sosial mereka perlu ditransfomasikan dalam tindakan-tindakan sosial keseharian. Inilah saat-saat dimana guru sosiologi harus pintar menggunakan pendekatan pembelajaran.

Menjadikan murid semakin berdaya, menurut Permendiknas Nomor 65 tahun 2013 adalah siswa harus memiliki, mengembangkan, dan mengimplementasikan keterampilan saintisnya. Dalam kaidah tersebut secara gamblang menegaskan kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta merupakan proses pembelajaran yang menekankan pemberdayaan keterampilan saintis. Selain itu, keberdayaan para murid dapat dipicu dengan membangun jiwa ilmuan mereka (Wardoyo, 2013) dan sembari membangun cara berfikirnya (Sarwiji, 2013). Membangun jiwa ilmuan dapat dilakukan dengan mengembangkan sikap rasa ingin tahu, mampu menyelesaikan masalah, dan sikap berfikir sistematis. Adapun membangun cara berfikir dapat dilakukan dengan membangun nalar tanya, instrumentatif, metodologis, intelektualis, dan agen perubahan sosial. Lantas pendekatan pembelajaran apa yang mampu meningkatkan keberdayaan siswa di atas?

Menurut Rustaman (2005), Christy (2011), dan GIHE (2010) pendekatan Pembelajaran Berbasis Riset (PBR) merupakan salah satu dari model pendekatan pembelajaran yang mampu meningkatkan keberdayaan saintis siswa. Rustaman menegaskan PBR merupakan proses pembelajaran dengan memecahkan masalah, merencanakan dan melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik simpulan. Senada Rustaman, Christy berpandangan bahwa PBR merupakan sistem pengajaran otentik problem solvingdengan sudut pandang formulasi permasalahan, penyelesaian masalah, dan mengkomunikasikan manfaat hasil penelitian. Selanjutnya menurut GIHE, PBR merupakan pengajaran yang kaya akan sumber belajar, temuannya mutakhir, kontemporer, metodologis, peserta didiknya aktif, enkulturasi riset, dan berlimpah value.  

Berdasarkan pengalaman penulis, model PBR ini memang terbukti mampu meningkatkan keterampilan saintis para siswa. Pada tahun 2013 penulis menggunakan model pembelajaran ini pada kelas sebelas materi struktur sosial. PBR penulis terapkan pada kelas sebelas dengan mengajak murid terjun ke pasar tradisional. Dengan PBR, para murid memiliki keterampilan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Keterampilan murid mengamati ditunjukkan dengan mendapatkan data tentang suasana, perilaku, sikap, dan apa yang dimiliki pada kelompok sosial pasar tradisional. Keterampilan murid menanya ditunjukkan dengan mendapatkan data tentang pengetahuan, keyakinan, kendala, dan harapan kelompok sosial Pasar Tradisional. Keterampilan mencoba ditunjukkan dengan berani mencoba terjun di pasar tradisonal dengan berani mengambil resiko. Keterampilan menalar ditunjukkan dengan mampu mengidentifikasi dan mengklasifikasikan posisi kelompok sosial Pasar Tradisional. Keterampilan menyaji dibuktikan dengan murid mampu mengkomunikasikan, menanggapi, mempertajam hasil penelitian. Serta keterampilan mencipta ditunjukkan murid dengan menghasilkan produk hasil penelitian struktur sosial pasar tradisional.

Pada saat itu penulis masih canggung dan belum yakin betul dari kehandalan PBR. Penulis menguji lagi keterampilan para murid dengan mengajak mereka terjun ke Pasar Hewan. Ternyata hasilnya sama dimana terdapat keterampilan saintis yang didapat murid ketika menggunakan PBR dalam pembelajaran. Penulis tidak hanya berhenti di situ, kemampuan para murid juga diuji dengan mendatangkan nara sumber Kepala Pasar Tradisional dan Kepala Pasar Hewan pada saat seminar produk di kelas. Dari pandangan narasumber tersebut, memang para murid telah memiliki keterampilan saintis. Bahkan tidak hanya itu, para murid semakin memiliki potensi membangun sekolah sain karena para murid semakin senang dalam mengikuti pembelajaran, memahami masalah di lapangan, memiliki wawasan luas, mendapatkan pengalaman baru, memahami materi secara mendalam, ingin melakukan kembali dan ingin meneliti kembali. Hasil dari proses pembelajaran ini juga telah penulis komunikasikan dalam forum Lomba Inovasi Pembelajaran SMA Tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 dengan diapresiasi mendapatkan nilai tertinggi. Pada saat itulah penulis semakin yakin bahwa PBR mampu mendongkrak keterampilan saintis para siswa.

Teknik mengembangkan tema dan instrumen pembelajaran

“Ringankan beban para muridmu
dengan membantu memahami dari mana sebuah materi itu tercipta”

Lantas bagaimana cara mengawali pemebelajaran sosiologi dengan pendekatan pembelajaran berbasis riset? Hal penting yang perlu dimiliki seorang guru sosiologi adalah kemampuan mengembangkan materi ke dalam tematik penelitian beserta intrumen penelitiannya. Langkah ini menjadi penting karena hal ini merupakan kreativitas guru dalam membaca peluang apa tema penelitian yang cocok pada sebuah materi. Untuk membangun kepekaan seorang guru menjadi seorang peneliti, dan mendorong para muridnya untuk memiliki kepekaan menjadi peneliti pemula, berikut ini adalah langkah-langkahnya.

Pertama, lakukan pemilahan pada kompetensi dasar. Pengalaman penulis, kita dapat dengan mudah memiliki kepekaan memilah mana kompetensi dasar yang dapat didalami dengan penelitian, biasanya kompetensi dasarnya diawali dengan kata “mengidentifikasi”. Beberapa kompetensi dasar yang memiliki muatan tersebut diantaranya; mengidentifikasi elemen-elemen struktur sosial, mengidentifikasi diferensiasi gender, mengidentifikasi perilaku masyarakat majemuk, dan menjelaskan dampak negatif perubahan sosial. Ingat, teknik ini tidak menjadi yang utama.

Kedua, lakukan penelusuran pemetaan materinya. Kita akan terbantu ketika kompetensi dasar yang kita pilih adalah kompetensi mengidentifikasi. Misal pada materi mengidentifikasi perilaku masyarakat majemuk, didalamnya memuat materi perilaku toleran, inklusif, akomodatif, demokratis, dan anti-diskriminatif. Penelusuran materi ini akan mempermudah kita dalam menentukan tema penelitian yang akan diteliti para siswa.

Langkah ketiga, menentukan tema penelitian yang relevan dengan kompetensi dasar dan muatan materinya. Misal dalam kompetensi dasar yang kita pilih adalah mengidentifikasi perilaku masyarakat majemuk, maka tematik yang dapat pilih yaitu dengan memunculkan pertanyaan “Apakah perilaku orang tua dalam rumah tangga mencerminkan perilaku masyarakat majemuk?” Untuk menjawab pertanyaan itu, maka gunakan materi perilaku masyarakat majemuk yang sudah ada. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kemudian menjadi pedoman wawancara dan pengamatan dalam penelitian para siswa.

Keempat, yaitu menyusun pedoman wawancara dan pengamatannya. Masih dalam tematik perilaku masyarakat majemuk, beberapa pertanyaan dapat diajukan misalnya sebagai berikut. Bagaimana perilaku  orang tua ketika anaknya berbuat salah? Bagaimana dan perilaku  orang tua ketika anaknya berkumpul dengan kelompok yang berbeda suku, ras, dan agama? Bagaimana perilaku orang tua ketika anaknya bertengkar/ berkelahi? Bagaimana perilaku orang tua dalam menentukan dimana anaknya sekolah? Bagaimana peran orang tua dalam pernikahan anaknya? Bagaimana perilaku orang tua dalam membagi kasih sayang kepada anak-anaknya? Dan bagaimana perilaku orang tua dalam membagi warisan  kepada anak-anaknya?

Instrumen di atas akan membantu para murid untuk lebih ringan dalam mamahami materi mengidentifikasi perilaku masyarakat majemuk. Ajak para murid untuk mengidentifikasi apakah para orang tua memiliki perilaku masyarakat majemuk dengan cara meneliti orang tuanya. Usai mendapatkan data, ajaklah para murid untuk mengkrosceknya dengan materi yang ada. Dengan demikian anak dengan mudah dapat mengusai materi toleran, inklusif, akomodatif, demokratis, dan anti-diskriminatif. Dengan teknik ini juga, guru dengan mudah mengajarkan materi yang sebelumnya dianggap sulit serta menantang jiwa dan raga. Untuk memudahkan kita dalam mengimplementasikan pendekatan PBR, beberapa contoh ringkas tentang teknik mengembangkan tema dan instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran.

Memanen kemuliaan

Pembelajaran yang baik
adalah pembelajaran yang memuliakan para murid dan gurunya

Pada dasarnya seorang guru memiliki kebebasan dalam memilih metode pembelajaran apa saja yang diyakini mampu dilakukannya. Namun dari kebebasan pilihan itu, guru harus mempertanggung jawabkannya dengan pembelajaran yang mampu memuliakan dirinya dan murid-muridnya. Kemuliaan para pembelajar inilah yang akan menjadi poros dan kutub keberhasilan dalam mengajarnya.

Kembali pada pilihan penulis terhadap metode Pembelajaran Berbasis Riset, penulis telah membuktikan bahwa PBR merupakan salah satu metode pembelajaran yang mampu menghasilkan produk-produk ilmiah sosial. Jika dalam metode pembelajaran klasikal hanya menekankan pada penguasaan informasi cetakan, namun berbeda halnya dengan PBR, ternyata telah mampu mencetak informasi-informasi yang melampaui batas cetakan.

Beberapa product based learning yang terhasilkan saat menggunakan metode PBR yaitu murid mampu menghasilkan karya portfolio siswa, buku yang berisikan kumpulan kajian lapangan, website murid, etnofotografi, hingga film dokumenter. Portfolio siswa merupakan deskripsi lapangan terhadap apa yang dikaji para siswa. Bentuk deskripsi lapangan dapat dalam wujud beragam, mulai dengan bentuk laporan ilmiah sosial yang ketat, cerpen, puisi, hingga lirik lagu. Bentuk deskripsi lapangan sebisa mungkin sekreatif mungkin. Jangan haling-halangi kreatifitas anak dalam melaporkan produk pembelajarannya. Selanjutnya, produk lapangan siswa dapat dibagikan melalui wesite pribadi siswa.

Selanjutnya, kumpulan produk lapangan siswa anda dapat didokumentasikan dalam bentuk buku. Buku yang dimaksud adalah buku kumpulan kajian lapangan siswa. Buku ini dapat Anda pajang di perpustakaan, atau jika memungkinkan, tawarkan pada percetakaan, siapa tahu terdapat percetakan yang tertarik mencetaknya. Untuk hasil produk lapangan yang menarik, apresiasi mereka dengan menampilkan tulisan mereka di website sekolah atau di website mata pelajaran sosiologi, jika ada. Melalui media buku dan website karya mereka, para siswa semakin yakin dan percaya diri dengan karya-karyanya.

Sebisa mungkin bentuk dari produk lapangan siswa diperluas dengan tidak hanya pada laporan deskripsi saja. Bentuk etnofotografi hingga film documenter dapat ditawarkan kepada siswa sejak awal pengerjaan produk, agar mereka semakin mendalam saat melakukan kajian lapangan. Data-data lapangan yang dalam bentuk foto, dapat dibuat produk etnofotografi, sebuah produk foto yang berisikan pesan potret kehidupan sosial masyarakat yang diteliti. Begitu halnya data-data lapanan yang dalam bentuk video, dapat dibuat produk film dokumenter, yaitu sebuah produk video yang berisikan tentang realitas sosial dari kehidupan masyarakat yang diteliti. Bagi penulis, proses pembelajaran tersebut telah mengalami lompatan prestasi. Murid terbukti berdaulat terhadap dirinya dengan menghasilkan ragam produk ilmiah sosial yang tidak sedikit jumlahnya.

Bahkan tidak berhenti disitu, menurut pengalaman penulis, gurupun juga berdaulat atas keilmuannya. Sembari menjadi pengajar, guru dapat menghasilkan laporan penelitian tindakan kelas, etnofotografi, film dokumenter, hingga mampu mempublikasikan karya ilmiahnya dalam jurnal penelitian terkemuka. Suatu harapan besar, dimana proses pembelajaran yang telah mampu memanen kemuliaan, dikemudian hari dapat digunakan untuk mendukung program-program pembangunan sosial.  Penulis yakin, dengan metode belajar penelitian sosial, peran guru sosiologi semakin strategis dalam pembangunan (Suhadi, 2015) melalui produk-produk ilmiah sosial yang dihasilkan.

Menyongsong metode pembelajaran terbarukan

“Metode pembelajaran yang baik
adalah metode pembelajaran yang menyiapkan anak didiknya
untuk menjawab masalah sosial dimasa yang akan datang”

Disisi kelebihan metode pembelajaran berbasis riset, tentu saja model pembelajaran ini terdapat kelemahan. Proses pembelajaran PBR tidak hanya sulit dilakukan, namun juga memicu tantangan struktural. Dari pengalaman penulis, merancang pembelajaran PBR memakan waktu yang cukup lama. Guru harus menyiapkan diri dalam menguasai materi. Karena tanpa penguasaan materi yang matang, guru akan sulit memunculkan empati sosial para pembelajar dan tema-tema penelitian yang relevan dengan materi belajar.  Selain itu, guru harus berhadap-hadapan dengan budaya akademik di SMA yang belum populer terhadap sekolah sain yang menekankan pembelajaran berbasis penelitian. Terlebih guru harus menanggung beban anggaran untuk akomodasi murid saat terjun di lapangan, karena RAPBS SMA masih belum populer dengan anggaran pembelajaran lapangan.

Walaupun demikian, para guru seyogyanya tidak usah ragu dan bimbang. Sudah saatnya mata pelajaran sosiologi memiliki laboratorium penelitian sosial yang dapat dikunjungi para guru dan muridnya. Laboratorium penelitian sosial yang dimaksud adalah sebuah ruangan yang didalamnya memuat miniatur penelitian sosial yang dilengkapi dengan perkakas multimedia. Penulis membayangkan, dimana setiap ada yang masuk dalam ruangan itu, saat keluar mereka ingin segera melakukan penelitian sosial.

Desain ringkas dari laboratorium penelitian sosial untuk para guru dan murid SMA ini, setidaknya memuat lima elemen penting. Elemen-elemen penting dalam laboratoriun itu diantaranya; gerbang masalah sosial, penjurusan masalah sosial, rumah kajian literatur dan penelitian relevan, bilik metode lapangan, replika proses penelitian lapangan, dapur pengolahan dan citarasa, dan ruang gallery produk ilmiah sosial. Secara konseptual, wacana laboratorium penelitian sosial sederhana dapat dilihat pada di tulisan yang penulis bagi pada Kompasiana (Suhadi, 2015) yang dapat diakses, dikritik, dan diberi masukan untuk penyempurnaan.
Penulis berharap, dengan hadirnya laboratorium penelitian sosial sederhana, dapat menjadi Pusat Wisata Ilmiah Sosial yang tidak hanya diperuntukkan murid SMA. Para guru dan murid TK, SD, SMP juga dapat berkunjung di tempat ini. Hanya saja perlu diperhatikan siapa yang membuatnya. Perguruan Tinggi sudah saatnya memperhatikan apa saja kebutuhan yang diperlukan oleh para lulusannya. Selain dari sisi tanggung jawab itu, perguruan tinggi juga memiliki kompetensi sumber daya manusia yang kompeten dan profesional dalam bidangnya.

Dengan hadirnya laboratorium penelitian sosial ini, harapan penulis, guru sosiologi tidak lagi kesulitan dalam mempersiapkan pembelajaran dengan sentuhan penelitian sosial. Guru sosiologi tidak lagi repot menyiapkan model rancangan pembelajaran penelitian sosial, tidak lagi kesulitan mendapatkan instrumen pembelajaran, dan tidak lagi kebingungan produk-produk ilmiah sosial apa yang akan garap sebagai produk ilmiah sosial. Jika laboratorium penelitian sosial tersedia, dan berjalannya program wisata penelitian sosial, perguruan tinggi dan para alumninya akan saling bersinergi dalam menyongsong lahirnya metode pembelajaran terbarukan. Sebuah metode pembelajaran yang tidak hanya ramai dalam kelas, namun juga berdaya guna untuk pembangunan bangsa dan negara tercinta.


PENUTUP

Berdasarkan paparan di atas tentang model pembelajaran sosiologi SMA materi penelitian sosial, dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, mulailah pembelajaran dengan berempati terhadap masalah sosial. Kedua, gunakan pendekatan pembelajaran berbasis penelitian. Ketika, lakukan pengembangkan tema dan instrumen pembelajaran di lapangan. Ketiga, buatlah produk pembelajaran yang kreatif. Dan jika perlu, segera bersama-sama (guru sosiologi SMA) menggagas terbentuknya laboratorium penelitian sosial untuk SMA.

Melalui tulisan berlatar best practice di atas, tentu saja jurus-jurus pengajaran guru sosiologi SMA tidak cukup berhenti pada siapa melakukan metode apa. Tapi yang menjadi penting adalah siapa menggunakan metode pembelajaran apa, kemudian menghasilkan metode pembelajaran terbarukan apa saja. Inilah yang sebenarnya menjadi tugas mulia para guru sosiologi SMA. Selamat mencoba, dan semoga berdaya guna.  




DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010 (Data agregat per Provinsi). Badan Pusat Statistik: Jakarta
Buchori, Mochtar. 2007. Memotong Belenggu Kemiskinan: Strategi Pendidikan untuk Kelompok Anak Pinggiran. Bogot. ITB. Makalah Seminar Pendidikan Untuk Anak-anak Pinggiran.
Chrysti S, Kartika. 2011. Implementasi Pembelajaran Berbasis Riset Kajian: Fermentasi Limbah Cucian Beras (Leri) Untuk Pembuatan Nata Pada Mata Kuliah Konsep Dasar IPA Mahasiswa S1 PGSD FKIP UNS. Masters Thesis, Universitas Sebelas Maret.
Hanum,  Farida dan Setya Raharja. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Multikultural  di Sekolah Dasar  di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Jakarta: Dirjen PTDPN. Hasil Penelitian Nomor:  018/SP3/PP/DP2M/II/2006.
H.U. Kompas. 2013. Utang Negara Rp 2.036 T, Indonesia Siap-siap Bangkrut. Dalam http://nasional.kompas.com/read/2013/07/18/1338289/Fitra.Utang.Negara.Rp.2.036.T.Indonesia.Siap.siap.Bangkrut. Diunduh pada tanggal 18 Juli 2013.
H.U. Kompas. 2011. Kekayaan RI Naik Menjadi Rp 15.912 Triliun. Dalam http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/10/19/13520561. Diunduh pada tanggal 17 Juli 2013.
Manning, Chris and Haryo Aswicahyono. 2013. Trade and Employment in Services: The Case of Indonesia, International Labour Office – Jakarta: ILO.
Peraturan Menteri Pendidikan & Kebudayaan  Republik Indonesia Nomor  65 Tahun 2013 Tentang Standar  Proses  Pendidikan Dasar  dan Menengah.
Purba, Ina P. 2012. Strategi Pendidikan Character Building Dalam Proses Pendidikan Masyarakat Pinggiran Oleh Yayasan Peduli Karakter Bangsa (Studi Kasus: Sekolah Talitaku Kum Jl. Pabrik Tenun Gg. Cikditiro No.16 Medan Sumatera Utara). USU. FISIP. Skripsi.
Rustaman, Nuryani Y. 2005. Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Pendidikan Sains. Makalah Seminar. Universitas Pendidikan Indoneia. Bandung. FMIPA.
Salbiah. 2008. Hubungan Karakteristik Siswa dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah Dasar Di Kecamatan Medan Belawan. Sekolah Pascasarjana. Tesis. USU Medan.
Sarwiji, Bambang. 2013. Pendidikan dan Pembangunan Manusia Indonesia. Jakarta: PT. Indeks.
Suhadi. 2015. Model Pembelajaran Berbasis Riset Dalam Rangka Meningkatkan Keterampilan Saintis Siswa SMA. Rembang: Perpustakaan SMA N 1 Pamotan.
Wardoyo, Sigit Mangun. 2013. Pembelajaran Berbasis Riset. Jakarta: Akademia.