Selasa, 31 Januari 2017

Kunjungan ke Vihara

Ajaran Humanitas agama Buddha (Sumber: Koleksi pribadi Penulis)

"Kita semua sangat kagum dengan adanya vihara tersebut,
 dan membuat kita sadar bahwa walaupun kita berbeda-beda tetapi tetep satu jua." 


Pada hari rabu tanggal 25 januari 2017 kami siswa siswi SMA Negeri 1 Pamotan, serta guru pembimbing kita mengadakan kunjungan lapangan ke Vihara Ratanavana Arama yang ada di Desa Sendangcoyo,kecamatan lasem,kabupaten Rembang Jawa Tengah. Vihara Ratanavana Arama didirikan oleh Bhante Sudhammo dan luasnya 13,5  hektar. Kami berangkat pada jam 08.30 menaiki bis mini, kami melihat pemandangan yang indah dan segar, jalan yang kita tempuh sangatlah berkelok-kelok penduduknnya sangat ramah.

Di Vihara Ratanavana Arama memiliki situs-situs di dalamnya yaitu sebagai berikut.  Situs pertama yaitu taman asri tempat dimana sidharta gautama dilahirkan oleh ibunya yang bernama Ratu Mahamaya, terdapat juga patung gajah putih,ular naga raksasa sepanjang 25 meter dan 7 bunga teratai.

Situs kedua yaitu patung Sidharta Gautama setinggi 3 meter yang sedang duduk bersemedi dibawah pohon beringin,ia tidak makan dan minum karena itulah badannya kurus kering dengan kedua tangannya diletakan di depan perut.

Situs ketiga yaitu patung Sidharta Gautama berdiri di atas bunga teratai dengan tangan kanan diangkat setinggi dada,dengan telapak tangan menghadap ke depan yang menggambarkan 7 langkah mencapai kesempurnaan hidup yaitu: Sati(perhatian), Dhamma(penyelidikan), Viriya(semangat), Piti(kegiuran), Pasadi(ketenangan),Samadhi(pemusatan pikiran), Upekkha(kesimbangan batin).

Situs keempat yaitu patung Sidharta Gautama duduk bersila di atas bunga teratai sedang menyampaikan ajarannya kepada lima muridnya terdapat pula pating rusa yang menggambarkan Sidharta Gautama telah menjadi Budha Gautama.

Situs kelima yaitu patung Budha Tidur sepanjang 14 meter dan sebenarnya patung tersebut bukan menandakan sedang tidur tpi sedang bersemedi dengan posisi tidur Sidharta Gautama wafat pada umur 80 tahun dan pesan terakhirnya yaitu Uppadawa Sampa Deta yang berarti hidup adalah kekuatan.

Terdapat juga situs lainnya yaitu Miniatur Candi Borobudur yang bernama Candi Sudhammo Mahathera. Kegiatan di Vihara yaitu beribadah dan tempat berkumpulnya biksu-biksu pada hari tertentu. Pandangan hidup masyarakat kepada vihara itu baik-baik, dan saling toleransi walaupun hidup berdampingan dengan agama yang berbeda.

Bahwa kita mengetahui walaupun kita berdampingan hidup dengan agama yang berbeda kita harus saling menghormati satu sama lain dan toleransi.
Bahwa seharusnya vihara di jaga lebih baik dan di bersihkan secara rutin.

Kita semua sangat kagum dengan adanya vihara tersebut dan membuat kita sadar bahwa walaupun kita berbeda-beda tetapi tetep satu jua.


Penulis: Arina nur khikmawati, 
Devi kumalasari, 
dan Tutik widya sari 
(siswa SMA Negeri 1 Pamotan Jurusan IPS kelas XI IPS 3.

Kunjungan Lapangan Vihara Ratanavana Arama


Pada hari Rabu tanggal 25 Januari 2017, kami siswa siswi SMA N 1 Pamotan mengadakan kunjungan lapangan ke Vihara Ratanavana Arama. Dan kami akan berbagi sedikit pengalaman kami tentang Vihara Ratanavana Arama. Kalau tertarik jangan lupa mampir yak..


Letak Administratif Vihara yaitu :
Batas utara : desa Ngargomulyo, Selopura dan Gowak
Batas selatan : kecamatan Pancur
Batas timur : kecamatan Pancur
Batas barat : kecamatan Pancur


Latar belakang Vihara Ratanavana Arama


Vihara Ratanavana Arama di dirikan oleh bhante sudammo di lahan seluas 13,5  hektar, di desa sendangcoyo,kecamatanlasem ,kabupaten rembang.di desa ngasinan ,warugunung. Tak jauh dari sendangcoyo, terdapat makam brotocanti, salah satu keturunan putrid campa.konon, patih gajah mada pernah bersemedi di tempat itu.vihara ratanavana arama sangat menarik karena di vihara ini terdapat rangkeianpatung sang budha (sidharta Gautama), mulai dari saat kelahiran sampaimenjadi budha hingga wafat,yang terbagi menjadilima situs patung untuk melihat berbagai bentuk patung sidhartha Gautama ,dari halaman utama vihara, kita harus mendaki sejumlah anak tangga karena patung –patung tersebut di bangun di ats tanah yang konturnya miring.


Situs pertama


Setelah mendaki beberapa anak tangga, kita akan menjumpai Patung budha panca wekana  (patung selamat datang) kemudian kita dapat melihat sebuah taman yang sangat asri yang dinamakan dengan Taman Lumbuni sebelum memasuki taman ini kita dapat melihat patung garuda dimana Dewi Kwuanin menggunakan garuda sebagai tunggangannya. Setelah memasuki taman tersebut kita dapat melihat sejarah Patung Sidharta Gautama dilahirkan, saat itu Dewi Mahayana (ibunda Sidharta Gautama) bermimpi ketemu gajah membawa bunga teratai yang mengelilingi perut selama  3 kali,lalu mengalami kehamilan. Dan lahirlah Sidhartha Gautama, disampingnya kita dapat melihat seekor gajah putih yang melambangkan kekuatan, ada pula replika ular naga raksasa sepanjang 25 cm, dan tujuh bunga teratai. Semua patunng itu berwarna emas.


Situs ke dua


Sedikit naik dari situs pertama, kita tiba situs yang ke dua. Terdapatt patung Sidharta Gautama sedang bersemedi dibawah pohon beringin. Patung tersebut menunjukkan badan Sidharta yg sangat kurus diakibatkan karena pertapaan ekstrim yaitu bersemedi selama 6 tahun di bawah pohon Bodhi. Ia melakukan semedi ini dikarenakan ia bermimpi 4 peristiwa orang sakit.


Situs ke tiga

Suasana Vihara Ratanavana Arama (Sumber. Penuli)


Pada situs yang ketiga kita dapat melihat patung Sidharta Gautama tengah berdiri diatas bunga teratai. Pada patung ini menggambarkan bahwa Sidharta Gautama telah menemukan 7 langkah mencapai kesempurnaan hidup yaitu sati (perhatian), dhamma (penyelidikan), viriya (semangat), piti (kegiuran), dan upekkha (keseimbangan batin) selain itu Sidharta juga mengenakan Winaya atau disebut juga sebagai “Jubbah”. Di samping patung tersebut terdapat tulisan yang merupakan bagian dari ajaran  Sidharta Gautama. Karena merasa gagal dalam pertapaannya selama 6 tahun. Kemudian ia memutuskan untuk mengembara. Dalam perjalanan ia bertemu dengan seorang pengembala kambing yang bernama Canda, merasa melihat sosok tuhan dalam diri Sidharta kemudian Canda  tunduk di hadapannya dan memberi semangkok susu kambing agar tubuh Sidharta kembali normal. Setelah itu Sidharta memberi sehelai rambut kepada Canda. Saat perjalanan Sidharta kehujanan dan datang ular berkepala 7 penjelmaan dewa Syiwa.


Situs keempat


Disitus selanjutnya kita dapat melihat replika Sidharta Gautama sedang menyampaikan ilmunya Dahma cakah pawatavasuta atau yang disebut juga “roda kehidupan” kepada kelima murid pertamanya yaitu Assaji,Mahanana,Kondannya,Badhia, dan Vappa di taman Rusa Isipatana, India.


Situs ke lima


Pada situs kelima ini merupakan situs akhir dari kehidupan sidharta Gautama yaitu kematian sidharta dengan posisi miring ke kanan dan tangan kanannya dilipat didepan wajahnya. Kematian Sidharta disebut juga sebagai “Parrinibana”. Tiga bulan sebelum meninggal ia sempat berpesan kepada murid kesayangannya yang bernama Biku Ananda, pesan tersebut adalah untuk mencari pohon sala kembar. Sidharta Gautama meninggal dipohon sala kembar pada usia 80 tahun.


Miniatur candi Borobudur


Candi ini dinamakan candi Sudhammo Mahathera, pada tahun 2007 di resmikan oleh pendiri STI. Meninggal di rumah sakit di Surabaya. Didalam bangunan ini terdapat makam Bhante Sudhamo, pendiri vihara. Di candi ini terdapat 49 buah stupa yang terdiri atas 3 lapisan : Lapisan pertama terdiri dari 24 stupa, lapisan kedua terdapat 16 stupa, lapisan ketiga terdiri dari 8 stupa, dan yang paling puncak terdapat stupa yang paling besar. Jika dilihat sepintas bangunan ini mirip dengan candi Borobudur.


Masih ada lagi beberapa peninggalan yang ada disana. Apakah kalian tertarik dengan Vihara Ratanavana Arama ?. Ingat ya, jika kalian mengunjungi  Vihara Ratanavana Arama, kalian harus berhati-hati karena jalanan menuju Vihara ini sangat terjal dan rawan longsor terutama saat musim penghujan. Jaga sikap dan perkataan saat mengunjungi Vihara serta taatilah semua peratuaran yang ada di Vihara agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan


Selamat Berkunjung Kawan.






Penulis: Nabilla nur fauziah, Aning swarnaningsih, Alfi fauzyah, dan Desi eka wulandari (SMA Negeri 1 Pamotan, kelas XI IPS 3).

Kembalikan Ruang Kelasku

Ilustrasi Ruang Kelas (sumber: kompas.com)
Ruang kelas sekolah hari ini tak ubahnya menjadi ruang ekspo elektronik. Ruang kelas semakin berjubel dengan peralatan kursi, bangku, AC, LCD, speker aktif, dan komputer. Kabel dan kabel berserak entah kemana. Ruangan semakin jauh menutup diri. Ruang kelas mereka adalah sejauh mata memandang.

Alih-laih dunia ada di gengaman, hadirnya smartphone semakin menutup diri. Masuk pagi, pulang menjelang sore, mereka para murid, tak ubahnya seperti domba-domba. Dan ironisnya, mereka digembala oleh penggembala yang sibuk dengan domba-domba semu lainnya. Jauh dan semakin jauh dari kehidupan yang nyata.    

Walaupun tidak semuanya, itulah sedikit kritik atas gambaran dinamika ruang kelas yang ada di sekolah saat ini. Semua diatur sedemikian rupa dengan kendali struktur yang ada. Siswa tak lagi mampu menembus temboknya. Apalagi menembus tembok, mengintip tembok sekolah saja tidak bisa.  Bukankah para siswa nantinya juga menjadi anggota masyarakat? Bukankah para siswa inilah yang nantinya kita harapkan menjadi para pengabdi sosial dan pemulia kemanusiaan? Mengapa mereka cenderung dijauh tutupkan pada kehidupan nyata? Terlebih skenario sekolah yang demikian sangat butuh dana yang tidak murahan?    

Lihat saja bagaimana perubahan yang cukup deras terhadap ruang kelas kita. Saat saya sekolah, jendela-jendela sekolah cukup lebar dan tinggi. Seandainya ada goncangan gempa saat itu, semua manusia yang ada di kelas tidak lagi berdesak berebut pintu untuk keluar kelas. Namun sekarang berbeda, jendela kelas jauh di atas kepala. Itupun ditutup jeruji besi dan panel plastik. Semua sepakat alasannya adalah agar pencuri tidak bisa mengambil barang-barang elektronik di dalam kelas.    

Sepoi angin nan lembut, dan hamparan taman sekolah tak lagi dijangkau oleh sejauh mata memandang. Memang berhawa dingin saat PLN tidak collaps, tetapi di saat listrik mati suri, semua berubah. Ruang kelas seakan pabrik baja. Panas, panas, dan panas. Sungguh ironis, pembelajaran desain ruang kelas masa lalu, hanyut seiring kebijakan anggaran yang memihak tekonologi, namun jauh dari sentuhan alam sosial yang humanis nan asri.    

Pun dengan model pembelajaran saat ini. Tampak guru gagah dengan keilmuan tinggi. Namun usut punya usut, semua yang dihadirkan di dalam kelas, hanya hasil download dan copy paste karya teman sana dan sini. Materi yang dihamparkan tak ubahnya riak gelombang yang menyapu bersih semua potensi alam pantai dan muara sungai nan elok ini.  Bukankah hari ini adalah hari esok murid-murid nanti? Tetapi mengapa kebijakan 24 hanya untuk mengajar guru? Mengapa 24 jam bukan untuk belajar guru? Sudah saatnya, penguasa ruang dan waktu di kelas adalah para pemulia budi pakerti nan agung dan harmoni.    

Bukalah ruang kelas dengan lebar. Jangan berikan sekat antara ruang kelas dengan realitas. Satukan keduanya dalam skenario pembelajaran dan kehidupan yang menarik. Dan semuanya harus tunduk pada pemuliaan masa depan negeri. Mereka bukanlah domba-domba yang harus lari tunggang langgang ketika sang predator datang. Siswa harus gagah berani mangarungi sejauh asa menembus, meraih mimpi untuk memuliakan negeri.     Memang ruang kelas tidak bisa dihilangkan. Ruang kelas harus tetap ada. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah desain kelas nan ramah, kelas nyata, bukan ruang kelas yang hanya menjadi ruang ekspo elektronik produk-produk impor luar negeri. Jangan jadikan ruang kelas hanya menjadi objek untuk pintu masuk kepentingan kantong-kantong pribadi. Desain ruang kelas sudah saatnya dikembalikan pada sang pemilik negeri. Guru, siswa, alam, udara, air, tanah, dan cahaya, harus menyatu.    

Siswa dan guru harus sama-sama belajar. Ruang kelas yang sebenarnya adalah kenyataan yang ada. Jadikan ruang kelasnya menjadi alam semesta. Jadikan ruang kelasnya, menjadi udara sejuk nan asri. Jadikan ruang kelasnya menjadi air mengalir yang menghidupkan. Jadikan ruang kelasnya menjadi tanah yang subur, dan jadikan ruang kelasnya, menjadi cahaya penerang. Bukan sebaliknya, ruang kelasnya semakin jauh dari kenyataan yang ada. Belajar adalah menembus ciptakaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Menjadi manusia yang taat, peduli, dan semakin peka terhadap masalah alam sosialnya.    

Guru dan siswa adalah pengembara dan pengelana ilmu. Mereka harusnya bebas kemana saja. Mereka harus tahu tentang asal muasal kehidupan. Dan mereka juga harus tahu, kemana saja kehidupan ini berpulang.  

Ruang kelas mereka adalah sejauh mata memandang. Ruang kelas mereka adalah sedalam batin mendengar. Dan ruang kelas mereka adalah keingin-tahuan mereka terhadap memuliakan keberagaman. Bukalah tempok ruang kelasku ini. Aku sudah muak atas semua yang ditutup-tutupi. Kembalikan Ruang Kelas Sekolahku, Wahai Para Penguasa Negeri...!


ket: tulisan ini pernah dimuat dalam kompasiana.com

Kritik terhadap Masyarakat Multikultural dalam Kisi-kisi Ujian Nasional

Sumber: Foto koleksi Kompas.com


Tulisan ini, Penulis suguhkan kepada para guru sosiologi SMA dan MA dan pemerhati soal ujian nasional. Tulisan ini berangkat dari keprihatinan Penulis terhadap substansi Kisi-Kisi Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah, tepatnya pada mata pelajaran Sosiologi tahun pelajaran 2016/2017 yang baru-baru ini tersebar luas melalui internet dan media sosial.

Ada dua hal yang perlu dicermati pada kisi-kisi ujian nasional di atas. Pertama, Pemerintah melalui BSNP  (Badan Standar Nasional Pendidikan)  telah menyandingkan materi masyarakat multikultural dengan perubahan sosial. Kedua, kandungan substansi materi yang diujikan. Sehubungan dengan dua hal di atas, berikut ini ulasannya.

Pertama, sebatas keyakinan Penulis, materi masyarakat multikultural itu berbeda dengan perubahan sosial. Materi masyarakat multikultural pada dasarnya adalah memposisikan masyarakat Indonesia yang beragam ini menjadi mulia, terhormat, dan sederajat dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apapun suku bangsanya, negara memiliki kewajiban dalam menjaga keberadaan identitas sosialnya. Identitas sosial itu adalah sistem religi, bahasa, tata busana, tari-tarian, lagu, tradisi, sistem teknologi, pola asuh, kesenian, kuliner, sistem medis, dan ragam identitas sosial suku bangsa yang ada.

Berangkat dari itulah, melalui Pemerintah, Negara berkewajiban mengenalkan kepada generasi penerus bangsa, yaitu pelajar. Tentu, semua identitas sosial suku bangsa ini diharapkan bermanfaat untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam tradisi sosiologi, pendekatan yang lazim digunakan dalam materi masyarakat multikultur adalah pendekatan interaksionisme simbolik, yaitu pendekatan yang menekankan bahwa setiap interaksi sosial yang terbangun pada masyarakat yang beragam itu, memiliki makna dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hal inilah yang kemudian diharapkan munculnya sikap generasi muda yang arif dan bijaksana dalam berinteraksi dengan masyarakat yang multikultural di Indonesia. Sikap toleran dan saling memberi maaf adalah turunan dari sikap kearifan dan kebijaksanaan nantinya. Dari sisi pesan yang diharapkan, materi masyarakat multikultural yang dimasukkan dalam kurikulum, sungguh mulia.

Sedangkan materi perubahan sosial, sebatas keyakinan Penulis, merupakan materi yang menekankan bahwa semua elemen-elemen sosial yang ada, pasti terjadi reposisi fungsi yang kemudian berubah nantinya. Hal ini terjadi, karena elemen-elemen sosial yang ada pada identitas sosial tidak lagi berguna dalam membangun bangsa dan negara Indonesia. Dalam tardisi sosiologi, pendekatan yang lazim digunakan pada materi perubahan sosial adalah pendekatan fungsionalisme struktural. Konsekwesni dari hal di atas kemudian adalah membangun konstruksi sosial bahwa identitas sosial pada masyarakat multikultural adalah lazim berubah, lazim diubah, dan jika perlu pantas dihilangkan.

Berdasarkan karakteristik materi masyarakat multikultural dengan materi perubahan sosial, jelas bertolak belakang. Di satu sisi menekankan bahwa identitas sosial pada masyarakat multikultural harus di jaga dan dilestarikan, namun disisi lain identitas sosial pada masyarakat multikultural adalah lazim dibinasakan.

Berangkat dari ulasan di atas, Penulis hawatir, BSNP secara tidak sadar telah mengkonstruksi cara berfikir generasi muda, melalui Kisi-Kisi Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah, untuk tidak lagi cinta dengan kajian-kajian keberagaman. Entah disengaja atau tidak, pemerintah cenderung merestui bahwa sistem religi, bahasa, tata busana, tari-tarian, lagu, tradisi, sistem teknologi, pola asuh, kesenian, kuliner, sistem kesehatan, dan ragam identitas sosial suku bangsa yang ada, nantinya hilang adalah sebuah keniscahyaan. Jika demikian, jelas ini proses ujian nasional yang cenderung merugikan semangat persatuan dan kesatuan.

Mumpung masih ada waktu, Kisi-Kisi Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah mata pelajaran sosiologi, mendesak dikaji ulang. Tentu atas dasar menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap utuh. Dan juga langkah memisahkah kedua materi di atas harus segera dilakukan. Namun jika BSNP memiliki alasan lain yang bertolak belakang dari kehawatiran di atas, BSNP harus segera menjelaskan.

Kedua, perihal kandungan substansi materi yang diujikan. Hal yang perlu diperhatikan, Pemerintah (BSNP) harusnya lebih cerdas dalam menyusun indikator ketercapaian kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam proses belajar. Standar ketercapaian belajar sudah saatnya berangkat dari rencana besar terhadap peranan apa yang perlu dilakukan setiap generasi penerus nanti dalam mewujudkan kesejahteraan sosial yang adil bagi seluruh masyarakat Indonesia. Berkenaan materi masyarakat multikultur (tanpa dipaksa bersandingan dengan materi perubahan sosial), maka jelas peranan generasi penerus tidak lepas dari tindakan cinta tanah air, tindakan selalu hidup berdampingan, dan tindakan kreatif untuk tetap menjaga rasa cinta tanah air dan rasa ingin selalu hidup berdampingan.

Jika pemerintah serius mengharapkan tiga peranan di atas, maka instrumen yang perlu dihadirkan dalam kisi-kisi Ujian Nasional pada mata pelajaran sosiologi, tepatnya pada materi masyarakat multikultural adalah memunculkan soal-soal berbasis peranan status sosial yang diharapkan. Soal-soal ujian nasional sudah saatnya fokus pada rekayasan sosial, bukan soal-soal ujian nasional yang penuh dengan kepura-puraan. Jika pemerintah berani melangkah demikian, Penulis yakin kehormatan nilai dari ujian nasional akan terhormat di kemudian, bukan sebaliknya, diremehkan, ditentang, dan tidak digunakan.

Jika pemerintah membutuhkan bukti nyata kompetensi generasi muda dalam bentuk keterampilan, maka soal-soal ujian nasional cukup diperbesar porsinya dengan menguji ranah aplikasi. Adapun urusan perihal pengujian pengetahuan dan pemahaman serta penalaran adalah urusan guru. Bukankah lingkup materi aplikasi merupakan tindak lanjut dari lingkup pengetahuan dan pemahaman serta penalaran?

Pertanyaannya kemudian adalah kepada siapa kebermanfaatan materi masyarakat multikultural ini disasarkan? Lantas hal apa saja yang perlu ditajamkan dalam struktur soal ujian nasional tepatnya pada materi masyarakat multikultural? Pertanyaan pertama, mengarah pada peranan yang perlu dilakukan setiap pemangku status sosial yang ada di dalam masyarakat. Pertanyaan kedua mengarah pada ruang lingkup aplikasi yang ujikan.

Sebatas keyakinan Penulis, status sosial yang perlu diperhitungkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di kemudian hari diantaranya; Agamawan, Ekonom, Pegiat Pariwisata, Pekerja Sosial, Pegiat Kesehatan, Pelaut, Polisi dan Tentara, Insinyur, Pegiat Kuliner, Arsitektur, Perancang Busana, Pegiat Kosmetik, dan Artis. Semua warga negara yang memiliki status sosial di atas, mau tidak mau harus memiliki pemahaman yang komprehensif tentang substansi materi masyarakat multikultural melalui proses belajar.

Lantas bagaimana untuk contoh kasus soal Agamawan yang mencerminkan kehidupan masyarakat multikultural? Begitupun dengan Ekonom, Perawat, Pelaut, hingga Pegiat Kuliner? Contoh kasus soal Agamawan yang mencerminkan kehidupan masyarakat multikultural, dapat ditekankan pada perilaku yang menitik beratkan pada ajaran yang menenangkan, ajaran agama yang memanusiakan, model kesalehan sosial, hingga ajaran maaf dan berbagi.

Contoh kasus soal Ekonom yang mencerminkan kehidupan masyarakat multikultural, dapat ditekankan pada perilaku yang menitik beratkan pada model pensejahteraan yang beragam, pandangan mayarakat terhadap tanah, air, udara, laut, pohon, tanaman, bibit, ternak, dan lain-lain, strategi masyarakat saat mencabut diri dari kubangan kemiskian, strategi masyarakat dalam melawan penjajah ekonomi di era kekinian, hingga mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan sosial.

Selanjutnya contoh kasus soal Pegiat Kesehatan yang mencerminkan kehidupan masyarakat multikultural, dapat ditekankan pada perilaku yang menitik beratkan pada orang-orang yang berumur panjang, perilaku masyarakat dalam mendeteksi penyakit, perilaku masyarakat dalam meracik obat, hingga tradisi dalam mengobati penyakit.

Kemudian contoh kasus soal Pelaut yang mencerminkan kehidupan masyarakat multikultural, dapat ditekankan pada perilaku yang menitik beratkan pada cara pandang masyarakat terhadap laut yang menyatukan, kearifan lokal masyarakat dalam menciptakan transportasi laut, kearifan lokal masyarakat dalam menciptakan alat penangkap ikan, kandungan gizi biota laut, keindahan panorama laut, hingga sumber daya mineral di lepas pantai.  Dan juga contoh kasus soal Pegiat Kuliner yang mencerminkan kehidupan masyarakat multikultural, dapat ditekankan pada perilaku yang menitik beratkan pada kuliner khas, rempah-rempah, cara meracik rempah, tradisi dan menu kulinernya, hingga kuliner yang merukunkan.

Namun untuk mencapai hal di atas, hambatan utama adalah minimnya ketersediaan materi masyarakat multikultural yang menyiapkan keragaman sumber belajar yang mencermintakan multikultural. Sebatas yang Penulis ketahui, masih terjadi kelangkaan sumber belajar yang memuat tentang keragaman status sosial dan ekspresi perilaku yang mencerminkan masyarakat multikultural. Sumber belajar materi masyarakat multikultural cukuplah luas, namun sumber belajar itu dipersempit oleh buku ajar.

Langkah berani yang perlu dilakukan Pemerintah melalui BSNP adalah memunculkan soal-soal ujian nasional yang aplikatif, yang hadap masalah, dan memang benar-benar menjadi instrumen dalam mengukur kekuatan identitas sosial yang beragam dan berke-Indonesiaan. Dengan demikian, diharapkan generasi penerus bangsa ini akan selalu cinta pada tanah airnya, ingin selalu hidup berdampingan, dan bertindak kreatif dalam menjaga rasa cinta tanah air dan rasa ingin selalu hidup berdampingan antar sesama.

ket: tulisan ini pernah termuat dalam kompasiana.

Kunjungan Lapangan dan Landasan Semangatnya

Foto. Pembelajaran dengan model Kunjungan Lapangan (Sumber. Koleksi Pribadi)

Tulisan ini disemangati dari curhatan teman-teman  guru yang kurang semangat mengajar karena tidak memiliki fasilitas kelas yang lengkap. Entah keyakinan apa yang telah menghantui mereka, karena mereka meyakini, fasilitas ruang kelas yang tidak lengkap dengan perabot elektronik, tidak bakalan mencetak siswa yang berprestasi. Bagi Penulis, keyakinan tersebut adalah preseden buruk yang menghantui lompatan hasil belajar sekolah yang minim fasilitas. Berangkat dari hal di atas, tulisan ini muncul.

Ada dua hal yang menjadi fokus dalam tulisan ini. Pertama, hal-hal yang mendorong terbentuknya konstruksi sosial bahwa sekolah yang berkualitas adalah sekolah yang berlimpah bergedung dan fasiltias kelas serta laboratorium yang mewah. Kedua, alternatif model pembelajaran bagi sekolah yang terbatas akan sarana dan prasarana.  Bagian pertama, mengulas tentang politik akreditasi dan guru yang malas. Bagian kedua, mengulas tentang model kunjungan lapangan sebagai alternatif untuk mendorong sekolah-sekolah yang terbatas fasilitas ruang kelas dan media pembelajarannya, dapat memberi layanan pendidikan yang terbaik bagi masyarakat nantinya.

Politik Akreditasi

Adanya kecenderungan, komponen standar yang difokuskan untuk mendongkrak akreditasi sekolah adalah komponen yang bermuara pada standar sarana dan prasarana. Komponen standar ini biasanya didukung oleh komponen standar pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian. Adapun standar yang lain cenderung dinomor duakan. Hal inilah yang menjadi trending, mungkin saja terdapat relasi antara pihak sekolah dengan lembaga yang lain, yang cenderung mengutamakan proyek-proyek hibah berbasis pengadaan gedung dan alat. Dari sinilah, perlombaan membangun gedung dan pengadaan alat yang tidak setara menjadi tren kebijakan sekolah untuk meraih angka akreditasi sempurna.

Pola hubungan antara politik akreditasi dengan sekolah saat ini, cenderung tidak mendukung sekolah yang mash bersahaja, tidak akan maju dalam layanan pendidikan untuk masyarakat. Lebih tragis lagi ketika pemerintah lebih memihak kepada sekolah-sekolah yang dipandang lebih maju, lebih banyak diberikan dana hibah dengan banyak menggelontorkan dana untuk pembangunan sekolah. Jika demikian, maka jelas terjadi ketidakadilan sosial dalam mendapatkan layanan pendidikan. Politik akreditasi harus segera di ubah.

Guru yang malas

Walaupun demikian rendahnya layanan pendidikan tidak semata-mata karena politik akreditasi saja. Hal yang perlu diperhatikan adalah keberadaan guru yang malas. Guru malas yang dimaksud adalah guru yang hanya bergantung pada kehadiran fasilitas sekolah mewah. Jika sebuah sekolah yang terbatas dengan buku belajar, laboratorium sekolah, dan kelangkaan alat-alat media pembelajaran, maka ketika sekolah memiliki guru malas, jelas layanan pendidikan yang diberikan kepada siswa sangatlah menghawatirkan. Guru malas acapkali beralasan, rendahnya lompatan prestasi belajar siswa, karena sekolah yang bersangkutan minim fasilitas. Jika demikian, lagi-lagi sekolah minim fasilitas, tidak lebih maju dalam layanan pendidikan untuk masyarakat.

Kunjungan Lapangan

Lantas bagaimana strategi sekolah yang memiliki keterbatasan fasilitas pembelajaran? Menurut Penulis ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, jangan prioritaskan sumber dana sekolah untuk membangun gedung dan perabot pembelajaran sekolah. Sekolah janganlah mengikuti permaian sekolah mewah. Jangan bangun gedung, jangan belanja ac, jangan adakan gebyar kegiatan yang mewah. Fokuskan dana yang ada untuk kegiatan belajar yang berkualitas dengan mendatangkan guru tamu dan mengunjungi sumber belajar di luar ruang kelas.

Ingat, sekolah yang mewah jelas berkonsekwensi terhadap tingginya tagihan beban perawatan gedung dan perlengkapannya. Jika tagihan beban semakin tinggi, maka negara harus mensubsidi tinggi. Dan lagi-lagi, orang tua harus membayar sumbangan tinggi. Jika demikian maka sekolah mewah sebenarnya adalah sekolah yang kritis karena harus memikul beban yang tinggi diluar beban proses pembelajaran inti. Dimasa yang akan datang, sekolah mewah akan segera tutup sebelum gurunya pensiun mengajar.

Sekolah yang sederhana sudah saatnya mengembangkan formula tentang bagaimana menggunakan anggaran sekolah yang terbatas, namun memberi layanan pendidikan di atas ambang batas. Mendatangkan guru tamu yang ahli di bidangnya, dan mengunjungi sumber belajar di luar ruang kelas yang ada, adalah tantangan bersama.

Sekolah mewah dan sekolah yang bersahaja, memiliki kesempatan yang sama. Bahkan sekolah yang bersahaja, akan mendapatkan empati para ahli untuk datang mengabdi di sekolah tersebut. Tentu guru tamu juga lebih menaruh empati, karena kebersahajaan sekolah tersebut. Bukan semata-mata bayaran tinggi, tetapi empati terhadap kebersahajaannya yang sangat berarti.

Selain fokus penggunaan dana untuk guru tamu, dana sekolah harus difokuskan untuk proses mengunjungi sumber belajar di luar ruang kelas yang ada. Strategi mengunjungi sumber belajar adalah strategi sepadan, baik untuk sekolah mewah dan sekolah yang bersahaja. Guru dan siswa harus keluar dari ruang kelas. Datangi sumber belajar terdekat yang kiranya siswa mampu mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar yang distandarkan. Contoh hal, mata pelajaran Sosiologi kelas XI tepatnya materi tentang masyarakat multikultural yang kompetensi dasarnya adalah “Memahami penerapan prinsip-prinsip kesetaraan dalam menyikapi keberagaman untuk menciptakan kehidupan harmonis dalam masyarakat”, guru dan siswa dapat mengunjungi tempat suci Vihara, tempat suci Masjid, tempat suci Gereja, tempat suci Klenteng, dan tempat suci yang lainnya. Dengan menerapkan pembelajaran dengan model kunjungan lapangan ini, jelas akan terjadi kompetisi yang sepadan antara sekolah mewah dan sekolah yang bersahaja. Dengan demikian, maka sekolah-sekolah yang bersahaja akan mampu meberikan layanan pendidikan yang memuaskan hingga mencapai lompatan kualitas pembelajaran yang membanggakan.

Semoga tulisan ini memberi semangat kepada teman-teman guru yang sekolahnya sangat terbatas akan keberadaan gedung dan ragam media pembelajannya. Model pembelajaran kunjungan lapangan ini adalah salah satu alternatif untuk penguatan bahwa siapapun gurunya, dimanapun mengajarnya, guru harus kreatif dalam mensikapi keadaan dan kenyataan. Murid dan orang tua pasti akan selalu mendukung program-program pembelajaran sekolah yang kreatif. Dan sebaliknya, siswa dan orang tua lambat laun akan meninggalkan sekolah yang banyak beban biaya dan malas gurunya.

ket: tulisan ini juga pernah termuat di kompasiana.

Kunjungan Lapangan dan Video Pendek Diminati Para Siswa

Kunjungan Lapangan dan Video Pendek Diminati para Siswa (dok. Pribadi)

Kali ini saya ingin berbagi pengamalan kecil tentang strategi pembelajaran di kelas. Saya termasuk dari sekian pendamping siswa yang suka memberi tugas produk saat pembelajaran di kelas. Kebiasaan saya ini didorong dari keyakinan saya, bahwa sedikit apapun ilmu yang kita punya, harus bermanfaat untuk masyarakat dan alam sekitarnya. Untuk mewujudkan hal di atas, setiap pembelajaran di kelas, kerap kali saya menyederhanakan materi yang ada, lalu saya tindak lanjuti dengan memberi tugas produk siswa.

Saat ini saya dan para siswa sedang belajar bersama tematik masyarakat multukultural. Mata pelajaran sosiologi jurusan IPS kelas XI semester dua ini memiliki banyak hal yang menarik. Pertama, materi ini memiliki sumber belajar tanpa batas karena Indonesia adalah masyarakat multikultural. Kedua, pada kali ini juga, di Indonesia sedang hangat-hangatnya isu tentang bagaimana merawat keharmoniman bangsa di atas keragaman yang ada. Untuk itu, dalam mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar, saya dan para siswa sepakat dalam melangsungkan pembelajaran dengan pendekatan  kunjungan lapangan dan produksi video pendek.

Kunjungan lapangan

Kunjungan lapangan merupakan strategi klasik dalam pembelajaran. Model pendekatan pembelajaran ini cenderung ditinggalkan seiring dengan kemajuan teknologi pembelajaran. Walaupun di kelas, sebuah realitas sosial dapat dihadirkan di kelas tanpa berkunjung langsung di lapangan. Namun model pembelajaran berbasis teknologi tinggi ini lambat laut tidak menarik lagi. Hal ini didorong adanya keinginan para siswa untuk eksis di media sosial untuk mendapatkan suatu realitas sosial yang ada, kemudian di posting di media sosial yang sedang trend. Melalui tren para siswa yang ada di media sosial inilah, saya gunakan menjadi pintu masuk dalam hunting sumber belajar melalui pendekatan kunjungan lapangan.

Bertepatan dengan materi yang sedang saya dalami dengan para siswa adalah tematik masyarakat multikultural, maka mengunjungi pusat-pusat keragaman adalah tantangan yang menarik untuk kami lakukan. Memang semua serba kebetulan. Tidak jauh dari sekolah kami, terdapat pusat-pusat keragaman yang menarik kami kunjungi. Ada Masjid, Vihara, Gereja, dan Klenteng. Minimal empat tempat suci menjadi awal untuk belajar keragaman.

Berangkat dari potensi sumber belajar tersebut, saya dan para siswa sepatkat melakukan kunjungan lapangan dalam rangka pembelajaran dalam memahami materi masyarakat multikultural. Seiring dengan keingin tahuan siswa pada slah satu tempat suci yaitu Vihara, maka saya manfaatkan keinginan tersebut dengan mendatangi Vihara  Ratanavana Arama tepatnya di desa Sendangcoyo Lasem.

Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan yang kami lakukan adalah sebagai berikut; Pertama, membaca materi masyarakat multikultural di perpustakaan sekolah. Kedua, dikusi singkat tentang pendalaman materi tentang keragaman umat beragama. Ketiga, memilih tempat kunjungan terdekat sebagai sumber belajar di lapangan. Kali ini yang  terpilih mejadi tempat kunjungan pertama kami adalah Vihara. Keempat, mengurus ijin kunjungan dengan mengirim surat ke lokasi tempat kunjungan. Kelima, sembari menanti surat konformasi ijin, kami melakukan pendalaman tentang apa yang akan kami lakukan melalui intrumen pembelajaran di lapangan. Keenam, mengunjungi lokasi sumber belajar dengan panduan instrumen pembelajaran lapangan serta panduan dari Nara Sumber Vihara.

Tepat seperti yang saya duga, ternyata model pendekatan pembelajaran kunjungan lapangan sangat diminati oleh siswa. Sebagian besar para siswa mengaku belum pernah tahu tentang apa saja isi di Vihara. Para siswa juga mengaku belum tahu tentang bagaimana perilaku beribadah para umat di Vihara. Inilah yang menurut saya sangat penting, dimana sebuah pembelajaran harus memiliki daya tarik dari dalam, yaitu keingintahuan siswa itu sendiri.

Lebih dari itu, ternyata para siswa sangat kreatif dalam mendokumentasikan dari apa saja yang ia temui di lapangan. Mereka sangat antusias dengan mendengarkan dan bertanya terhadap apa yang dijelaskan oleh Nara Sumber langsung dari lapangan.  Mereka para siswa juga sangat antusian dengan memfoto dan memvideo dari apa yang dilihat. Mereka berbuat demikian, ternyata mereka ingin tampil beda di media sosial. Mereka ingin pontingan di media sosialnya adalah hal yang menarik, sesuatu yang baru yang belum banyak diketahui oleh teman-temannya. Inilah yang mungkin perlu diketahui para pendamping belajar, bahwa mengidentifikasi hal-hal yang disukai para siswa, untuk dijadikan pintu masuk dalam pembelajaran adalah hal yang penting. Bukan sebaliknya, memaksakan kesukaan para pendamping agar para siswa suka dan mengikutinya.

Dan tidak lama kemudian, usai pembelajaran kunjungan lapangan, para siswa sangat aktif dalam menyebarkan informasi yang didapatkan. Foto dan video dari proses kunjungan lapangan tersebar di media sosial. Mereka juga telah tampil menjadi penjelas ketika beberapa teman medsos nya tentang hal foto dan video yang dipostingnya. Dalam minggu ini, tugas kunjungan lapangan dalam bentuk laporan kunjungan yang sesuai dengan instrumen kunjungan, dalam proses penantian.

Dan tentu, dalam rangka memahami pemahaman secara utuh tentang bagaimana kami harus perfikir, bersikap, dan bertindak ketika hidup berdampingan dalam sebuah masyarakat yang beragam, dalam kesempatan selanjutnya, saya dan para siswa akan segera mengunjungi pusat-pusat keragaman yang ada tidak jauah dari sekolah kami berada.

Video pendek

Model pendekatan pembelajaran selanjutnya adalah produksi video pendek. Video pendek merupakan karya atau produk pembelajaran yang berisikan tentang pemikiran, sikap, sekaligus tindakan tentang bagaimana saya dan para siswa memahami materi masyarakat multikultural. Sintag pembelajaran yang kami lakukan cukup sederhana. Pertama, saya ajak para siswa berkunjung ke perpustakaan untuk membaca materi masyarakat multikultural yang tersedia di buku teks.  Kedua, para siswa saya merangkum materi identitas sosial masyarakat Indonesia. Ketiga, saya dan para siswa diskusi tentang bagaimana menggunakan materi yang ada (point dua) agar bermanfaat untuk mengenalkan bahwa Indonesia itu sangat kaya dengan keragaman yang ada. Keempat, para siswa saya tugasi membuat produk video pendek durasi satu menit yang isinya mengenalkan keragaman masyarakat yang nantinya menjadi pengingkat kepada kita semua bahwa keragaman yang ada harus menjadi pengikat dari persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Model pembelajaran yang kedua ini masih dalam prosses, adapun perkembangannya akan segera saya sampaikan. Namun secara singkat, model pembelajaran ini juga sangat menantang. Karena model pembelajaran ini memadukan antara pemahaman materi, empati, serta talenta dalam berperan di depan kamera.

Semoga apa yang saya lakukan ini, dapat menjadi koleksi untuk alternatif bagaimana kita para pendamping belajar, bersama-sama dengan para siswa, untuk tetap semangat dalam belajar. Mari kita bersama-sama berupaya untuk menjadikan proses belajar di sekolah lebih menarik. Mari....!

ket: tulisan ini pernah di muat di kompasiana juga.

Kunjungan Belajar dan Belajar Menghormati

Kunjungan Lapangan (Sumber: Lailatul Muna, dkk)

"Kita sebagai warga negara Indonesia yang terdiri dari banyak suku dan agama, kita harus menghormati, menghargai, dan saling menjaga kelestarian budaya, walaupun beda agama."




Vihara Ratanavana Arama di dirikan oleh Banthe Sudhamo Mahathera di desa SendangCoyo, kec.Lasem, Kab.Rembang. Dari jalan Raya Utama, di kota Lasem kita harus masuk sejauh 4 km untuk menuju Vihara ini. Awalnya luas lahan Vihara hanya 1 Hektar namun berkat uluran tangan para donatur,lahan Vihara menjadi 13,5 hektar sampai sekarang. Di pilihnya Lasem sebagai tempat di bangunnya Vihara tak lain karena Lasem merupakan salah satu titik perkembangan agama Buddha di Indonesia sejak zaman Majapahit.

Kondisi geografis desa Sendangcoyo terletak di wilayah perbukitan kec.Lasem kab.Rembang. Secara keseluruhan desa Sendangcoyo terdiri dari permukiman, sawah, dan perkebunan hutan dan kebanyakan bermata-pencaharian petani. Potensi alam yang ada terdapat beraneka ragam buah buahan, seperti buah rambutan, kedondong, buah majapahit, pohon bodhi, nangka, dan hasil hutannya adalah madu hutan.

Vihara ini sangat menarik karena di vihara ini terdapat rangkaian patung Buddha mulai dari kelahiran sampai wafatnya.Untuk melihat bentuk patung dari halaman utama kita harus mendaki sejumlah anak tangga karena di bangun di atas tanah yang konturnya miring. Sebelum melihat patung jangan lupa untuk mengisi buku tamudi sekretariat. Kita tidsk perlu bayar tetapi pengelola vihara akan menerima dengan senang hati bila kita ingin memberikan donasi seiklasnya. Vihara ini biasa di lakukan pemujaan pada peringatan hari Buddha.

Situs Pertama

Di situs ini terdapat Taman Lumbini, dimana terdapat patung Sidharta Gautama lahir dari seorang ibu yang melahirkannya, dari Dewi Maha Maya,Gajah Putih yang sedang membawa bunga Teratai, Ular Naga dan Telapak kaki Kuda yg melambangkan roda kehidupan.
Situs Kedua

Di Situs ini terdapat patung Sidharta yang sedang duduk bersemedi di pohon beringin,badannya terlihat kurus tulang rusuknya menonjol dengan kedua di letakkan di depan perut. Yang menggambarkan sang budha besemedi selama 6th di hutan Uruvela di india.

Situs Ketiga

Terdapat patung Sidharta berdiri di atas bunga Teratai dg tangan kanan di angkat setinggi dada dengan telapak tangan menghadap ke depan. Yang menggambarkan Sidarta telah menemukan 7 langkah mencapai kesempurnaan hidup yaitu perhatian, penyelidikan, semangat kegiuran, ketenangan pemusatan pikiran keseimbangan batin.

Situs keempat

Terdapat paying Yang duduk di atas bunga teratai yg sedang menyampaikan ajaran kepada 5 muridnya yaitu Assaji, Mahanama, Kondanya, Badia, Vappa.Di taman Rusa isipatana India.

Situs kelima

Terdapat patung budha tidur dengan posisi miring ke kanan Dan tangannya di lipat di depan wajahnya. Menggambarkan sang budha mrninggal dunia dg sempurna. Miniatur Candi Borrobudur atau candi Y.M. Sudammo Mahatera.

Situs ini letaknya agak terpisah dari kompleks vihara. Dinamakan candi Sudhammo Mahatera karena terdapat makam Bante Sudhammo sang pendiri vihara. Konon semasa hidupnya ia pernah berkeinginan untuk membangun miniatur bangunan ini. Candi ini di kelilingi pagar batu dengan relief berupa gambar Banthe Sudhamo dan terdapat 49 buah stupa yang terdiri atas 3 lapis.

Kita sebagai warga negara Indonesia yang terdiri dari banyak suku dan agama, kita harus menghormati, menghargai, dan saling menjaga kelestarian budaya, walaupun beda agama.

Penulis: Khoirotun Ni'mah, Lailatul Muna, Tri Wahyuti, dan Wahyu Dian Arga A (Siswa Jurusan IPS kelas XI SMA Negeri 1 Pamotan)

Kunjungan Lapangan Mapel Sosiologi


Mailina Trifia (Sumber: fb Mailina Trifia)




Teman-teman kalian ingin melihat patung buddha tidur tidak? Kalau ingin melihat nggak usah jauh-jauh ke Thailand. Di Indonesia juga ada lho… , dan tidak jauh berbeda dengan patung budha yang ada di Thailand. Tempatnya juga tidak jauh kok, tepatnya di desa Sendangcoyo , kecamatan Lasem, kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Disana terdapat sebuah vihara,tempatnya juga sejuk karena diatas bukit tempatnya, Nama Viharanya adalah Vihara Ratanavana Arama.

Pada tanggal 18 Januari 2017 kami kunjungan ketempat suci umat budha, kami berangkat 1 Kelas dan semuanya ikut, yang mana siswa satu kelas adalah 34 Siswa, 12 Siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Ditambah Wali kelas kami dan guru mapel kami. Kami akan menceritakan perjalanaan kami.


PUKUL 08.40
                Disekolahan 1 kelas menunggu guru mapel kami yaitu instruktur kunjungan lapangan ke Vihara Ratanarama Arama yang ada didesa Sendang Coyo, dengan perasaan yang gembira dan senang, karena baru kali ini guru kami mengajak kunjungan, kami menunggu guru kami. Teman-teman saya banyak yang menunggu diluar kelas karena saking senangnya.

PUKUL 08.55
                Kami berangkat mrnggunakan dua bus, saya dan kelompok saya naik kebus nomer. Disana juga ada pak Suhadi,beliau adalah guru mapel sosiologi kami. Pak Suhadi berpesan pada kami untuk memasukan kas yang rencananya diberikan ke Vihara.

PUKUL 09.10
                Kami melaksanakan perjalanan. Dan sampai di suatu desa dibawah kaki gunung,desa itu bernama Warugunung, disalah satu rumah di desa tersebut kami melihat seekor ular pyton yang dipelihara salah satu warga. Teman-teman kami heboh melihatnya,dan kamipun melanjutkan perjalanan.

Rute Perjalanan

                Titik kumpul di SMA N 1 PAMOTAN lalu ke arah barat menuju Lasem,tapi sebelum sampai Lasem kita belok kanan yaitu arah desa Warugunung kami melewati sebuah makam yang katanya makam orang cina dulu, setelah melewati makam tersebut sampailah di sebuah SD yang ada di desa Warugunung tepatnya di kiri jalan kemudian kami belok kea rah kanan lalu jalan terus…….. sesampainya di sebuah sawah-sawah kami belok kanan lagi dan jalan terus………. Tak lama kemudian jalannya menanjak kara lokasinya berada di atas bukit jadi maklumlah……..di ssepanjang jalan banyak pohon-pohon dan sebelaah kanan ada sebuah jurang yang tidak terlalu dalam, dengan perasaan tegang kami melewati jalan itu tak lama kemudian kami masuk gapura yaitu sebuah desa sendangcoyo yang kanan kirinya sudah dipenuhi dengan perumahan.

PUKUL 09.20
                Kami sampai didepan vihara Ratanavana Arama, memang sih dari depan gerbang terlihat biasa saja…
…. Saat pertama sampai kami bertemu dengan seorang kakek yang sepertinya menjadi tukang kebun diVihara tersebut, karena beliau membawa sebuah sapu yang dipegangnya, tapi anehnya waktu ditanya guru kami kakek tua itu tidak ngomong apa-apa seperti tidak faham dengan omongan kami yang membuat kami menjadi bingung, guru kamipun ikut bingung ….
Tak lama kami dibukakak gerbang oleh kakek tua itu,kamipun naik dengan intruksi kakek itu dengan mempersilahkan masuk menggunakan tangan tanpa berkata apapun. Sesampainya di atas kami menunggu pak Anwar dan pak Suhadi yang izin pada penjaga vihara atau penghuni Vihara terlebih dahulu, tak lama kemudian kami dipandu oleh kakak yang bernama Dedy Pradana,yang biasa disapa mas Dedy  dan kami mendapatkan pengarahan dari kakak tersebut. Isinya yaitu :
                “apabila ditempat ini harus berhati-hati dan jangan berkata kotor, dan satu lagi harus menjaga prilaku karena diyakini bahwa diwihara ini ada penjaga atau penunggunya dan ada yang mengawasi yang  tak dapat dilihat dengan mata telanjang karena sudah terbukti dulu ada sekelompok murid yang berkujung  kesini, Dia berkata yang tidak-tidak…. akhirnya perkataanya itu kembali pada dirinya sendiri…..maka dari itu kalian harus berhati-hati.”

PUKUL 09.30
                Kami dikenalkan tempat suci yang ada disana …. Berhubung ada beberapa tempat yang tidak boleh memakai alas kaki kami sepakat untuk melepas sepatu kami. Setelah itu kami meneruskan perjalanan dan kami diajak ka beberapa situs­­-situs yang ada di vihara… yang pertama setelah menaiki beberapa anak tangga kami berjumpa patung ini.

Vihara Ratanavana Arama didirikan oleh Bhante Sudhammo di lahan seluas 6 hektar, di Desa Sendangcoyo, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Dari jalan raya utama (Jalur Pantura), di Kota Lasem, kita harus masuk sejauh 4 km untuk menuju vihara ini. Awalnya luas lahan vihara hanya 1 hektar. Namun, berkat uluran tangan para donatur, lahan vihara bertambah luas menjadi 6 hektar. Dipilihnya Lasem sebagai tempat dibangunnya vihara tak lain karena Lasem merupakan salah satu titik perkembangan Agama Budha di Indonesia sejak zaman Majapahit. Di Desa Ngasinan, Warugunung, tak jauh dari Sendangcoyo, terdapat makam Brotoçanti, salah satu keturunan Putri Campa. Konon, Patih Gajah Mada pernah bersemedi di tempat itu. Vihara Ratanavana Arama sangat menarik dan berbeda dengan vihara-vihara lainnya di Indonesia karena di vihara ini terdapat rangkaian Patung Sang Budha (Sidhartha Gautama), mulai dari saat kelahiran sampai menjadi Budha hingga wafat, yang terbagi menjadi lima situs patung. Untuk melihat berbagai bentuk Patung Sidharta Gautama, dari halaman utama vihara, kita harus mendaki sejumlah anak tangga karena patung-patung tersebut dibangun di atas tanah yang konturnya miring. Sebelum melihat Patung Sang Budha, jangan lupa untuk lapor dan mengisi buku tamu di sekretariat. Kita tidak perlu bayar untuk mengunjungi Vihara Ratanavana Arama, tetapi pengelola vihara akan menerima dengan senang hati bila kita memberikan donasi seikhlasnya.

Situs Pertama Setelah mendaki beberapa anak tangga, kita akan sampai di situs pertama. Di situs ini terdapat taman yang asri, di mana terdapat Patung Sidharta Gautama lahir, Dewi Mahamaya (Ibunda Sidharta Gautama), gajah putih, ular naga raksasa sepanjang 25 meter dan tujuh bunga teratai. Semua patung tersebut berwarna emas.

Situs Kedua Sedikit naik dari situs pertama, kita akan tiba di situs kedua. Di situs ini terdapat Patung Sidharta Gautama setinggi tiga meter sedang duduk bersemedi di bawah pohon beringin
 Badannya terlihat kurus kering (tulang rusuknya terlihat menonjol) dengan kedua tangannya diletakkan di depan perut. Patung ini menggambarkan Sidharta Gautama yang bersemedi selama tujuh  tahun di Hutan Uruvela, India.

 Situs ketiga Selanjutnya di situs ketiga, terdapat Patung Sidharta Gautama berdiri di atas bunga teratai dengan tangan kanan diangkat setingga dada, dengan telapak tangan menghadap ke depan
Patung ini menggambarkan Sidharta Gautama telah menemukan tujuh langkah mencapai kesempurnaan hidup, yaitu : Sati (perhatian), Dhamma (penyelidikan), Viriya (semangat), Piti (kegiuran), Pasadi (ketenangan), Samadhi (pemusatan pikiran), dan Upekkha keseimbangan batin).
Di samping patung terdapat tembok yang bertuliskan beberapa ajaran utama Sidharta Gautama. Pahatan tulisan tersebut berbunyi  “Jalan utama berunsur delapan :
 (1) Pengertian benar,
 (2) Pikiran benar,
 (3) Ucapan benar,
 (4) Perbuatan benar,
 (5) Mata pencaharian benar,
 (6)Daya upaya benar,
 (7) Perhatian benar, dan
 (8) Konsentrasi benar.”

Situs Keempat Di situs berikutnya, terdapat Patung Sidharta Gautama duduk bersila di atas bunga teratai sedang menyampaikan ajarannya kepada lima muridnya.

Sidharta Gautama telah menjadi Budha Gautama (sumber: penulis)

 Di situs ini juga terdapat patung seekor rusa. Situs ini menggambarkan Sidharta Gautama yang telah menjadi Budha Gautama. Untuk pertama kalinya, Sang Budha menyampaikan ajarannya kepada lima muridnya di Taman Rusa Isipatana, India.

Situs Kelima Semakin ke atas, kita akan sampai di situs kelima, di mana terdapat Patung Budha Tidur. Patung sepanjang 14 meter tersebut berada di sebuah bangunan terbuka. Sang Budha tidur dengan posisi tidur miring ke kanan dan tangan kanannya dilipat di depan wajahnya.
Patung ini menggambarkan Sang Budha Gautama meninggal dunia dengan sempurna.
Patung Budha Tidur  (sumber: penulis)

Miniatur Candi Borobudur (Candi Sudhammo Mahathera) Selain kelima situs di atas, ada satu situs lainnya yang menjadi daya tarik Vihara Ratanavana Arama, yaitu Miniatur Candi Borobudur yang bernama Candi Sudhammo Mahathera.

Miniatur Candi Borobudur (Candi Sudhammo Mahathera) (sumber: penulis)
 Situs ini letaknya agak terpisah dari kompleks vihara dan rangkaian Patung Budha Gautama, kira-kira 200 meter di sebelah utara kompleks vihara. Miniatur Candi Borobudur ini dinamakan Candi Sudhammo Mahathera karena di dalam bangunan candi ini terdapat makam Bhante Sudhammo, sang pendiri vihara. Konon, semasa hidupnya Bhante Sudhamo pernah bercita-cita membangun Miniatur Candi Borobudur, maka setelah meninggal dunia beliau dimakamkan di dalam miniatur bangunan tersebut. Candi Sudhammo Mahathera dikelilingi pagar yang terbuat dari batu dengan relief berupa gambar Bhante Sudhammo. Di candi ini terdapat 49 buah stupa yang terdiri atas tiga lapis/susun, dengan perincian sebagai berikut : lapisan pertama (paling bawah) terdiri dari 24 stupa, lapisan kedua (tengah) terdiri dari 16 stupa, lapisan ketiga (atas) terdiri dari 8 stupa, dan di puncak terdapat sebuah stupa yang paling besar. Jadi sepintas, bangunan Candi Sudhammo Mahathera sangat mirip dengan Candi Borobudur.

Setelah di miniatur candi kami ke sebuah miniatur kapal ini dia kapal yang kami lihat... dan kami menaiki kapal tersebut.
miniatur kapal (sumber: penulis)

Setelah berkeliling vihara kami menuju tempat beribadah umat budha yang ada dibagian bawah yang tempatnya cukup luas….. disini kak dedy melakukan sebuah sembahan dan tak lama kemudian kak dedy selesai dan menjelaskan kembali tentang tempat ini… ini kalau dilihat dari depan… beda lagi suasananya kalau ada didalam…ini foto yang dari luar..

Diluar tempat beribadah umat budha (sumber: penulis)
Dan ini foto yang dari dalam… bisa dilihat dibawah ini.. didalam cukup luas dan megah..
Didalam tempat beribadah umat budha (sumber: penulis)
Setelah itu kami duduk-duduk  sebentar sembari beristirahat dibawah pohon kurang lebih selama 20 menit setelah itu kami melakukan perjalanan pulang kembali ke sekolahan … di tengah perjalanan kami berhenti untuk membeli minum yang ada didepan SMP N 1 PANCUR kurang lebih 1 jam disana karena antri pembelian dan menikmatinya kami beli disalah satu warung yang menjual ”ES OYYEN” setelah kami selesai.. kami meneruskan perjalanan dalam waktu 15 menit kami sampai di SMA…

Penulis: Mailina Trifia (Kelas XI IPS 5, SMA Negeri 1 Pamotan)

Kamis, 26 Januari 2017

Kunjugan Lapangan Mapel Sosiologi


Penulis: Mailina Trifia (Kelas XI IPS 5, SMA Negeri 1 Pamotan) 

Teman-teman kalian ingin melihat patung budha tidur tidak? Kalau ingin melihat nggak usah jauh-jauh ke Thailand. Di Indonesia juga ada lho… , dan tidak jauh berbeda dengan patung budha yang ada di Thailand. Tempatnya juga tidak jauh kok, tepatnya di desa sendang coyo , kecamatan lasem, kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Disana terdapat sebuah vihara,tempatnya juga sejuk karena diatas bukit tempatnya, Nama Viharanya adalah Vihara Ratanarama Arama.

Pada tanggal 18 Januari 2017 kami kunjungan ketempat suci umat budha, kami berangkat 1 Kelas dan semuanya ikut, yang mana siswa satu kelas adalah 34 Siswa, 12 Siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Ditambah Wali kelas kami dan guru mapel kami. Kami akan menceritakan perjalanaan kami.

PUKUL 08.40
                Disekolahan 1 kelas menunggu guru mapel kami yaitu instruktur kunjungan lapangan ke Vihara Ratanarama Arama yang ada didesa Sendang Coyo, dengan perasaan yang gembira dan senang, karena baru kali ini guru kami mengajak kunjungan, kami menunggu guru kami. Teman-teman saya banyak yang menunggu diluar kelas karena saking senangnya.

PUKUL 08.55
                Kami berangkat mrnggunakan dua bus, saya dan kelompok saya naik kebus nomer. Disana juga ada pak Suhadi,beliau adalah guru mapel sosiologi kami. Pak Suhadi berpesan pada kami untuk memasukan kas yang rencananya diberikan ke Vihara.

PUKUL 09.10
                Kami melaksanakan perjalanan. Dan sampai di suatu desa dibawah kaki gunung,desa itu bernama Warugunung, disalah satu rumah di desa tersebut kami melihat seekor ular pyton yang dipelihara salah satu warga. Teman-teman kami heboh melihatnya,dan kamipun melanjutkan perjalanan.

RUTE PERJALANAAN
                Titik kumpul di SMA N 1 PAMOTAN lalu ke arah barat menuju Lasem,tapi sebelum sampai Lasem kita belok kanan yaitu arah desa Warugunung kami melewati sebuah makam yang katanya makam orang cina dulu, setelah melewati makam tersebut sampailah di sebuah SD yang ada di desa Warugunung tepatnya di kiri jalan kemudian kami belok kea rah kanan lalu jalan terus…….. sesampainya di sebuah sawah-sawah kami belok kanan lagi dan jalan terus………. Tak lama kemudian jalannya menanjak kara lokasinya berada di atas bukit jadi maklumlah……..di ssepanjang jalan banyak pohon-pohon dan sebelaah kanan ada sebuah jurang yang tidak terlalu dalam, dengan perasaan tegang kami melewati jalan itu tak lama kemudian kami masuk gapura yaitu sebuah desa sendangcoyo yang kanan kirinya sudah dipenuhi dengan perumahan

PUKUL 09.20
                Kami sampai didepan vihara Ratanavana Arama, memang sih dari depan gerbang terlihat biasa saja…


…. Saat pertama sampai kami bertemu dengan seorang kakek yang sepertinya menjadi tukang kebun diVihara tersebut, karena beliau membawa sebuah sapu yang dipegangnya, tapi anehnya waktu ditanya guru kami kakek tua itu tidak ngomong apa-apa seperti tidak faham dengan omongan kami yang membuat kami menjadi bingung, guru kamipun ikut bingung ….







 Tak lama kami dibukakak gerbang oleh kakek tua itu,kamipun naik dengan intruksi kakek itu dengan mempersilahkan masuk menggunakan tangan tanpa berkata apapun. Sesampainya di atas kami menunggu pak Anwar dan pak Suhadi yang izin pada penjaga vihara atau penghuni Vihara terlebih dahulu, tak lama kemudian kami dipandu oleh kakak yang bernama Dedy Pradana,yang biasa disapa mas Dedy  dan kami mendapatkan pengarahan dari kakak tersebut. Isinya yaitu :
                “apabila ditempat ini harus berhati-hati dan jangan berkata kotor, dan satu lagi harus menjaga prilaku karena diyakini bahwa diwihara ini ada penjaga atau penunggunya dan ada yang mengawasi yang  tak dapat dilihat dengan mata telanjang karena sudah terbukti dulu ada sekelompok murid yang berkujung  kesini, Dia berkata yang tidak-tidak…. akhirnya perkataanya itu kembali pada dirinya sendiri…..maka dari itu kalian harus berhati-hati.”

PUKUL 09.30
                Kami dikenalkan tempat suci yang ada disana …. Berhubung ada beberapa tempat yang tidak boleh memakai alas kaki kami sepakat untuk melepas sepatu kami. Setelah itu kami meneruskan perjalanan dan kami diajak ka beberapa situs­­-situs yang ada di vihara… yang pertama setelah menaiki beberapa anak tangga kami berjumpa patung ini



Vihara Ratanavana Arama didirikan oleh Bhante Sudhammo di lahan seluas 6 hektar, di Desa Sendangcoyo, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Dari jalan raya utama (Jalur Pantura), di Kota Lasem, kita harus masuk sejauh 4 km untuk menuju vihara ini. Awalnya luas lahan vihara hanya 1 hektar. Namun, berkat uluran tangan para donatur, lahan vihara bertambah luas menjadi 6 hektar. Dipilihnya Lasem sebagai tempat dibangunnya vihara tak lain karena Lasem merupakan salah satu titik perkembangan Agama Budha di Indonesia sejak zaman Majapahit. Di Desa Ngasinan, Warugunung, tak jauh dari Sendangcoyo, terdapat makam Brotoçanti, salah satu keturunan Putri Campa. Konon, Patih Gajah Mada pernah bersemedi di tempat itu. Vihara Ratanavana Arama sangat menarik dan berbeda dengan vihara-vihara lainnya di Indonesia karena di vihara ini terdapat rangkaian Patung Sang Budha (Sidhartha Gautama), mulai dari saat kelahiran sampai menjadi Budha hingga wafat, yang terbagi menjadi lima situs patung. Untuk melihat berbagai bentuk Patung Sidharta Gautama, dari halaman utama vihara, kita harus mendaki sejumlah anak tangga karena patung-patung tersebut dibangun di atas tanah yang konturnya miring. Sebelum melihat Patung Sang Budha, jangan lupa untuk lapor dan mengisi buku tamu di sekretariat. Kita tidak perlu bayar untuk mengunjungi Vihara Ratanavana Arama, tetapi pengelola vihara akan menerima dengan senang hati bila kita memberikan donasi seikhlasnya.

 Situs Pertama Setelah mendaki beberapa anak tangga, kita akan sampai di situs pertama. Di situs ini terdapat taman yang asri, di mana terdapat Patung Sidharta Gautama lahir, Dewi Mahamaya (Ibunda Sidharta Gautama), gajah putih, ular naga raksasa sepanjang 25 meter 

 dan tujuh bunga teratai. Semua patung tersebut berwarna emas. 
Situs Kedua Sedikit naik dari situs pertama, kita akan tiba di situs kedua. Di situs ini terdapat Patung Sidharta Gautama setinggi tiga meter sedang duduk bersemedi di bawah pohon beringin
  Badannya terlihat kurus kering (tulang rusuknya terlihat menonjol) dengan kedua tangannya diletakkan di depan perut. Patung ini menggambarkan Sidharta Gautama yang bersemedi selama tujuh  tahun di Hutan Uruvela, India.
 

Situs ketiga Selanjutnya di situs ketiga, terdapat Patung Sidharta Gautama berdiri di atas bunga teratai dengan tangan kanan diangkat setingga dada, dengan telapak tangan menghadap ke depan


. Patung ini menggambarkan Sidharta Gautama telah menemukan tujuh langkah mencapai kesempurnaan hidup,
yaitu : Sati (perhatian), Dhamma (penyelidikan), Viriya (semangat), Piti (kegiuran), Pasadi
           (ketenangan), Samadhi (pemusatan pikiran), dan Upekkha (keseimbangan batin).



 Di samping patung terdapat tembok yang bertuliskan beberapa ajaran utama Sidharta Gautama. Pahatan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFv6XvX4N2ISxctxN0PZ4U4EoAPm9mfVAdxzuJtvi9gueRQ0yFIv0hyphenhyphenqN9O-FqXE_MF1t1dFfy6SEErsDgfUUUP_ZxYj5O-a5y21uSDs40DFZOpELUUAGfKCElndgJ5KwelXLaRfGUWsI/s400/20170118_094653.jpg

 tulisan tersebut berbunyi  “Jalan utama berunsur delapan :
 (1) Pengertian benar,
 (2) Pikiran benar,
 (3) Ucapan benar,
 (4) Perbuatan benar,
 (5) Mata pencaharian benar,
 (6)Daya upaya benar,
 (7) Perhatian benar, dan
 (8) Konsentrasi benar.”

Situs Keempat Di situs berikutnya, terdapat Patung Sidharta Gautama duduk bersila di atas bunga teratai sedang menyampaikan ajarannya kepada lima muridnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEim4CD04K4VEbu_kk7ZGzdyrU0fyt6Vz1JoBwe9yzqzOB7Pc2GgV9yWEbJ06MIj2iKFNYII4s7zbIJ9_0iMS3H-_O8l0qflFa-RlRMJ-CTmOo0oL7EfYOuyXkcvAS_Uet9Op8oId-1MiwE/s400/20170118_095713+%25281%2529.jpg
Sidharta Gautama telah menjadi Budha Gautama (sumber: penulis)
 Di situs ini juga terdapat patung seekor rusa. Situs ini menggambarkan Sidharta Gautama yang telah menjadi Budha Gautama. Untuk pertama kalinya, Sang Budha menyampaikan ajarannya kepada lima muridnya di Taman Rusa Isipatana, India.

Situs Kelima Semakin ke atas, kita akan sampai di situs kelima, di mana terdapat Patung Budha Tidur. Patung sepanjang 14 meter tersebut berada di sebuah bangunan terbuka. Sang Budha tidur dengan posisi tidur miring ke kanan dan tangan kanannya dilipat di depan wajahnya.
 Patung ini menggambarkan Sang Budha Gautama meninggal dunia dengan sempurna.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitG2IC_dyC-HSx2qwMviutVwQXIVjnbNcvLqxKKjqnzXkmlLt-0uXOLWgy2dzd9UlXR5fOyl4uMzoIL5fwVv96TFqa9jhPWuiN16W-GAN7NHlnLVjViVRYNIn2jJWffxhppFPUVmGtwnU/s400/20170118_101227.jpg
Patung Budha Tidur  (sumber: penulis)
. Miniatur Candi Borobudur (Candi Sudhammo Mahathera) Selain kelima situs di atas, ada satu situs lainnya yang menjadi daya tarik Vihara Ratanavana Arama, yaitu Miniatur Candi Borobudur yang bernama Candi Sudhammo Mahathera.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEGpIQsmrDgU18wVjs1S1lhAt-G4NRw3Wt4KxFRvkC4swDxA9fJHk39v852TmJppGLxSUnP9KbG9mAoUghODXyXUDZBp6YgAwAZOw5a_sZQonvjd6p3tgY3adwIUaLDp1kdksqyYtTnXg/s400/20170118_102409.jpg
Miniatur Candi Borobudur (Candi Sudhammo Mahathera) (sumber: penulis)
 Situs ini letaknya agak terpisah dari kompleks vihara dan rangkaian Patung Budha Gautama, kira-kira 200 meter di sebelah utara kompleks vihara. Miniatur Candi Borobudur ini dinamakan Candi Sudhammo Mahathera karena di dalam bangunan candi ini terdapat makam Bhante Sudhammo, sang pendiri vihara. Konon, semasa hidupnya Bhante Sudhamo pernah bercita-cita membangun Miniatur Candi Borobudur, maka setelah meninggal dunia beliau dimakamkan di dalam miniatur bangunan tersebut. Candi Sudhammo Mahathera dikelilingi pagar yang terbuat dari batu dengan relief berupa gambar Bhante Sudhammo. Di candi ini terdapat 49 buah stupa yang terdiri atas tiga lapis/susun, dengan perincian sebagai berikut : lapisan pertama (paling bawah) terdiri dari 24 stupa, lapisan kedua (tengah) terdiri dari 16 stupa, lapisan ketiga (atas) terdiri dari 8 stupa, dan di puncak terdapat sebuah stupa yang paling besar. Jadi sepintas, bangunan Candi Sudhammo Mahathera sangat mirip dengan Candi Borobudur.
  setelah di miniatur candi kami ke sebuah miniatur kapal ini dia kapal yang kami lihat... dan kami menaiki kapal tersebut.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5PdqcEd_zWxW0Q8DOfC6RzgYAYADsf91EdpD92Ox8Wxg7YAl742t_4hL_NcTCdEp1tnSXSwGC3nOoyXAA-6K_sSv5gkTEB_BaZ48gw6q0MsDD9V9OIYq1gXaQNSj2AjX7ESaPsfEBDEQ/s400/DSCN7054.jpg
miniatur kapal (sumber: penulis)
Setelah berkeliling vihara kami menuju tempat beribadah umat budha yang ada dibagian bawah yang tempatnya cukup luas….. disini kak dedy melakukan sebuah sembahan dan tak lama kemudian kak dedy selesai dan menjelaskan kembali tentang tempat ini… ini kalau dilihat dari depan… beda lagi suasananya kalau ada didalam…ini foto yang dari luar..
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvAecbtI_lbwoeiLLJof0FdIBeDouvBNMInhEoXel7iXoBixBwdCmWUEmI2_44FScH-FxMc_oJlDvfl1afgMP1caszl4Mx-3aeS2xdaSgxdwSrUizwNCFZqNf9aArEJ32eZ_LQ4yBau6w/s400/20170118_114314.jpg
Diluar tempat beribadah umat budha (sumber: penulis)
Dan ini foto yang dari dalam… bisa dilihat dibawah ini.. didalam cukup luas dan megah..
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZYw_Jl3rDp4tnDqdqCE8PcA5TVHiVn44Mga6mmFi3ye28kaX3OuL1PLVwFnLNB4kGhNnwEB9io9_Z2cg75s0T_MDYdp1VEkHIIIb9XDn3Ax7ry0UveoW7c-y1ThrsKwcILSHmT2vFp4s/s400/20170118_110542.jpg
Didalam tempat beribadah umat budha (sumber: penulis)
Setelah itu kami duduk-duduk  sebentar sembari beristirahat dibawah pohon kurang lebih selama 20 menit setelah itu kami melakukan perjalanan pulang kembali ke sekolahan … di tengah perjalanan kami berhenti untuk membeli minum yang ada didepan SMP N 1 PANCUR kurang lebih 1 jam disana karena antri pembelian dan menikmatinya kami beli disalah satu warung yang menjual ”ES OYYEN” setelah kami selesai.. kami meneruskan perjalanan dalam waktu 15 menit kami sampai di SMA…