Senin, 29 Agustus 2016
Profil Komunitas Rumah Baca Pamotan
Relawan sedang mendampingi kunjungan siswa, 2016 |
Rumah Baca Pamotan berdiri pada tanggal 01 Juni 2013. Komunitas ini berada di Desa Pamotan, tepatnya di Dukuh Palan Wetan, Rt. 02/ Rw. 01 Pamotan Kode Pos 59261 dengan nomor handphone +62853-1144-6515, Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah.
Rumah Baca Pamotan menggerakkan diri dalam tradisi membaca, menulis, dan cinta lingkungan. Metode pendekatan yang digunakan adalah partisipatif, yaitu berperan bersama dan setara.
Komunitas Rumah Baca Pamotan buka setiap hari. Pengunjung dapat mengakses Rumah Baca dengan cara datang langsung. Kegiatan utama yang dilakukan membaca buku-buku koleksi yang telah tersedia. Buku koleksi terdiri dari dua kategori, yaitu buku sekolah, buku perkuliahan dan buku umum.
Anggota komunitas rumah baca adalah sejumlah relawan yang mendedikasikan dirinya untuk menyumbang buku, mengumpulkan buku, melayani baca, mendampingi menulis, dan memfasilitas kegiatan cinta lingkungan. Adapun sasaran komunitas rumah baca adalah anak-anak dan orang dewasa yang ada di sekitar lokasi rumah baca.
Kunjungan Komunitas Rumah Baca di Desa Dasun, Lasem, 2016 |
Kegiatan edukatif lainnya yang dilakukan dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Pada tanggal 28 Agustus 2013, Rumah Baca Pamotan mengadakan open house. Agenda dalam pembukaan rumah baca ini adalah diskusi warga dan pentas seni musik keroncong. Diskusi warga digelar di Rumah Baca dengan mengundang tokoh-tokoh Pamotan, pihak pemerintah desa Pamotan, aktivis perempuan, pemuda, dan anak-anak sekolah dengan tema “sinergi rumah baca dengan pembangunan sosial Pamotan”. Pascadiskusi warga, agenda selanjutnya yaitu pentas musik tradisi, yaitu dengan menghadirkan group musik keroncong rindu order dari kota Lasem. Pentas musik tradisi disambut antusius warga. Lantunan lagu-lagu yang familier untuk golongan usia menengah ke atas ini, berlangsung semarak sekali. Apalagi dua agenda di atas dalam momentum peringatan kemerdekaan Indonesia.
Setiap hari Rumah Baca Pamotan telah menjadi pusat kegiatan belajar warga. Anak-anak dari kalangan tingkat TK, SD, SMP, dan SMA, setiap sore dan malam hari, selalu rutin hadir dengan aktivitas utama yaitu membaca dan belajar kelompok. Semua kegiatan dilaksanakan tanpa dipungut biaya.
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Rumah Baca Pamotan, Rumah Baca juga melaksanakan pelatihan menari dan penulisan aksara jawa. Selain itu dalam memberikan kontribusi kepada lingkungan sekitar Rumah Baca Pamotan bekerjasama dengan Yayasan Bina Dhuafa menyelenggarakan berbagai bakti sosial diantaranya; Bakti Sosial Lansia, Baksos Ramadhan, Baksos Wakaf Al-Quran, Buka Bersama, Santunan Dhuafa dan Anak Yatim. Acara-acara tersebut dilaksanakan setiap tahunnya. Dimulai sejak 2014 hingga sekarang.
Komunitas Rumah Baca Pamotan juga kerap menyelenggarakan pengobatan medis dan alternatif bekerjasama dengan Paguyuban Pelestari Pusaka Bhre Lasem, Yonet Rembang, KALAL Rembang, Warung Pecel Lele Bang Thoyenk, Yayasan Bina Dhuafa, dll. Banyak warga masyarakat sekitar dan juga ada dari daerah-daerah di Kapupaten Rembang yang mengikuti pengobatan gratis ini. Kami ingin memulyakan mereka yang tak mampu berobat.
Dalam menunjang minat pembaca, kami Komunitas Rumah Baca Pamotan juga menyediakan program Komputer Pintar. Dalam program ini siswa dapat mencari informasi dan berbagai referensi internet serta fasilitas print hingga jilid sediakan. Tujuan program ini adalah agar anak merasa percaya diri mendapatkan semangat dalam mengerjakan tugas sekolah serta bisa ditunjukan anak minat belajar dan prestasi.
Komunitas Rumah Baca Pamotan juga peduli terhadap lingkungan sekitar. Ada beberapa kegiatan yang diselenggarakan diantaranya bersih-bersih sungai bekerjasama dengan Remaja Pecinta Alam Pamotan. Kemudian juga melakukan Kemah Lintas Alam di Gua Kare tujuannya untuk memperkenalkan kepada anak-anak untuk peduli terhadap lingkungan dan kemudian bisa melestarikiannya. Kegiatan di Gua Kare pada tahun 2015-2016 tidak hanya sampai di situ, Komunitas Rumah Baca Pamotan juga melakukan penenaman 1000 bibit pohon yang bekerjasama dengan REPPALA, JAR, Pemerintah Desa Pamotan, DKR Pamotan, KALAL, dll. Tujuan dari acara ini agar Gua Kare dapat lestari serta menumbuhkan bibit cinta lingkungan kepada anak-anak.
Rumah Baca Pamotan senantiasa mengajak bekerjasama kepada tokoh masyarakat, pemuda, dan instansi, dalam rangka menggerakkan diri dalam tradisi membaca, menulis, dan cinta lingkungan.
Komunitas Rumah Baca Pamotan juga akan senantiasa hadir di hadapan masyarakat Pamotan dengan menggelar kegiatan-kegiatan yang sifatnya edukatif. Semoga masyarakat di sekitar Komunitas Rumah Baca mendapatkan manfaat dengan kehadiran Rumah Baca.
Sumber Informasi:
Fb : rumahbaca.belajar
Promo Kaos Pusaka Dasun
Berikut ini merupakan desain kaos Jelajah Pusaka Bahari Dasun.
Kepada Yth. semua Komunitas di Lasem, Pamotan, dan Rembang, dimohon memberi masukan perihal desain kaos berikut ini (download). Dengan masukan dari berbagai Komunitas, diharapkan memberi inspirasi desain kaos yang menarik.
Jika desain kaos sudah sudah final, rencana desain kaos ini akan diproduksi. Adapun perihal dan tatacara teknis produksi kaos, sesuai dengan kesepakatan semua Komunitas yang terlibat.
Terima kasih.
Kepada Yth. semua Komunitas di Lasem, Pamotan, dan Rembang, dimohon memberi masukan perihal desain kaos berikut ini (download). Dengan masukan dari berbagai Komunitas, diharapkan memberi inspirasi desain kaos yang menarik.
Jika desain kaos sudah sudah final, rencana desain kaos ini akan diproduksi. Adapun perihal dan tatacara teknis produksi kaos, sesuai dengan kesepakatan semua Komunitas yang terlibat.
Terima kasih.
Selasa, 16 Agustus 2016
Keindahan Sungai Dasun, Lasem
Pantai Dasun Lasem Rembang (doc. 16-08- 2016) |
Sungai Dasun Lasem Rembang, (doc. 16-08- 2016) |
Kawasan Tambak Dasun Lasem Rembang (doc. 16-08- 2016) |
Sungai Dasun Lasem Rembang (doc. 16-08- 2016) |
Pantai Dasun Lasem Rembang (doc. 16-08- 2016) |
Perahu Nelayan yang melintas Pantai Dasun Lasem Rembang (doc. 16-08- 2016) |
Senin, 15 Agustus 2016
Peringatan Tahun Baru Islam 1438 H
Kamis, 04 Agustus 2016
Rabu, 03 Agustus 2016
Contoh Lomba Serba Al Quran
1. Cabang Tilawah
- Golongan Anak-anak
- Golongan Remaja
- Golongan Dewasa
2. Cerdas Cermat Al Quran
3. Syahril Al Quran
4. Kaligrafi Al Quran
- Naskah
- Hiasan Mushaf
- Dekorasi
- Golongan Anak-anak
- Golongan Remaja
- Golongan Dewasa
2. Cerdas Cermat Al Quran
3. Syahril Al Quran
4. Kaligrafi Al Quran
- Naskah
- Hiasan Mushaf
- Dekorasi
Informasi Tentang Diponegoro
Berikut ini beberapa sumber bacaan tematik "Pangeran Diponegoro".
Selamat membaca....!!!
Peneliti "Sejarah Pangeran"
Penelitian Carey—sapaan akrabnya—telah menjadi teks referensi bagi para sejarawan hingga akademisi di seluruh dunia. Tidak salah jika sejarawan asal Inggris itu kemudian dianugerahi Sanghyang Kamahayanikan oleh penyelenggara Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2014 di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Selengkapnya klik link berikut ini ...
Diponegoro dalam Interpretasi
Selama lebih dari 40 tahun dalam hidupnya, Peter Brian Ramsey Carey, mendedikasikan diri untuk meneliti sejarah perang Jawa (1825-1930), termasuk sisi detail kehidupan Pangeran Diponegoro. Penelitian Carey –sapaan akrabnya– telah menjadi teks referensi bagi para sejarawan hingga akademisi di seluruh dunia. Tidak salah jika sejarawan asal Inggris itu kemudian dianugerahi Sanghyang Kamahayanikan oleh penyelenggara Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2014 di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Selengkapnya klik link berikut ini ...
Diponegoro
Bendara Pangeran Harya Dipanegara (lebih dikenal dengan nama Diponegoro, lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, 11 November 1785 – meninggal di Makassar, Hindia Belanda, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Pangeran Diponegoro terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah Hindia Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling besar dalam sejarah Indonesia. Selengkapnya klik link berikut ini ...
Tujuh Kebiasaan Pangeran
Kendati sering mengidentifikasi dirinya sebagai Arjuna, Diponegoro tentu tak setampan tokoh pewayangan itu. Namun, Diponegoro cukup enak dipandang mata. Dia seperti punya daya tarik pribadi yang kuat yang membuatnya menawan di mata kaum perempuan. Dia sendiri mengakui salah satu dari sifat-sifat yang mengganggu (sipat ngaral) di masa mudanya adalah sering mudah tergoda perempuan. Selama Perang Jawa, dia menganggap salah satu penyebab kekalahan terbesarnya di Gowok pada 15 Oktober 1826 karena sebelum pertempuran dia tidur dengan perempuan Tionghoa (nyonyah Cina), yang bukan istri resmi, bukan pula selir, tapi tawanan perang yang dijadikan tukang pijat. Selengkapnya klik link berikut ini ...
Selamat membaca....!!!
Peneliti "Sejarah Pangeran"
Penelitian Carey—sapaan akrabnya—telah menjadi teks referensi bagi para sejarawan hingga akademisi di seluruh dunia. Tidak salah jika sejarawan asal Inggris itu kemudian dianugerahi Sanghyang Kamahayanikan oleh penyelenggara Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2014 di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Selengkapnya klik link berikut ini ...
Diponegoro dalam Interpretasi
Selama lebih dari 40 tahun dalam hidupnya, Peter Brian Ramsey Carey, mendedikasikan diri untuk meneliti sejarah perang Jawa (1825-1930), termasuk sisi detail kehidupan Pangeran Diponegoro. Penelitian Carey –sapaan akrabnya– telah menjadi teks referensi bagi para sejarawan hingga akademisi di seluruh dunia. Tidak salah jika sejarawan asal Inggris itu kemudian dianugerahi Sanghyang Kamahayanikan oleh penyelenggara Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2014 di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Selengkapnya klik link berikut ini ...
Diponegoro
Bendara Pangeran Harya Dipanegara (lebih dikenal dengan nama Diponegoro, lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, 11 November 1785 – meninggal di Makassar, Hindia Belanda, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Pangeran Diponegoro terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah Hindia Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling besar dalam sejarah Indonesia. Selengkapnya klik link berikut ini ...
Tujuh Kebiasaan Pangeran
Kendati sering mengidentifikasi dirinya sebagai Arjuna, Diponegoro tentu tak setampan tokoh pewayangan itu. Namun, Diponegoro cukup enak dipandang mata. Dia seperti punya daya tarik pribadi yang kuat yang membuatnya menawan di mata kaum perempuan. Dia sendiri mengakui salah satu dari sifat-sifat yang mengganggu (sipat ngaral) di masa mudanya adalah sering mudah tergoda perempuan. Selama Perang Jawa, dia menganggap salah satu penyebab kekalahan terbesarnya di Gowok pada 15 Oktober 1826 karena sebelum pertempuran dia tidur dengan perempuan Tionghoa (nyonyah Cina), yang bukan istri resmi, bukan pula selir, tapi tawanan perang yang dijadikan tukang pijat. Selengkapnya klik link berikut ini ...
Kepemimpinan Pangeran Diponegoro
Kajian Prof. Peter Carey terhadap kehidupan Diponegoro pada bukunya mengungkapkan bahwa 'A leader made, not born'. Diponegoro mengalami lintasan budaya selama hidupnya, seperti mengalami hidup di keraton, dibesarkan di pedesaan, dididik di pesantren dan mengalami awal masa kolonialisme. Perjalanan hidup ini memupuk watak Diponegoro yang memiliki sifat-sifat seorang pemimpin yang lengkap. Ia pun memiliki prinsip hidup yang kuat sebagai manusia Jawa yang multikultur. Semua pun sepakat bahwa Perang Diponegoro harus dimaknai sebagai penanaman nasionalisme karena perang ini merupakan upaya menegakkan keadilan dan meningkatkan kesejahteraan umum atas dasar nilai-nilai budaya luhur dan keyakinan keagamaan. Kemampuan Diponegoro untuk mengartikulasi berbagai permasalahan dalam masyarakat saat itu telah membuat perang Diponegoro tidak dimaknai sebagai perang individu atau kelompok, tetapi perjuangan terhadap ketidakadilan. Dalam memaknai perjuangan Diponegoro, hendaknya dikaitkan dengan pendidikan dan pembentukan karakter bangsa yang kuat.
Maka pertanyaan penting yang harus dijawab oleh Bangsa Indonesia adalah: Apakah kita sudah memberi ruang-ruang bagi terciptanya manusia Indonesia yang multikultur?
Penggalan kalimat-kalimat di atas merupakan sebagian dari isi kuliah umum pada Koentjaraningrat Memorial Lecture (KML) XII/2014, yang menampilkan tema "PANGERAN DIPONEGORO, PERANG JAWA, DAN MASALAH KEPEMIMPINAN NASIONAL."
Kuliah Umum yang digelar di Auditorium Gedung X Kampus FIB-UI Depok, Senin (19 Mei 2014) ini, merupakan hasil kerja sama antara Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) dengan Forum Kajian Antropologi Indonesia (FKAI) dan didukung oleh Penerbit Buku Kompas. Kuliah umum dibuka secara resmi oleh Dekan FIB-UI Dr. Adrianus L.G. Waworuntu, M.A., dengan menghadirkan para pembicara di antaranya Prof. Dr. S. Boedhisantoso (Keynote Speaker; Guru Besar Antropologi FISIP-UI) yang memaparkan tentang "Pangeran Diponegoro Pahlawan Nasional," Prof. Peter Ramsay Carey, Ph.D (FIB-UI) dengan paparannya bertajuk "Relevansi Pangeran Diponegoro dalam Wacana Masalah Kepemimpinan Nasional Indonesia Masa Kini," Dr. Tony Rudyansyah, M.A. (Departemen Antropologi FISIP-UI) yang menjelaskan tentang "Diponegoro, Fenomena Ratu Adil, dan Budaya Politik Indonesia: Perspektif Antropologi," Karsono H. Saputra, M.Hum (FIB-UI) yang membahas tentang "Pangeran Diponegoro sebagai Manusia Jawa," dan Dr. Bondan Kanumoyoso (FIB-UI) yang membicarakan tentang "Posisi Pangeran Diponegoro dalam Sejarah Nasional Indonesia." Hasil dari kuliah umum ini kemudian ditutup dengan pembacaan rumusan oleh Dra. Nursamsiah Asharini Moenandar-Rifqi, M.Si, (Universitas Bina Nusantara).
Link terkait:
http://fib.ui.ac.id/node/185
Website UI:
http://www.ui.ac.id
Kamerawan:
M. Rachmat Rawyani
Video Editor:
M.G. Windu Saskara
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=7RZcQrItmbU
Senin, 01 Agustus 2016
Memaknai Etnopedagogi sebagai Landasan Pendidikan Guru
Oleh Tatang Suratno
Indonesia University of Education at Serang Campus,
Dept. of Primary School Teacher Education
Dalam tulisan ini, penulis bermaksud menstimulasi dan memperkaya pembahasan
mengenai tema ‘Pendidikan guru untuk membangun karakter dan budaya bangsa’
melalui kajian kritis terhadap ide Etnopedagogi sebagai landasan pendidikan guru di
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Melalui pendekatan analisis wacana terhadap
dua literatur kunci (Alwasilah et al., 2009; Kartadinata, 2010) dan forum diskusi
Etnopedagogi, penulis mengidentifikasi perhatian, asumsi, konsepsi dan nuansa yang
melatarbelakangi ide Etnopedagogi di UPI. Selain itu, melalui perspektif sosiologi
pendidikan (Lingard, 2010), penulis mencoba memetakan posisi Etnopedagogi dalam
khasanah ilmu pendidikan serta menyediakan contoh implementasi Etnopedagogi dalam
konteks pendidikan guru di Jepang (Shimahara & Sakai, 1998). Berdasarkan hal itu,
penulis mengidentifikasi prinsip Etnopedagogi dalam pendidikan guru yang menekankan
pada bagaimana membangun relasi insani yang luhur antara pendidik dengan peserta
didik dalam mewariskan nilai-nilai budaya. Untuk memberikan gambaran bagaimana
prinsip Etnopedagogi dikembangkan, penulis membahasnya melalui analisis terhadap
kegiatan Lesson Study sebagai pendekatan pendidikan guru dalam jabatan yang kini
sedang berkembang di UPI (Suratno, 2009a; 2009b; Suratno & Cock, 2009). Melalui
pembahasan contoh tersebut diidentifikasi aspek-aspek substansial dari pendidikan guru
yang mencerminkan hakikat dari Etnopedagogi dan hakikat dari nilai budaya pendidikan
masyarakat Sunda, yaitu silih asah, silih asuh, silih asih. Aspek substansial tersebut
diperoleh melalui analisis terhadap proses berpikir dan refleksi guru terhadap interaksi
pedagogis di dalam kelas yang terekam selama kegiatan Lesson Study. Berdasarkan
keseluruhan analisis dan refleksi terhadap praktik pendidikan guru di Indonesia, penulis
mengajukan framework Etnopedagogi sebagai landasan pendidikan dan pengembangan
guru yang memiliki tujuan utama membangun karakter dan budaya bangsa.
Selengkapnya silahkan klik tautan berikut ini ...
Indonesia University of Education at Serang Campus,
Dept. of Primary School Teacher Education
Ilustrasi lepas untuk tulisan |
mengenai tema ‘Pendidikan guru untuk membangun karakter dan budaya bangsa’
melalui kajian kritis terhadap ide Etnopedagogi sebagai landasan pendidikan guru di
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Melalui pendekatan analisis wacana terhadap
dua literatur kunci (Alwasilah et al., 2009; Kartadinata, 2010) dan forum diskusi
Etnopedagogi, penulis mengidentifikasi perhatian, asumsi, konsepsi dan nuansa yang
melatarbelakangi ide Etnopedagogi di UPI. Selain itu, melalui perspektif sosiologi
pendidikan (Lingard, 2010), penulis mencoba memetakan posisi Etnopedagogi dalam
khasanah ilmu pendidikan serta menyediakan contoh implementasi Etnopedagogi dalam
konteks pendidikan guru di Jepang (Shimahara & Sakai, 1998). Berdasarkan hal itu,
penulis mengidentifikasi prinsip Etnopedagogi dalam pendidikan guru yang menekankan
pada bagaimana membangun relasi insani yang luhur antara pendidik dengan peserta
didik dalam mewariskan nilai-nilai budaya. Untuk memberikan gambaran bagaimana
prinsip Etnopedagogi dikembangkan, penulis membahasnya melalui analisis terhadap
kegiatan Lesson Study sebagai pendekatan pendidikan guru dalam jabatan yang kini
sedang berkembang di UPI (Suratno, 2009a; 2009b; Suratno & Cock, 2009). Melalui
pembahasan contoh tersebut diidentifikasi aspek-aspek substansial dari pendidikan guru
yang mencerminkan hakikat dari Etnopedagogi dan hakikat dari nilai budaya pendidikan
masyarakat Sunda, yaitu silih asah, silih asuh, silih asih. Aspek substansial tersebut
diperoleh melalui analisis terhadap proses berpikir dan refleksi guru terhadap interaksi
pedagogis di dalam kelas yang terekam selama kegiatan Lesson Study. Berdasarkan
keseluruhan analisis dan refleksi terhadap praktik pendidikan guru di Indonesia, penulis
mengajukan framework Etnopedagogi sebagai landasan pendidikan dan pengembangan
guru yang memiliki tujuan utama membangun karakter dan budaya bangsa.
Selengkapnya silahkan klik tautan berikut ini ...
Kritik Atas Proses Belajar
Oleh Prof. Dr. Ace Suryadi, M.Sc. Ph.D. (Guru Besar Ekonomi Pendidikan, UPI).
Disampaikan pada Seminar Internasional Pendidikan Luar Sekolah, yang diselenggarakan oleh Prodi PLS-SPS UPI, Bandung Tanggal 29 November 2010.
Pembangunan pendidikan yang ekspansif, belum menyentuh permasalahan keselarasan pendidikan secara terfokus. Keselarasan pendidikan sebagai salah satu kebijakan Mendiknas dalam prioritas tertinggi adalah sebuah keniscayaan. Kajian ini dilakukan oleh Tim gabungan Balitbang dengan Universitas Pendidikan Indonesia, melalui Pusat Kajian Pendidikan dan Pengembangan SDM yang dipimpin oleh Prof. Ace Suryadi, M.Sc. Ph.D. Tim ini bekerja 8 bulan melalui, pengumpulan data statistik, Kelompok Diskusi Terfokus (FGD) dengan para praktisi dari lima daerah, analisis data, serta diskusi dengan para ahli telah melahirkan konsep laporan lengkap dan naskah ini adalah ringkasan eksekutif dari laporan kajian tersebut.
Indonesia dewasa ini mengalami berbagai perubahan menuju industri yang dibarengi oleh berbagai transformasi jenis pekerjaan dan kualifikasi jabatan. Perubahan menuju industri ini mendorong perubahan dalam jenis dan tingkatan pengetahuan, kecakapan dan keahlian, yang dibutuhkan oleh sektor-sektor industri. Struktur jabatan dan pekerjaan turut mengalami perubahan dan hal ini ditentukan oleh kebijakan pemerintah dalam investasi, pendayagunaan teknologi tepat guna, sistem pengupahan, manajemen usaha, serta antisipasi fluktuasi pasar barang dan jasa baik nasional maupun global.
Proses industrialisasi menurunkan kesempatan kerja pada sektor pertanian dan perlahan-lahan berganti dengan kesempatan kerja di sektor manufaktur. Pada tahap berikut, industri berteknologi tinggi akan berkembang yang berakibat pada menurunnya lapangan kerja subsistensi. Selengkapnya klik tautan berikut ini ....
Disampaikan pada Seminar Internasional Pendidikan Luar Sekolah, yang diselenggarakan oleh Prodi PLS-SPS UPI, Bandung Tanggal 29 November 2010.
Pembangunan pendidikan yang ekspansif, belum menyentuh permasalahan keselarasan pendidikan secara terfokus. Keselarasan pendidikan sebagai salah satu kebijakan Mendiknas dalam prioritas tertinggi adalah sebuah keniscayaan. Kajian ini dilakukan oleh Tim gabungan Balitbang dengan Universitas Pendidikan Indonesia, melalui Pusat Kajian Pendidikan dan Pengembangan SDM yang dipimpin oleh Prof. Ace Suryadi, M.Sc. Ph.D. Tim ini bekerja 8 bulan melalui, pengumpulan data statistik, Kelompok Diskusi Terfokus (FGD) dengan para praktisi dari lima daerah, analisis data, serta diskusi dengan para ahli telah melahirkan konsep laporan lengkap dan naskah ini adalah ringkasan eksekutif dari laporan kajian tersebut.
Indonesia dewasa ini mengalami berbagai perubahan menuju industri yang dibarengi oleh berbagai transformasi jenis pekerjaan dan kualifikasi jabatan. Perubahan menuju industri ini mendorong perubahan dalam jenis dan tingkatan pengetahuan, kecakapan dan keahlian, yang dibutuhkan oleh sektor-sektor industri. Struktur jabatan dan pekerjaan turut mengalami perubahan dan hal ini ditentukan oleh kebijakan pemerintah dalam investasi, pendayagunaan teknologi tepat guna, sistem pengupahan, manajemen usaha, serta antisipasi fluktuasi pasar barang dan jasa baik nasional maupun global.
Proses industrialisasi menurunkan kesempatan kerja pada sektor pertanian dan perlahan-lahan berganti dengan kesempatan kerja di sektor manufaktur. Pada tahap berikut, industri berteknologi tinggi akan berkembang yang berakibat pada menurunnya lapangan kerja subsistensi. Selengkapnya klik tautan berikut ini ....
Makalah Ethnopedagogy
oleh Prof. Dr. Der. Soz Gumilar Rusliwa Somantri, Rektor Universitas Indonesia.
Disampaikan pada Seminar Etnopedagogik dan Pengembangan Budaya Sunda yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Budaya Sunda Sekolah Pascasarjana UPI tanggal 23 September 2010.
Percakapan mengenai jati diri bangsa menyembunyikan asumsi mengenai kesejatian yang bercokol pada fundamen sebuah bangsa. Bangsa dipersepsi sebagai entitas yang memiliki hakekat yang dengannya dia dibedakan dengan bangsa lain. Jati diri bangsa adalah sesuatu yang membuat kita lekas mengenali kebangsaan seseorang dari tutur kata, perilaku dan pandangannya. Jati diri, singkatnya, adalah semacam moralitas publik yang menjadi pegangan kehidupan orang per orang dalam sebuah bangsa.
Jati diri, bukan sesuatu yang genetik dalam sebuah bangsa. Dia hadir dalam sejarah. Dan sejarah pun bukan sesuatu yang singular. Bangsa Indonesia, misalnya, terdiri dari berbagai suku bangsa dengan kesejarahannya masingmasing. Kesejarahan tersebut membentuk jati diri primordial yang berbeda satu dengan lainnya. Persoalan mengenai jati diri bangsa menyentuh sebuah perkara yang sangat fundamental: bagaimana keragaman sejarah dan tradisi dan konsekuensinya yaitu jati diri dapat membentuk kebangsaan yang utuh dan mengecualikan?
Selengkapnya klik tautan berikut ini ....
2. Sekolah Sebagai Pusat Kesenian
Oleh Ganjar Kurnia (Pencinta Kesenian).
Disampaikan pada Seminar Etnopedagogik dan Pengembangan Budaya Sunda yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Budaya Sunda Sekolah Pascasarjana UPI tanggal 23 September 2010
Konon kabarnya, Jawa Barat pernah memiliki kurang lebih 300 jenis kesenian, dengan kondisi sekarang: 200 an telah wafat, 50 an dalam kondisi sekarat akhir, 30 an sekarat awal, 10 dalam kondisi “ngos-ngosan” dan sekitar 10 lagi yang masih “hidup”. Apakah kondisi ini perlu ditangisi? Terserah. Hanya saja kalau mau sedikit gaya-gayaan, banyak orang yang mengatakan (terutama kalau pejabat berpidato) : “kesenian adalah kekayaan budaya yang bisa menjadi salah satu ciri dari suatu bangsa atau suku bangsa”. Secara retoris banyak pihak yang berteriak bahwa kesenian harus dilestarikan dan dikembangkan. Agar seperti lebih serius, sampai-sampai dibuatlah Perda; namun setelah Perda dibuat, apakah kemudian serius pula dilaksanakan, tanyakan saja kepada rumput yang bergoyang.
Sebagai anak kandung masyarakat, idealnya masyarakatlah yang bertanggung jawab terhadap hidup dan berkembangnya kesenian ini. Tapi apakah masyarakat bisa diharapkan? Ada juga. Terutama kalau kesenian tersebut terkait dengan kehidupan keseharian masyarakat. Sebagai contoh, selama anak-anak di Sumedang dan Subang masih disunat, kuda renggong dan gotong singa masih tetap lestari. Tapi “tatanggapan” lainnya yang tidak terkait langsung dengan simbol sunatan itu sendiri, sama saja banyak yang tidak bisa manggung lagi.
Selengkapnya klik tautan berikut ini ...
Mari Belajar Toleran dan Saling Berbagi
Direktur Yayasan Bina Dhuafa Indonesia, Ahmad Harnoto sedang memberi santunan (Doc. Ryan Azza, 2016) |
Yayasan Bina Dhuafa Indonesia mengadakan kegiatan sosial bertemakan kebudayaan. Kegiatan ini dilangsungkan pada hari Kamis (30/06/2016), pukul 15.00 wib hingga selesai.
Kegiatan yang ini diselenggarakan Pamotan, tepatnya di di Palan Wetan, Rt.02/Rw.01, Pamotan, Rembang. Kegiatan ini meliputi beberapa acara diantaranya; Hataman Al-Quran bersama Anak Yatim dan Dhuafa, Santunan Pendidikan, dan Pentas Seni Suluk Jawa.
Kegiatan sosial ini berangkat dari gagasan dimana saat ini rentan terjadi ancaman kekerasan terhadap anak berkedok agama dan budaya. Kekerasan berkedok agama dapat dilihat munculnya beragam tindakan intoleran yang mengatas namakan agama. Begitupun dengan kekerasan berkedok kebudayaan. Beragam tindakan kebudayaan acap kali digunakan untuk mendorong rusaknya moral.
Untuk itu, sudah saatnya dibudayakan ragam kegiatan sosial yang mendekatkan perilaku umat manusia di muka bumi ini dengan toleran. Perlu juga selalu digulirkan pentas budaya yang mampu mendorong terbentuknya moral yang mapan.
Hataman Qur'an bersama anak yatim piati sedang berlangsung (Doc. Ryan Azza, 2016) |
Hataman Al-Quran bersama anak-anak yatim dan dhuafa yang dibarengi dengan santunan pendidikan, merupakan ekspresi dalam rangka mengingatkan kita bahwa nilai-nilai agama Islam adalah penuh dengan empati dan kasih sayang. Dengan mendekatkan anak-anak pada sumber pandangan hidup yang suci ini, anak-anak tidak lagi goyah dan bimbang dengan nilai-nilai suci apa yang perlu didalami dan diteladani. Begitupun dengan berbagi, adalah inti dari ajaran suci dari kitab suci. Dengan demikian kegiatan Hataman Al-Quran yang disertai Santunan Pendidikan adalah satu paket kegiatan sosial untuk menjadi pengingat bahwa umat manusia harus berlaku toleran serta saling berbagi kasih dalam hidup di dunia ini.
Suasana saat digelar kegiatan (Doc, Ryan Azza, 2016) |
Selanjutnya, pentas seni suluk jawa merupakan ekspresi dari kegelisahan kami untuk selalu berharap bahwa seni dan budaya harus mampu menjadi lapisan benteng untuk menjadi moral. Pentas seni suluk jawa dengan menghadirkan budayawan dan lantunan syair-syair yang penuh nasehat hidup ini, diharapkan mampu mengingkatkan kita bersama, bahwa seni dan budaya merupakan alat untuk menjaga kemuliaan umat manusia, bukan sebaliknya, malah meluluhlantakkan moral kita. Berangkat dari realitas sosial di atas, Kami akan menggelar acara tersebut. Rangkaian kegiatan ini juga dilengkapi dengan Buka Puasa Bersama, Sholat Terawih, dan Diskusi Malam dengan tematik kerohanian.
Langganan:
Postingan (Atom)